#IMS2020: Tsamara Amany Geluti Politik Perjuangkan Hak Perempuan

Nggak mau setengah-setengah

#IMS2020: Tsamara Amany Geluti Politik Perjuangkan Hak Perempuan

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Nama Tsamara Amany mencuat dalam beberapa tahun terakhir, ketika perempuan yang kala itu masih duduk di bangku kuliah terjun ke dunia politik. Perempuan kelahiran 24 Juni 1996 itu memulai karir politiknya dengan menulis beragam artikel politik. Tak berhenti sampai di situ, dia pun ikut berpartipasi dengan menjadi saksi dalam sidang uji materi persyaratan calon independen di Pilkada dan sempat menjadi staf magang di Balai Kota.

Tsamara yang lulus dengan gelar magna cum laude dari Universitas Paramadina ini juga sangat memperhatikan isu-isu perempuan. Menurutnya, banyak isu yang penyelesaiannya berjalan sangat lambat.

Lebih lanjut, simak saja wawancara Popbela dengan Tsamara Amany berikut ini.

Berawal dari keluarga yang demokratis

#IMS2020: Tsamara Amany Geluti Politik Perjuangkan Hak Perempuan

Keputusan Tsamara terjun ke dunia politik, menurutnya, diawali dari didikan keluarganya yang sangat demokratis. Tsamara mengaku dia kerap berdebat dengan orangtuanya dan sikap mereka pun sangat terbuka.

Iya.. dan kita berdebatnya sangat passionate. Papaku teriak, mamaku teriak, habis itu setelah satu jam kita sudah ketawa-ketawa lagi. Orang pikir kita lagi berantem, padahal kita lagi debat aja,” tutur Tsamara.

Meski begitu, perempuan berusia 23 tahun ini juga mengatakan ada pihak keluarga yang sangsi akan keputusannya masuk ke dunia politik.

Ada, sih, keluarga besar yang nanya, kamu ngapain masuk ke politik? Cuma buat aku, sih, yang penting dukungan orangtua. Karena ketika mereka mendukung dan percaya, kenapa aku harus peduli sama yang lainnya. Yang paling penting juga adalah kita sendiri. Apa yang membuat kita nyaman. Jangan sampai ada pressure dari orang lain yang menekan kita,” jelasnya.

Aku tahu banyak teman-teman muda yang pengen sekali kerja sesuai passion-nya. Cuma mereka ngerasa, duh, apa kata orang, kalau ternyata gaji nggak cukup, apalagi nanti mau nikah, tabungan nggak ada. Menurut aku, sih, yang penting kita punya planning. Aku nggak pernah menyesali kerja sesuai passion. Meskipun kadang belum berhasil, aku nggak pernah merasa itu sebagai kegagalan. Itu adalah bagian dari proses. Buat aku, sih, lakukan apa saja yang kita suka, jangan sampai terbebani.

Nggak pernah takut sama haters

Berada di dunia perpolitikan yang ‘panas’, Tsamara juga kerap mendapat kritikan pedas atau bahkan omongan buruk dari haters. Tsamara menganggap itu semua sebagai cambuk baginya untuk menjadi lebih baik lagi.

Kalau menurut aku, sih, haters itu membantu. Kenapa? Karena mereka akan selalu cari kesalahan kita dan kita butuh mereka. Ketika kesalahan kita betul-betul salah, kita, kan, jadi punya keinginan untuk memperbaiki diri. Di sisi lain, ada juga haters yang memang adalah tukang bully. Pokoknya nyebelin, deh.

Kalau sudah yang kaya gitu, aku biarin aja. Ketika masuk dalam dunia politik, kita punya tujuan, apa, sih, yang mau kita kontribusikan?  Kenapa, sih, masuk ke dunia ini? Menurut aku, yang paling penting kita meraih tujuan dibanding pusing sama haters. Buat apa kita memikirkan hal-hal yang akhirnya menghabiskan energi kita, baca komentar haters. Sudahlah, let it go. Kalau kita benar-benar ingin berkarya dan kasih impact ke society, ya sudah fokus saja terhadap apa yang ingin dilakukan. Jangan pusingin kata orang.

