Apa yang akan kamu lakukan jika menjalani hidup tanpa orang tua saat masih kecil? Tentu, ada perasaan takut dan cemas. Biasanya, di usia tersebut, anak masih membutuhkan sosok orang tua untuk melindungi atau membuat sebuah keputusan.
Namun, kondisi tersebut jauh berbeda dengan Kotaro. Kisah tentang kehidupan anak kecil berusia lima tahun tanpa orang tua. Ia tinggal di sebuah apartemen dan melakukan semuanya seorang diri.
Kisah tersebut tertuang dalam anime berjudul Kotaro Lives Alone, yang baru ditayangkan Netflix pada 10 Maret 2022 berjumlah 10 episode. Serial anime asal Jepang ini ditulis dan diilustrasikan oleh Mami Tsumura.
Lantas, apa yang membuat Kotaro Lives Alone sangat menarik untuk ditonton? Simak ulasannya di bawah ini.
Menghadirkan kisah penuh makna
Bagi pecinta anime, rasanya sayang untuk melewatkan serial satu ini. Kotaro Lives Alone tidak hanya berfokus pada kisah Kotaro, tetapi juga melibatkan kisah para penghuni Shimizu, tempat Kotaro menyewa seorang diri.
Apartemen tersebut memiliki dua lantai dengan tiga penghuni bernama Mizuki, Shin Karino, dan Pak Tamaru. Sebelum kedatangan Kotaro, setiap penghuni tidak saling mengenal atau bertegur sapa.
Masing-masing dari mereka memiliki permasalahan. Shin Karino digambarkan sebagai manga creator, yang kariernya tidak berkembang. Lalu, ada Mizuki yang bekerja di bar dan memiliki hubungan beracun dengan kekasihnya.
Terakhir, ada Pak Tamaru. Ia merasa kesepian karena sulit bertemu sang anak. Ia juga sering dianggap gangster karena penampilan nyentrik-nya. Kehadiran Kotaro di apartemen perlahan mengubah perilaku para penghuni. Meski sebenarnya, Kotaro turut menyimpan hal terkelam dalam hidup.
Pentingnya bersosialisasi terhadap sesama
Di era modern, mengenalkan diri kepada tetangga saat pindah sudah jarang ditemukan. Fenomena ini diangkat dalam Kotaro Lives Alone pada episode pertama. Kotaro baru saja pindah ke apartemen Shimizu.
Hal pertama yang ia lakukan usai membereskan barang bawaannya adalah membunyikan bel penghuni lain. Lalu, memberikan sekotak tisu mahal sebagai salam perkenalan.
Meski masih anak-anak, Kotaro memberikan gambaran tentang pentingnya bersosialisasi dan beretika terhadap sesama di lingkungan baru. Sebuah tradisi yang mulai tergerus dengan perkembangan zaman.
Mengilhami orang lain untuk lebih peduli
Sebelum bertemu Kotaro, para penghuni apartemen Shimizu tidak pernah berinteraksi. Bahkan, Shin Karino baru mengetahui penyewa kamar sebelahnya merupakan perempuan cantik bernama Mizuki setelah kedatangan Kotaro.
Kehadiran Kotaro membuat suasana apartemen lebih hidup. Shin Karino, yang dikenal pemalas dan enggan berhubungan dengan anak-anak mulai peduli. Karino sering menemani kegiatan Kotaro, dari pemandian umum hingga menjadi wali antar-jemput saat sekolah.
Tak hanya Karino, Mizuki juga menemani Kotaro piknik di taman saat libur bekerja. Kisah Kotaro dengan penghuni lain mengilhami penonton untuk bisa lebih peduli, karena setiap adegannya sangat relate dengan keseharian kita.
Mengajarkan untuk berpikir sebelum berbicara
Dalam hidup, ada kalanya kita berbicara tanpa berpikir lebih dulu dan memberikan dampak kurang baik pada orang lain. Tindakan itu pernah Shin Karino lakukan terhadap Kotaro. Saat itu, pemandian umum yang biasa mereka kunjungi ditutup.
Alhasil, Karino dan Kotaro tidak mandi selama dua hari. Bagi Karino, itu merupakan hal biasa, namun tidak bagi Kotaro. Ia merasa orang lain akan membenci atau menjauhi karena dirinya bau. Kotaro menjaga jarak dengan penghuni lain, terutama Karino.
Hingga suatu hari, keduanya pergi berbelanja. Karino mulai kesal dengan tingkah aneh Kotaro yang menjaga jarak dengannya. Karino menanyakan penyebabnya, dan ternyata karena Kotaro belum mandi dan merasa bau.
Karino mengatakan bahwa Kotaro terlalu mendramatisir masalah terkait dirinya yang belum mandi selama dua hari. Ucapan tersebut membuat Kotaro berlari pulang dan berusaha menyelesaikan masalah dengan mandi di wastafel dapur.
"Dengan begini, aku bisa jadi bersih. Kini, tetanggaku tidak akan membenciku."
Adegan tersebut mengajarkan penonton untuk berpikir sebelum berbicara atau memilah kata agar kalimat yang disampaikan tidak menyakiti dan memahami kondisi lawan bicara.
Menggambarkan kondisi psikologis anak tanpa sosok orang tua
Sepanjang episode, penonton dapat melihat keseharian Kotaro bersama penghuni lain. Dari semua penghuni, cara bicara dan tindakan Kotaro cukup dewasa. Ia mampu memahami kondisi penghuni lain, lebih cepat tanggap, serta melontarkan kata-kata bijak.
Penonton akan terpana dengan sosok Kotaro, yang dewasa dan cerdas dari usianya. Namun, kisah Kotaro Lives Alone menggambarkan kondisi psikologis anak tanpa sosok orang tua atau berada dalam kondisi keluarga bermasalah.
Dalam beberapa adegan, penonton dapat menemukan kondisi mental Kotaro yang tidak sehat. Ia merupakan sosok anak kecil, yang dewasa sebelum waktunya karena konflik orang tua.
Hidup dalam kurangnya kasih orang tua membuat Kotaro sering menahan perasaan. Saat terjatuh, ia berusaha tidak menangis dan mengobati luka dengan menempelkan banyak plester.
Kemandirian dan kedewasaan berpikir Kotaro berasal dari kartun kesukaannya berjudul Tonosaman. Dari kartun, ia belajar untuk menjadi kuat agar dapat dicintai oleh orang dewasa dan tidak dianggap lemah.
Saking tidak ingin menyusahkan orang dewasa, Kotaro datang sendiri di hari pertama sekolah dan membuat bekal makanan di supermarket. Ia juga selalu membawa pedang mainan di samping celana untuk melindungi diri, yang ia anggap sebagai musuh.
Tidak ada interaksi hangat antara orang tua Kotaro dengan dirinya, baik di adegan flash back atau akhir episode. Orang tua Kotaro hanya memberikan perhatian lewat uang. Ibu Kotaro sudah menyiapkan asuransi untuk biaya hidup sang anak.
Setiap minggu, uang tersebut dikirim melalui pengacara dan dirahasiakan darinya. Kotaro hanya mengetahui bahwa uang pemberian berasal dari donasi orang baik.
Kisah Kotaro Lives Alone memberikan pesan dan kesan yang mendalam, banyak kata-kata bijak dari Kotaro yang bikin kamu terenyuh sebagai orang dewasa, dan konfliknya tidak terlalu berat untuk dinikmati saat akhir pekan, Bela.