Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Cassandra Lee.jpeg
Popbela.com/Niken Ari

Intinya sih...

  • Cassandra Lee comeback ke dunia horor lewat film 'Rego Nyowo' setelah vakum dari industri hiburan.

  • Peran dalam film ini menjadi tantangan baru karena banyak adegan solo yang membuat tekanan emosional lebih terasa.

  • Tantangan logat Sunda dan pengalaman mistis saat syuting membekas sampai ke hotel tempat Cassandra menginap.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setelah cukup lama vakum dari dunia hiburan, termasuk film dengan genre horor, Cassandra Lee akhirnya kembali lewat Rego Nyowo, film adaptasi dari thread viral "Kosan Berdarah". Memerankan karakter yang emosinya naik turun dan kerap tampil sendiri di layar, Cassandra menunjukkan sisi baru dalam performanya. Tentu, hal ini menjadi tantang baru bagi perempuan kelahiran 15 Maret 2001 tersebut.

Dalam wawancara bersama POPBELA, ia bercerita tentang tantangan mental, pendalaman karakter, hingga pengalaman pribadi dengan hal mistis yang membuatnya makin nyatu dengan dunia film horor. Penasaran dengan kisahnya, Bela? Simak selengkapnya di sini!

Comeback Cassandra Lee setelah vakum dari dunia hiburan

Popbela.com/Niken Ari

Meski bukan pertama kalinya Cassandra bermain dalam film horor, Rego Nyowo punya tempat tersendiri di hatinya. Ia mengaku sudah lebih dulu membaca thread viralnya sebelum ditawari peran.

"Aku cari-cari sendiri ceritanya, karena aku pecinta horor juga. Dan begitu tahu ada cerita tentang pocong, aku langsung tertarik," ungkapnya antusias.

Menurutnya, film ini punya pendekatan cerita yang tidak biasa. Tidak langsung tegang dari awal, tapi dibangun perlahan hingga klimaks. "Aku suka banget gimana screenplay-nya disusun. Nggak langsung jumpscare, tapi ada proses dan emosinya tuh terasa," kata Cassandra.

Alasan inilah yang membuat Cassandra mantap untuk kembali ke genre horor, meski mengakui bahwa dirinya sebenarnya cukup penakut. "Aku takut, tapi aku udah terbiasa karena dulu sering lihat yang mistis-mistis. Jadi ya beraniin diri aja," tambahnya sambil tertawa.

Banyak adegan solo untuk karakter Rina

Berbeda dengan beberapa aktor lain yang banyak tampil dalam ensemble scene, Cassandra banyak menjalani adegan seorang diri. Hal ini membuat tekanan emosional jadi lebih terasa. "Yang paling kerasa justru pas adegan sendiri. Rasa takut, cemas, itu lebih intens karena nggak ada teman ngobrol di set," ungkapnya.

Ia menyebut bahwa suasana lokasi yang sangat mistis juga berpengaruh besar pada performanya. "Dekorasi lokasi tuh bikin vibes-nya makin hidup. Apalagi kalau lagi sendiri, wah itu kerasa banget auranya," katanya sambil mengingat momen-momen sunyi di lokasi syuting.

Meski begitu, Cassandra mengaku sangat terbantu dengan suasana set yang suportif. Dari kru, rekan aktor, sampai sutradara Rizal Mantovani, semuanya mendukung agar para pemain tetap merasa nyaman meski dalam tekanan. "Support sistem itu penting banget sih, karena kalau enggak, tekanan emosinya bisa kebawa sampai ke luar set," jelasnya.

Tantangan pada logat dan kepribadiannya yang cukup kompleks

Popbela.com/Niken Ari

Salah satu tantangan besar bagi Cassandra di film ini adalah penggunaan logat Sunda. "Bahasa Indonesia aku aja belum terlalu lancar, apalagi pakai logat Sunda," katanya jujur. Namun, ia merasa sangat terbantu oleh acting coach dan tim dialek yang mendampingi selama proses reading dan workshop.

Karakter yang ia mainkan pun sangat berbeda dari kepribadiannya. "Logat beda, kepribadian juga beda. Karakternya lebih keras, lebih dewasa mungkin, dan itu beda banget sama aku," tambahnya. Perbedaan itu justru jadi tantangan menarik karena ia harus benar-benar ‘keluar’ dari dirinya sendiri.

Yang membuat proses lebih nyaman adalah dukungan dari lawan main, terutama Ari Irham. "Scene kita banyak bareng dan dia bener-bener supportive banget. Bahkan saat aku grogi, dia bantu banget," kenang Cassandra dengan penuh rasa terima kasih.

Pengalaman horor yang membekas sampai terbawa ke rumah

Meski sudah terbiasa dengan dunia film, Cassandra mengakui bahwa beberapa emosi saat syuting sempat terbawa sampai ke hotel tempat mereka menginap. "Kadang ada rasa takut yang kebawa, apalagi kalau seharian adegannya tegang terus," ceritanya.

Ia juga membagikan bahwa ibunya sempat memiliki kelebihan bisa melihat hal-hal tak kasat mata dan menurun ke dirinya. "Sekarang udah nggak sekuat dulu sih. Tapi dulu aku bisa ngerasain banget, makanya ya meskipun takut, aku kayak udah familiar sama yang mistis-mistis," ungkapnya.

Namun, pengalaman ini tidak membuat Cassandra mundur. Justru, menurutnya, itulah yang bikin aktingnya terasa lebih natural. "Aku jadi tahu rasanya takut yang sebenarnya kayak apa. Dan itu bisa aku masukkan ke karakter," tambahnya.

Harapan untuk film 'Rego Nyowo'

Popbela.com/Niken Ari

Bagi Cassandra, Rego Nyowo bukan hanya film horor penuh jumpscare, tapi juga cerita tentang keberagaman, trauma, dan kehidupan anak kos. "Di sini ada anak dari berbagai kota, ada yang dari Solo, Bandung, Makassar, Jakarta. Budaya dan logatnya beda-beda, dan itu semua dibawa ke cerita," katanya.

Ia menyebut bahwa keberagaman ini bikin filmnya jadi makin relatable. Apalagi bagi penonton yang pernah tinggal di kosan, cerita dan suasananya akan terasa akrab. "Ini bukan horor biasa. Ada cerita yang dalam di baliknya, dan aku harap penonton bisa menangkap itu," ujarnya penuh harap.

Lebih dari sekadar menakut-nakuti, Cassandra berharap Rego Nyowo bisa menyampaikan pesan kuat tentang empati dan keberanian. "Semoga penonton bisa ngerasa bahwa film ini mewakili pengalaman dan perasaan banyak orang. Dan semoga juga yang nulis thread aslinya bisa merasa puas dengan hasilnya," tutupnya dengan senyum.

Editorial Team