6 Fakta Menarik Drama Korea 'Trigger', Ketika Warga Sipil Pegang Senjata Api Ilegal

Korea Selatan dikenal sebagai negara dengan regulasi senjata api yang sangat ketat. Hampir tidak ada warga sipil yang memiliki atau menggunakan senjata, demi menjaga keselamatan publik.

Namun dalam Trigger, penonton diajak membayangkan sebuah skenario: bagaimana jika senjata api ilegal menyebar secara misterius melalui layanan pengiriman gelap?

Premis ini bukan hanya menyentuh isu kekerasan bersenjata secara global, tapi juga menciptakan ketegangan unik karena bertolak belakang dengan realitas sosial Korea. Konfliknya bukan cuma siapa yang menembak, tetapi mengapa orang biasa bisa memiliki dan menggunakan senjata api.

Kim Nam-gil memerankan Lee Do, mantan sniper militer yang kini menjadi detektif polisi. Karakternya teguh, idealis, namun memendam trauma dan dilema moral, yakni apakah kekerasan menjadi satu-satunya cara untuk melindungi orang lain?

Sementara itu, Kim Young-kwang tampil sebagai Moon Baek, pedagang senjata ilegal yang cerdas, tenang, dan penuh perhitungan. Meski tampak bersahabat, Moon Baek justru berada di balik jaringan distribusi senjata misterius dengan motif tersembunyi.

Pertemuan dua karakter ini menciptakan dinamika kompleks dan intens. Chemistry mereka menjadi salah satu kekuatan utama Trigger, yang membuat penonton terus bertanya, siapa yang betul-betul bisa dipercaya?

Trigger menjadi debut Kwon Oh-seung sebagai penulis sekaligus sutradara serial panjang. Sebelumnya, ia dikenal lewat film thriller bertajuk Midnight (2021) yang menuai pujian berkat ketegangan dan atmosfer mencekamnya.

Serial ini juga mempertemukannya kembali dengan aktor Park Hoon dan Gil Hae-yeon dari proyek sebelumnya. Dengan sinematografi tajam dan efek visual yang sinematik, Trigger diproduksi secara serius dengan anggaran besar mencapai KRW30 miliar (sekitar Rp355 miliar).

Judul Trigger sepertinya nggak hanya merujuk pada pelatuk senjata, tapi juga sebagai "pemicu" dalam diri manusia, yaitu saat batas psikologis mereka runtuh dan mendorong mereka melakukan tindakan yang melampaui batas.

Serial ini menggali sisi emosional dan moral para karakternya. Tekanan hidup, ketidakadilan sosial, hingga keputusasaan menjadi bahan bakar yang membuat orang biasa berubah menjadi ancaman. Drama ini mengajak penonton merenungkan tentang karakteristik morally grey, yang artinya ketika situasi terpojok, siapapun bisa berubah menjadi sosok yang berbahaya.

Trigger memadukan aksi tembak-menembak dengan drama psikologis yang intens. Tak sekadar menghibur, serial ini juga menyisipkan komentar sosial tentang kekuasaan, frustrasi masyarakat, dan sistem yang gagal melindungi rakyatnya.

Semua episode langsung tersedia sejak hari pertama penayangan, dengan total 10 episode yang masing-masing berdurasi 50–60 menit. Atmosfer dan konten yang tampak berat membuat serial ini ditujukan untuk penonton dewasa dengan rating 18+.

Perilisan Trigger sempat bersinggungan dengan insiden penembakan nyata di Korea Selatan. Akibatnya, beberapa agenda promosi dan jumpa penggemar dibatalkan.

Namun, sang sutradara menegaskan bahwa kisah dalam serial ini sepenuhnya fiksi dan merupakan bentuk refleksi sosial, bukan glorifikasi kekerasan.

"Ini ('Trigger') adalah cerita tentang situasi yang pernah kita bayangkan setidaknya sekali," ujar sutradara Kwon Oh-seung dalam siaran resmi Netflix. "Serial ini menempatkan 'senjata' sebagai pusat cerita dan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda."

Itulah enam fakta menarik dari Trigger, drama Korea penuh aksi dan ketegangan yang tengah jadi sorotan. Sudahkah kamu menontonnya, Bela?