Cinta Laura Kiehl Bagikan Cara Frugal Living di Indonesia Summit 2025

- Media sosial menciptakan standar kehidupan baru
- FOMO dan strategi marketing brand mempengaruhi kepuasan diri
- Frugal living bukan berarti pelit, melainkan mindful spending
Di era digital saat ini, hampir dari kita semua tak lepas dari konten yang bertebaran di media sosial. Setiap scroll, ada saja barang baru yang membuat kita tergoda dan menjadi impulsif. Tanpa disadari, kita memasuki lingkaran FOMO (fear of missing out) alias takut ketinggalan tren, takut dianggap nggak gaul, bahkan takut dianggap pelit.
Nyatanya, FOMO bukan sekadar istilah baru, fenomena ini telah menjadi budaya tersendiri di kalangan Milenial dan Gen Z terutama di kota Jakarta. Melalui sesi talkshow “Spend Wisely, Life Fully: The Frugal Formula For Financial Freedom” di hari kedua Indonesia Summit 2025 (28/08/2025).
Dalam sesi ini, Cinta Laura Kiehl selaku aktris dan sociopreneur membagikan bagaimana cara mengelola frugal living. Langsung saja, simak pembahasannya di artikel ini yuk, Bela!
Tren FOMO di media sosial yang berkaitan dengan hal materi

Saat ini, kita tak bisa menutup mata bahwa media sosial sudah memberi standar kehidupan baru. Bahkan, sukses kerap dinilai berdasarkan hal materi seperti memiliki rumah mewah, mobil sport, atau menggunakan barang-barang branded. Alhasil, banyak orang yang merasa cemas kalau belum bisa mencapai standar sukses tersebut.
Nyatanya, sukses bukan selalu soal materi. Cinta Laura juga mengungkapkan hal yang serupa, sebagian besar anak muda di Indonesia sering dijejali ide yang berkaitan dengan material.
“Menurutku, hidup yang benar-benar sukses adalah ketika kita bebas dari kegelisahan. Saat kita bisa punya waktu luang, menekuni hobi, traveling, dan menikmati momen tanpa harus selalu bergantung pada materi,” pungkas Cinta.
FOMO menjadi standar baru di kehidupan masa kini

Sayangnya, media sosial dan strategi marketing brand kerap memanipulasi rasa cukup kita. Mereka menciptakan narasi seakan-akan kita selalu kurang, selalu butuh barang baru agar bisa diterima.
Cinta juga menekankan bahwa standar sosial yang terbentuk justru membuat kita merasa tidak pernah puas. Pada akhirnya, akan selalu ada dorongan terus-menerus untuk membeli sesuatu.
“Itu nggak ada habisnya. Kalau kita terus menerus membandingkan diri dengan standar material, kita nggak akan pernah benar-benar bersyukur,” tambahnya.
Frugal living: bukan berarti pelit untuk diri sendiri

Ada yang menganggap kalau frugal living itu pelit dengan diri sendiri. Padahal, frugal living dapat didefinisikan seperti mindful spending. Cobalah tanyakan pada dirimu sendiri, apakah ini hanya kebutuhan atau hanya keinginan saja?
Di tengah perbincangan talkshow, Cinta menyoroti pemahaman tentang frugal living.
“Banyak yang mengira frugal living itu pelit sama diri sendiri. Justru sebaliknya. Frugal living adalah soal kita lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang. Bagaimana kita memastikan bahwa setiap rupiah yang kita keluarkan benar-benar sesuai prioritas,” jelas Cinta.
Perempuan kelahiran 1993 itu mengatakan, kalau kamu ingin terlihat keren, stylish, dan elegan bukan dari mahalnya barang yang digunakan. Melainkan, bagaimana pembawaan dari diri kita sendiri.
Dengan frugal living, kita belajar untuk terlihat sukses tak harus menguras dompet. Ingatlah kalau apapun yang kita miliki sudah lebih dari cukup. Jangan bergantung pada validasi orang lain.
Apakah kamu sudah menerapkan frugal living, Bela?



















