Gerd atau penyakit asam lambung adalah salah satu gangguan pencernaan yang tidak boleh diremehkan. Mengingat gerd atau penyakit refluks gastroesofagus memberikan efek heartburn atau nyeri ulu hati yang tidak dapat hilang sepenuhnya. Meskipun dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup.
Karena alasan itulah, operasi gerd bisa menjadi opsi bila kamu mengalami gejala yang dapat mempengaruhi kesehatan. Kondisi tersebut mencakup:
- Peradangan parah di kerongkongan atau esofagus
- Penyempitan kerongkongan yang tidak disebabkan oleh kanker
- Esofagus Barrett, perubahan sel karena refluks asam.
Namun perlu diingat kalau prosedur operasi GERD dapat dipertimbangkan jika perawatan lain tidak berhasil serta besar kemungkinan operasi akan berjalan dengan baik.
1. Apa itu operasi GERD?
Gejala GERD terjadi saat cincin otot di bagian bawah kerongkongan, yaitu sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES) melemah. Gejala umumnya juga mudah dikenali, yaitu:
- Sakit dada
- Kesulitan menelan
- Heartburn (sensasi terbakar di dada)
- Regurgitasi (cairan lambung atau makanan masuk ke tenggorokan)
- Merasa seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan.
Walau mayoritas pengidapnya lebih memakai metode obat-obatan, ada juga yang mungkin memutuskan untuk menjalankan operasi refluks asam lambung, Bela. Alasannya pun beragam, namun biasanya meliputi:
- Hernia hiatus (bagian atas lambung menonjol melalui diafragma)
- Tidak bisa minum obat GERD
- Memiliki gejala bahkan saat sudah minum obat
- Tidak ingin minum obat dalam jangka panjang.
2. Tujuan operasi GERD
Tujuan utama dari operasi GERD adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pengidapnya. Sebab, sebagian orang menganggap bahwa gejala GERD tidak berkurang walau sudah mengonsumsi obat-obatan. Sementara ada juga yang tidak ingin minum obat dalam jangka waktu panjang, sehingga lebih memilih jalur prosedur operatif untuk menghilangkan gejalanya.
Prosedur ini juga memperkuat LES yang dilakukan untuk mencegah arau mengelola komplikasi. Kendati GERD bukan kondisi yang fatal, penyakit ini bisa berpotensi menyebabkan komplikasi yang lebih serius akibat gejala GERD selama bertahun-tahun.
Beberapa komplikasi GERD lama yang dapat dihindari dengan perawatan meliputi:
- Aspirasi (menghirup sekret dan isinya dari saluran pencernaan ke paru-paru)
- Pneumonia aspirasi (infeksi paru karena aspirasi)
- Pendarahan
- Adenokarsinoma esofagus (kanker)
- Ruptur esofagus.
Dalam menjalani operasi GERD, pasien perlu mengikuti beberapa tes. Biasanya dokter akan melakukan diagnosa dengan menganalisa gejala, riwayat kesehatan pribadi, serta pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan kerongkongan.
Mengingat beberapa tes dilakukan dengan melibatkan otot atau lapisan kerongkongan, penting untuk memastikan bahwa pasien tidak ada masalah pada kerongkongan.
Beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis GERD dan mengesampingkan kondisi lain meliputi:
- Esofagografi
- Manometri esofagus
- Pemantauan pH
- Endoskopi saluran cerna bagian atas.
3. Persiapan operasi GERD
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan sebelum operasi GERD. Di antaranya adalah melakukan tes kesehatan untuk memastikan jantung dan paru-paru sehat, serta tidak ada masalah kesehatan seperti anemia. Tes ini mungkin termasuk:
- Rontgen dada
- Hitung darah lengkap
- Panel kimia darah
- Elektrokardiogram (EKG).
Sementara prosedur laparoskopi (operasi terbuka) atau prosedur endoskopi untuk GERD dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik atau pusat endoskopi.
Dokter juga mengharuskan pasien untuk menghentikan beberapa obat dan suplemen tertentu, yang berpotensi menyebabkan risiko perdarahan selama operasi.
Inilah daftar obat yang mungkin perlu disetop sementara waktu sebelum operasi dimulai :
- Obat antiinflamasi (seperti ibuprofen)
- Aspirin
- Pengencer darah (seperti warfarin)
- Vitamin E.
4. Jenis operasi dan prosedur medis
Beberapa situasi tertentu membuat dokter akan merekomendasikan pasien untuk melakukan operasi atau prosedur medis lainnya untuk GERD. Misalnya metode obat-obatan yang tidak berhasil dan adanya komplikasi dari kondisi GERD, seperti pendarahan atau ulkus.
Operasi GERD dilakukan dengan mengoperasi bagian atas lambung dengan tujuan memperkuat dan mengencangkan kerongkongan bagian bawah dan sfingter. Sfingter sendiri adalah kumpulan otot yang membantu mencegah isi perut bergerak kembali ke kerongkongan.
