Hadirnya earphone wireless atau TWS (True Wireless Stereo) membuat banyak orang mulai ketagihan menggunakannya dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Mulai dari berolahraga, bekerja, hingga sekadar bersantai, TWS seakan menjadi teman setia yang tidak bisa dipisahkan.
Namun, benarkah pakai TWS setiap hari menyebabkan tuli? Dibalik kepraktisannya yang nirkabel, penggunaan TWS terlalu sering dalam jangka waktu lama ternyata memiliki risiko pada gangguan pendengaran, lho.
Kira-kira apakah TWS benar bisa menyebabkan masalah pada telinga seseorang atau hanya mitos belaka? Yuk, simak pembahasannya beserta penjelasan terkait batas aman penggunaan perangkat ini.
1. Pakai TWS setiap hari bisa menyebabkan tuli? Ini studinya
Penggunaan perangkat audio seperti TWS (True Wireless Stereo) dalam waktu lama dan volume yang tinggi bisa meningkatkan risiko gangguan pendengaran. Fenomena ini dikenal dengan istilah Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) atau gangguan pendengaran akibat kebisingan.
Beberapa studi ilmiah telah mengidentifikasi hubungan antara penggunaan perangkat audio dengan risiko NIHL, seperti jurnal dari Cureus tahun 2022 berjudul "Impact on Hearing Due to Prolonged Use of Audio Device: A Literature Review" yang mengulas berbagai penelitian telah menunjukkan adanya risiko gangguan pendengaran akibat penggunaan perangkat audio, termasuk TWS.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Vogel pada tahun 2009 dengan melibatkan sebanyak 1.687 responden remaja berusia 12-19 tahun. Dari hasil studinya ditemukan bahwa sekitar 90% dari mereka sering mendengarkan musik melalui headphone pada perangkat audio portabel. Lalu, sekitar 29% dari mereka berisiko mengalami gangguan pendengaran karena terpapar suara dengan intensitas 89 desibel lebih dari 1 jam setiap hari.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ansari pada 2011 terhadap 2.400 siswa SMA yang menggunakan headphones atau perangkat audio lainnya. Hasil, sekitar 45% siswa mengalami masalah pendengaran, dengan perempuan memiliki persentase lebih tinggi dibanding laki-laki. Sekitar 37% responden mengaku mendengarkan musik secara terus-menerus, sementara 50% lainnya mendengarkan musik dengan volume lebih tinggi dari biasanya.
Pada tahun 2014, Naik dkk. melakukan penelitian terhadap 1000 mahasiswa yang dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan kebiasaan mendengarkan musik menggunakan earphones. Kelompok A diisi oleh mereka yang memiliki kecenderungan mendengarkan musik dengan earphones minimal 2 jam setiap harinya. Kelompok B punya kecenderungan mendengarkan musik dengan headphones selama kurang dari 1 jam setiap harinya.
Kelompok C diisi oleh mahasiswa yang menggunakan headphones, namun lebih sering memakai speaker. Sementara kelompok D berisikan mahasiswa yang tidak terbiasa menggunakan headphones saat mendengarkan musik.
Hasilnya menunjukkan bahwa 5-10% mahasiswa yang mendengarkan musik lebih dari 2 jam sehari mengalami kehilangan pendengaran pada frekuensi tinggi. Sementara itu, mahasiswa yang tidak terbiasa menggunakan headphones (kelompok D) tidak menunjukkan masalah pendengaran yang signifikan.
Studi lain yang dilakukan Zia pada 2019 menunjukkan bahwa penggunaan earphones, earbud, atau bahkan kebiasaan berenang dapat menyebabkan berbagai masalah telinga. Mulai dari masalah kesemutan, keluarnya cairan dari telinga, cedera di liang telinga, tinitus, dan gangguan pendengaran. Sekitar 56% dari mereka yang sering menggunakan headphones melaporkan mengalami masalah pada telinga, seperti gatal, infeksi telinga, bahkan kerusakan pendengaran.
Di tahun 2020, Byeon mengkaji sebanyak 530 remaja Korea Selatan berusia 12-19 tahun yang terbiasa menggunakan headphones di lingkungan bising. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang terpapar suara bising melalui earphones ataupun headphones lebih dari 80 menit sehari berisiko kehilangan pendengaran hingga 20-25%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mereka 4,5 kali lebih rentan terhadap kerusakan pendengaran.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka bisa disimpulkan bahwa pakai TWS setiap hari bisa jadi menyebabkan tuli, sebab penggunaannya dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran.