Dorong RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Aku lagi fokus sama isu perempuan dan kita, tuh, sekarang lagi mendorong Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual untuk disahkan menjadi Undang-undang. Ini urgent, tapi yang bikin aku kesal, banyak dari kita yang nggak merasa itu urgent. Banyak yang memelintir dan bahkan banyak juga perempuan yang memahami Undang-undang ini, tuh, mendukung zina. Padahal Undang-undang ini, justru untuk melindungi para perempuan korban kekerasan seksual yang selama ini nggak punya dasar hukum yang jelas.

Tsamara mengungkapkan bahwa masih banyak orang yang belum menyadari betapa banyaknya kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan. Bahkan ada sebuah survei yang menyebutkan, satu dari tiga perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual.

Lebih parahnya lagi, hal ini nggak memandang status sosial pendidikan, karena bisa menimpa siapa saja. Jadi kalau memang kita seorang perempuan dan ingin teman-teman perempuan kita dilindungi, kita harus dukung RUU ini untuk disahkan,” tambahnya.

Pergerakan kesetaraan gender yang kurang cepat

Kalau aku bisa bilang kita nggak moving fast enough. Aku senang, sih, dengan Indonesia saat ini, tapi ada juga nggak senangnya. Yang aku senang adalah kita sekarang melahirkan anak-anak muda yang menjadi aktivis-aktivis pergerakan perempuan. Banyak dari mereka yang berani bersuara.

Tapi di sisi lain aku juga melihat gerakan, yang bisa dibilang menarik perempuan mundur. Seperti, misalnya, sekarang ada juga, tuh, upaya usulan-usulan untuk membuat rancangan Undang-undang Ketahanan Keluarga. Dalam Undang-undang itu nanti akan di-define, nih, role kita dalam rumah tangga. Istri ngapain, suami ngapain, dan lain-lain sebagainya. Bayangin, dong, urusan rumah tangga kita mau diurusin juga sama negara.

Menurut Tsamara, persoalan yang mendasar di Indonesia adalah banyak masyarakat yang masih berpandangan patriarkal. Hal itu, kata Tsamara, bukan hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi ada juga perempuan yang mendukung pandangan itu.

Ini masalah konstruksi sosial, bahwa perempuan nggak pantas lah berbicara sevokal itu di depan publik, jadi bagian dari politik, atau bahkan mencoba mengatur tata cara berpakaian perempuan. Budaya-budaya seperti ini yang menurut aku justru memberatkan perempuan dan hanya bisa dilawan dengan gerakan-gerakan, walaupun membutuhkan waktu lama.

Pentingnya mental sebagai bekal hidup

Bekal hidup, menurut aku, yang pertama harus dimiliki adalah mental. Kita sebagai anak muda, tuh, harus berani menghadapi segala situasi. Jangan sampai kita sebagai anak muda justru penakut. Kita pasti akan menghadapi hal-hal sulit, jadi kita harus punya mental yang kuat. Kita harus percaya bahwa segala hal pasti bisa dilalui,” ujarnya.

Selain mental, kita juga harus punya idealisme. Penting sekali di dunia yang sekarang ini. Kita harus benar-benar tahu apa yang kita inginkan. Kita harus tahu di mana batasan-batasan dalam berkompromi dan jangan sampai, karena ingin pragmatis sesaat, kita meninggalkan idealisme kita. Aku sangat berharap generasi muda kita bisa menjadi orang-orang idealis.

Wawancara lengkap Tsamara Amany juga bisa kamu dengarkan di Podcast Popbela di Spotify.

 

Photographer: Nurulita
Fashion Editor: Michael Richards
Stylist: Ivan Teguh Santoso
Assistant Stylist: Dewi
Makeup Artist & Hair Stylist: Devana
Wardrobe: dress MARCIANN

 

Baca Juga : Kumpulan Artikel Terbaru seputar Future is Female

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here