Selama prosedur operasi GERD berlangsung, para dokter dan ahli bedah menggunakan metode fundoplikasi laparoskopi atau operasi terbuka. Metode operasi ini cenderung lebih invasif dan menciptakan luka operasi yang besar. Maka wajar saja, jika pasien operasi GERD butuh waktu pemulihan yang lebih lama.
5. Tingkat kesuksesan
Operasi GERD laparoskopi biasanya memiliki tingkat keberhasilan yang sangat baik, Bela. Hal ini terbukti pada hasil dari studi jangka pendek hingga lima tahun dan studi jangka panjang hingga 10 tahun.
Kebanyakan pengidap GERD melaporkan bahwa kualitas hidup mereka meningkat yang disertai dengan berkurangnya gejala pasca operasi. Dengan hasil yang memuaskan ini, kebanyakan orang tidak lagi membutuhkan obat refluks setelah operasi GERD.
6. Proses pemulihan
Waktu pemulihan pasca operasi GERD biasanya cenderung lebih lama. Sebab, jenis operasi ini memakai metode terbuka dan invansif, sehingga menciptakan luka operasi yang besar.
Biasanya, pasien menghabiskan 1–3 hari di rumah sakit setelah operasi GERD untuk memungkinkan dokter memantau. Dokter membolehkan pasien pulang apabila sudah bisa makan, minum, dan menelan tanpa masalah dan tidak mengalami efek samping.
Pasien juga diharuskan memakan makanan lunak seperti bubur dan tidak dianjurkan mengonsumsi makanan bertekstur padat untuk sementara waktu. Begitu juga dalam proses pemulihan, pasien dianjurkan untuk meminum obat cair dan obat padat yang dihancurkan selama beberapa minggu saat pemulihan.
Pembatasan ini bervariasi tergantung pada individu. Namun, kebanyakan pasien secara bertahap bisa makan makanan padat selama 2–8 minggu.
7. Kontraindikasi
Walau operasi GERD bisa menjadi alternatif untuk mengobati GERD, sayangnya tidak semua pengidapnya tidak boleh menjalaninya. Mereka adalah pengidap GERD yang didiagnosis dengan esofagus Barrett yang disertai sel-sel prakanker dan penderita kanker kerongkongan.
Kanker kerongkongan jarang terjadi. Faktor penyebabnya dipicu oleh kebiasaan merokok, minum berlebihan, obesitas, dan memiliki GERD atau kerongkongan Barrett.
Sementara esofagus Barrett merupakan kondisi sel-sel lapisan kerongkongan yang mengalami kerusakan akibat paparan asam lambung yang terlalu lama. Kondisi ini terkait dengan GERD dan ada kemungkinan peningkatan risiko kanker.
Selain kanker kerongkongan dan esofagus Barrett, dokter juga mempertimbangkan faktor lain seperti kesehatan secara keseluruhan dan kondisi lain yang sudah ada sebelumnya.
8. Potensi risiko dan komplikasi
Sama halnya dengan operasi kebanyakan, operasi GERD juga memiliki potensi risiko dan komplikasi yang dapat meliputi:
- Masalah menelan jika lambung membungkus kerongkongan terlalu kencang
- Kerongkongan bergerak sehingga lambung tidak lagi menopang katup
- Timbulnya heartburn kembali
- Kembung, tidak nyaman, atau kelebihan gas.
Sebanyak 30 persen pasien operask GERD yang menjalani prosedur fundoplikaai mengalami komplikasi struktural. Ini terjadi karena rumitnya persimpangan kerongkongan dan pintu masuk ke lambung, sehingga koreksi bedah juga dapat melemah seiring waktu.
GERD merupakan kondisi gastrointestinal ketika asam lambung naik ke kerongkongan yang menyebabkan heartburn dan gejala lainnya. Tanpa pengobatan rutin, GERD dapat menyebabkan komplikasi parah, termasuk kanker kerongkongan. Salah satu solusi untuk mengobati GERD adalah dengan mengikuti Operasi GERD.
Pilihan ini dikhususkan bagi individu yang tidak dapat mengelola kondisi dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup. Apalagi operasi ini punya tingkat keberhasilan yang sangat baik. Sehingga kebanyakan orang tidak lagi memerlukan obat untuk mengobati GERD setelahnya.
Referensi
- Moore, Maureen. “Gastroesophageal reflux disease: A review of surgical decision making.” World Journal of Gastrointestinal Surgery 8, no. 1 (1 Januari 2016): 77.
- International Foundation for Gastrointestinal Disorders. Diakses pada Juli 2024. Surgical Treatments.
- Yadlapati, Rena, Eric S. Hungness, dan John E. Pandolfino. “Complications of Antireflux Surgery.” the American Journal of Gastroenterology 113, no. 8 (1 Agustus 2018): 1137–47