Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

[EKSKLUSIF] Fandy Fight, Sosok Action Director di Balik Film 'Bonnie'

Memahami perbedaan action director & koreografer

Aisyah Banowati

Official trailer film laga terbaru Tanah Air, Bonnie, menampilkan potongan adegan fight yang cukup intens. Bukan cuma adegan berantem one on one, tim produksi siap menampilkan adegan tawuran yang nggak kalah brutal. 

Di balik setiap adegan kekerasan yang ditampilkan, ada sosok action director yang telah menyiapkan setiap adegan perkelahian supaya terlihat real, dengan tetap menjaga agar pertarungan menjadi lebih aman untuk aktor dan semua kru yang terlibat.

1. Mengenal pekerjaan seorang action director

YouTube/Tawang Khan Production

Action director adalah seorang koordinator kekerasan dalam sebuah produksi film. Seorang action director akan berdiskusi secara langsung dengan sutradara untuk menampilkan adegan pertarungan agar tetap terlihat entertaining tanpa membahayakan aktor dan kru yang bertugas. 

Keselamatan menjadi alasan utama diperlukannya action director dalam sebuah produksi film laga. Melansir dalam situs fightdirector.com, selain membuat adegan pertarungan lebih aman, sosoknya juga akan membuat dan menyimpulkan penilaian risiko, serta memberi nasihat kepada pihak produksi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan adegan perkelahian.  

2. Sosok action director dalam film Bonnie

YouTube/Tawang Khan Production

Menampilkan banyak adegan perkelahian antar individu hingga tawuran, produksi film Bonnie menggandeng Fandy Fight sebagai action director serta action design dari All Star Team Indonesia. 

“Alhamdulillah sih saya sangat bersyukur ketemu dengan sutradara yang satu taste sama saya. Satu yang di note sama dia itu, ‘gue pengen buat sesuatu yang berbeda dari action yang lain’, ” ungkap Fandy Fight saat berdatang ke kantor IDN Media.

Pesan dari sang sutradara, Agus Hermansyah Mawardi a.k.a Agus Pestol, terkait scene fight yang ingin ditampilkan dalam Bonnie menjadi tantangan tersendiri bagi Fandy Fight sebagai seorang action director. 

“Itu kan salah satu note yang menurut saya PR juga tantangan. Tantangan juga buat saya, maksudnya gimana caranya kita tetap mengaplikasikan, tetap terlihat koreo, dan tetap terlihat di film itu ada realnya. Akhirnya diskusi panjang, semua disepakati dengan saya, produser, dan pak Agus.” 

3. Punya referensi boleh, ngejiplak NO!

YouTube/Tawang Khan Production

Tentu, dalam membuat karya apa pun itu—tulisan, video pendek, podcast, film—pastinya ada referensi maupun inspirasi yang membuat seseorang berhasil menciptakan sesuatu. 

Namun, lain cerita dengan menjiplak karya orang lain atau plagiat. Hal tersebut dapat dianggap sebagai kejahatan sebab mencuri hak cipta orang lain. 

“Referensi pasti ada, tapi di saat kita mendesain itu semua, tidak ada satupun koreo film yang kita ambil. Mending saya kritis kepala saya, mending saya stresi kepala saya daripada saya menjiplak film orang. Jadi saya mending mencari sesuatu yang memang bisa diterima di luar sana dan bisa memuaskan diri saya dan tim saya,” ungkapnya. 

Begitupun dalam mendesain koreografi untuk scene fighting. Bagi Fandy Fight, lebih baik terlibat perdebatan alot saat berdiskusi daripada harus menjiplak karya orang lain. 

“Saya berharap sebagai tim action ini salah satu batu loncatan untuk film action. Gimana caranya orang action bisa lebih kritis lagi untuk membuat sesuatu yang, maksud saya mending lu gausah dijiplak, kita punya tim, kita punya orang-orang action. Mending debat di meja itu lu mau buat apa, daripada lu cuman, ‘gua pengen bikin gini nih, yaudah tinggal dijiplak gerakan’. Kayak gini nggak oke banget.”

4. Keamanan tetap menjadi prioritas pertama

YouTube/Tawang Khan Production

Seapik apa pun koreo fight yang telah dibuat, Fandy Fight menjelaskan jika persetujuan tetap dibutuhkan dari para aktor dan kru yang akan bermain peran. Apabila dirasa adegan tersebut terlalu berbahaya atau ada aktor yang tidak setuju maka akan digantikan oleh stunt man.

Hal ini tentu dilakukan untuk menghindari bahaya serta hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, tak jarang juga sang aktor bersedia untuk melakukan adegan sulit. Semua keputusan tentu diambil berdasarkan hasil diskusi sebab tak dapat pungkiri jika sebuah film tercipta lewat kerja kolektif dari pemain, kru, hingga tim produksi.  

"Sebagian teman-teman action itu, apalagi yang memang di bidangnya action, dia tidak mau pakai stun karena dia berpikir kalau pakai stun otomatis secara shoot pasti long shot. Atau kita ngakalin dari shoulder atau apa. Tapi kalau memang pemain asli, kita pasti bakal langsung padat ke dia. Makanya, kembali lagi, mau pakai stun apa nggak memang kembali ke team action tapi tetap dengan persetujuan para cast. Karena kita tidak mau ambil keputusan yang memang cast juga tidak senang. Karena kan kembali lagi, di lapangan itu kita kerja bareng."

5. Perbedaan action director dan koreografer

YouTube/Tawang Khan Production

Film Bonnie menjadi salah satu dari sedikit produksi film laga di Tanah Air yang turut menggandeng seorang action director dalam produksinya. Profesi seorang action director pun saat ini belum terdengar lumrah. Biasanya, kita hanya mendengar tim koreografer yang bertugas menciptakan gerakan dalam produksi film. 

Fandy Fight, selaku action director dalam film Bonnie, pun menjelaskan perbedaan mendasar antara seorang action director dan koreografer saat berdatang ke kantor IDN Media. 

“Action director sama Koreografer itu sangat berbeda.Koreografer, ya, sesuai dengan kapasitasnya dia sebagai choreographer. Dia tidak bisa mengintervensi namanya angle shot atau keputusan yang ada di lapangan di bidang actionnya, tapi kalau action director dia bisa mengintervensi bisa sampai ke drama. Biasanya memang ada scene yang dia nyambung antara drama sama action, nah, itu tuh kita bisa discuss.”

Lanjutnya, “Koreografer dia kapasitasnya cuman membuat desain koreo yang memang sesuai sutradara minta. Nah, kalau action director ada, sutradara itu diskusinya cuman sama action director, dia tidak ke koreografer lagi. Makanya, sebenarnya, secara prosedural, maksudnya di luar pun sana, setiap ada action itu pasti ada action directornya. Jadi memang dikerjakan sama orang yang memang bidangnya.”

“Dengan dia meng-hire orang yang di bidangnya, action director atau stunt coordinator atau dan lain-lainnya, maka akan mempercepat proses shooting. Karena disaat ada kejadian sesuatu (contoh: kecelakaan) kita sudah tau opsinya apa yang bakal kita (action director) lakukan,” jelasnya. 

Mau menonton seberapa intens dan brutal adegan perkelahian hingga tawuran dalam film Bonnie? Catat tanggalnya karena Bonnie akan hadir di jaringan bioskop Tanah Air mulai 29 Februari 2024. Selamat menonton!

IDN Media Channels

Latest from Inspiration