Aktor remaja, Muzakki Ramdhan, kembali berakting di bawah arahan Joko Anwar lewat Siksa Kubur. Sebelumnya, remaja berusia empat belas tahun ini berperan sebagai Wisnu dalam film horor Joko Anwar yang berjudul Pengabdi Setan 2: Communion.
Nama Muzakki Ramdhan sendiri mulai banyak dikenal sejak kemunculannya dalam film Gundala. Saat itu, dirinya baru berumur sekitar 10 tahun. Sejak ia kecil, baik sutradara maupun aktor senior sudah banyak yang memuji kemampuan beraktingnya.
Kaget karena script miliknya ternyata minor version
Untuk pertama kalinya, Muzakki Ramdhan berakting dengan bermodal script minor version. Ternyata, sang sutradara sekaligus penulis Siksa Kubur, Joko Anwar, memang menulis dua script, yakni minor version dan regular version.
“Jadi di film Siksa Kubur ini nggak cuma nyaman karena syutingnya sangat efisien, tapi aku dan temen-temen yang di bawah umur kita dapat perlakuan khusus, yaitu dapat script minor version,” ungkap Muzakki saat bertandang ke IDN Media HQ.
Bukan hanya mendapatkan script minor, Muzakki Ramdhan dan aktor lain yang masih di bawah umur kemudian diminta untuk meninggalkan ruang big reading seusai membacakan bagian masing-masing.
“Pas big reading juga kita cuman dikasih sampai scene kita selesai, lalu kita disuruh keluar karena Om Joko sangat menjaga kita,” ungkap Muzakki.
Hari itu, Faradina Mufti yang turut hadir menjelaskan jika memang banyak adegan-adegan yang jika ditonton atau didengarkan oleh anak-anak yang belum cukup umur harus didampingi oleh orang tua. Oleh karenanya, lebih baik Muzakki Ramdhan dan aktor remaja lain keluar ruangan terlebih dahulu.
Menemukan tantangan baru saat memerankan tokoh Adil
Berperan sebagai tokoh Adil remaja—sosok Adil dewasa diperankan oleh Reza Rahadian—Muzakki Ramdhan menemukan tantangan baru. Baginya, tak mudah memerankan Adil sebab karakternya yang tak banyak bicara dan lebih suka memendam emosi.
"Adil kecil itu menarik banget karena Adil itu orangnya nggak banyak ngomong. Jadi dia semuanya dipendam. Terus dia juga kalo apa-apa nggak bisa langsung (ngelakuin) apa yang dia mau. Jadi kayak apa-apa harus disuruh dulu. Nah, yang paling banyak (dominan) dipendam, sih."
Lanjutnya, “Kesulitannya adalah karena semuanya dipendam, jadi semuanya ngga bisa diekspresikan lewat dialog. Jadi semua tatapan, ekspresi, semuanya harus dimainkan. Jadi tantangan baru buat aku di film Siksa Kubur adalah nggak semuanya diekspresikan oleh dialog,” jelasnya.