2. Apa itu gangguan pendengaran akibat kebisingan?
Gangguan pendengaran akibat kebisingan atau dikenal dengan NIHL merupakan sebuah kondisi terjadi ketika telinga mengalami kerusakan akibat suara yang keras atau bising. Gangguan ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan penyebabnya, yakni NIHL trauma akustik dan NIHL kronis.
NIHL trauma akustik terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan pendengaran secara mendadak setelah terpapar suara yang sangat keras dalam sekali waktu. Sementara itu, NIHL kronis disebabkan oleh paparan suara yang keras secara bertahap dari waktu ke waktu, seperti kerusakan pendengaran akibat menggunakan headphones atau perangkat audio lainnya.
Adapun beberapa gejala gangguan pendengaran yang sering muncul akibat kebisingan antara lain:
- Sensasi penuh atau tertekan di telinga.
- Kesulitan mendengar suara bernada tinggi seperti kicauan burung.
- Suara yang terdengar teredam atau terdistorsi.
Gejala-gejala ini bisa langsung muncul atau berkembang seiring waktu setelah terpapar kebisingan. Meskipun dalam beberapa kasus pendengaran bisa pulih, adanya gejala tersebut sudah menjadi tanda adanya kerusakan pada telinga. Jika terpapar suara keras secara terus-menerus, kerusakan pendengaran bisa menjadi permanen, lho.
3. Bagaimana kebisingan bisa merusak pendengaran?
Telinga terdiri dari tiga bagian utama, yakni telinga luar, tengah, dan dalam. Ketika ada suara muncul, gelombang suara akan masuk ke telinga tengah dan diteruskan ke telinga dalam. Lalu, suara akan diserap oleh koklea, yaitu organ yang mengandung sel-sel rambut halus yang berfungsi untuk mendeteksi suara dan terletak di telinga bagian dalam.
Sel-sel rambut di dalam koklea akan mengirimkan sinyal suara ke otak untuk diterjemahkan menjadi suara yang biasanya kamu dengar. Paparan suara yang keras dapat memperkuat getaran pada sel-sel rambut koklea. Jika suara yang diterima terlalu keras atau berlangsung terlalu lama, sel-sel rambut tersebut bisa melemah.
Saat sel-sel rambut koklea melemah, jumlah sinyal suara yang dapat diteruskan ke otak pun berkurang. Hal ini yang dapat menyebabkan penurunan pendengaran atau bahkan kehilangan pendengaran. Sayangnya, sel-sel rambut koklea yang rusak tidak dapat diperbaiki atau dipulihkan kembali, Bela.
4. Batas aman dari penggunaan TWS
Para ahli telah memberikan beberapa pedoman untuk mencegah kerusakan pendengaran saat menggunakan TWS atau perangkat audio lainnya. Di sebuah artikel di New York Times, Cory Portnuff, seorang audiolog di Rumah Sakit Universitas Colorado, menyarankan aturan 80 untuk 90. Hal ini dapat diartikan bahwa kamu dapat mendengarkan dengan aman pada 80% dari volume maksimal selama 90 menit setiap hari.
Sementara itu, jika kamu mendengarkan pada 60% dari volume maksimum atau lebih rendah, secara umum kamu bisa mendengarkan sepanjang hari tanpa masalah. Semakin tinggi volume yang digunakan, maka semakin pendek durasi yang disarankan.
Di sisi lain, James E. Foy, seorang dokter spesialis anak osteopati di Vallejo, California, memberikan rekomendasi yang lebih ketat dengan aturan 60:60. Artinya, kamu bisa mendengarkan perangkat MP3 tidak lebih dari 60% dari volume maksimum selama total 60 menit sehari.
Sebagai informasi, 80% dari volume maksimum setara dengan sekitar 85 desibel yang sebanding dengan kebisingan mesin pemotong rumput bertenaga gas atau suara lalu lintas di dalam mobil. Oleh karena itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyarankan agar menghindari paparan suara di atas 70 desibel dalam jangka waktu lama untuk mencegah kehilangan pendengaran akibat kebisingan.
Demikian penjelasan terkait benarkah pakai TWS setiap hari menyebabkan tuli. Supaya lebih aman, ada baiknya kamu mengikuti aturan penggunannya dengan tepat. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Referensi:
"Are Headphones Hurting Your Hearing?". Hearing Tracker. Diakses pada Januari 2025.
"Noise-Induced Hearing Loss (NIHL): A Comprehensive Review". National Center for Biotechnology Information. Diakses pada Januari 2025.
"Noise-Induced Hearing Loss (NIHL)". Cleveland Clinic. Diakses pada Januari 2025.
"How Headphones Can Lead to Hearing Loss". Accessed. Diakses pada Januari 2025.
"How to Protect Your Hearing While Using Headphones". The New York Times. Diakses pada Januari 2025.