Ini 6 Gangguan Makan yang Paling Sering Dialami Bayi hingga Dewasa

Pernah mengalaminya, Bela?

Ini 6 Gangguan Makan yang Paling Sering Dialami Bayi hingga Dewasa

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Ingin menurunkan berat badan dan membentuk tubuh adalah hal normal. Dalam upayanya tersebut, diet sering kali dilakukan demi mewujudkannya. Namun, bila dilakukan secara berlebihan atau ekstrem, tentu itu tidak baik dan bisa jadi tanda adanya gangguan makan.

Gangguan makan bukan sekadar masalah fisik saja. Melansir Mayo Clinic, gangguan makan (eating disorder) adalah kondisi serius yang berhubungan dengan mental hingga memengaruhi kebiasaan dan gaya hidup.

Umumnya kondisi tersebut ditandai dengan kekhawatiran terhadap berat badan, bentuk tubuh, hingga makanan. Masalah ini nantinya akan mengganggu fisik penderitanya, seperti mengganggu pencernaan, mengubah susunan gigi, serta menyebabkan komplikasi serius.

Seperti tertulis dalam sebuah artikel di Healthline, gangguan makan bisa disebabkan berbagai elemen. Mulai dari genetik, faktor sosial, sampai permasalahan pada otak. Untuk gejalanya sendiri pun beragam. Berikut ini adalah beberapa jenis gangguan makan yang paling sering terjadi.

1. ARFID

Ini 6 Gangguan Makan yang Paling Sering Dialami Bayi hingga Dewasa

Avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID) atau gangguan makan yang membuat penderita menghindari makanan tertentu. Mereka hanya makan sedikit dan umumnya alasan menolak makanan adalah karena bau, warna, rasa, tekstur, atau suhu makanan.

AIRFID sering ditemui pada anak-anak dengan usia di bawah 7 tahun dan bisa berlanjut hingga dewasa, baik perempuan maupun laki-laki.

Gejala paling umum dari ARFID adalah menghindari asupan makanan, defisiensi nutrisi, berat badan menurun, perkembangan yang buruk untuk tinggi dan umur, serta punya kebiasaan makan yang mengganggu sisi sosial.

Tampak seperti kebiasaan normal memilih-milih makanan, tetapi ARFID jauh lebih ekstrem. Ini juga tidak berhubungan masalah praktik budaya ataupun agama.

Sebetulnya masih ada lagi gangguan makan lainnya, seperti kebiasaan makan tengah malam (night eating syndrome) dan lain-lain. Namun, gangguan makan yang disebutkan di atas adalah yang paling sering terjadi.

2. Gangguan makan berlebihan

Berkebalikan dengan anoreksia dan bulimia, penderita gangguan makan berlebihan tidak terlalu peduli urusan berat badan. Mereka tidak bisa berhenti makan dan akan melahap makanan dalam jumlah besar. Penderitanya pun tidak memuntahkannya seperti penderita bulimia, membuat mereka punya berat badan yang berlebihan.

Selain makan berlebihan, penderita gangguan makan yang satu ini sebetulnya tidak merasa nyaman dengan kebiasaan makan tersebut. Mereka sadar dan merasa tertekan karenanya. Ini dapat menyebabkan risiko tinggi terkena penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

3. Anoreksia

Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang paling sering terjadi. Gangguan makan ini sering dialami perempuan dan muncul saat masa remaja, menyebabkan penderitanya selalu berpikir dirinya kelebihan berat badan, walau sebetulnya tubuhnya sudah kurus. 

Anoreksia membuat penderitanya dalam kondisi kekurangan bobot, mengingat mereka hampir menghindari seluruh makanan yang dianggap dapat memberikan kalori.

Menurut buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition: DSM-5 yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association, penderita anoreksia bisa dideteksi lewat berat badannya. Lebih dari itu, mereka juga sangat membatasi pola makan, punya kecemasan berlebihan akan berat badannya, tidak ingin berat badannya naik walau demi alasan kesehatan, hingga penyangkalan bahwa tubuhnya sudah terlalu kurus.

Berdasarkan prosesnya, anoreksia bisa dibagi menjadi dua macam: tipe yang membatasi (restricting type) dan tipe yang membersihkan (binge eating atau purging type).

Tipe membatasi berarti penderitanya sangat membatasi asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya atau mudahnya melakukan diet atau puasa berlebihan. Sementara itu, tipe membersihkan maksudnya adalah penderitanya tetap makan, tetapi setelahnya mereka akan memaksa makanan tersebut keluar dari tubuhnya dengan cara dimuntahkan.

4. Pica

Gangguan makan ini mudah diketahui mengingat pilihan makan mereka sangat aneh atau tidak masuk akal. Penderita gangguan makan pica akan mengonsumsi makanan yang tidak bernutrisi atau lebih tepatnya yang berbentuk substansi seperti es, tanah, sabun, kertas, atau benda-benda tak lazim lainnya.

Berdasarkan laporan berjudul “Eating everything except food (PICA): A rare case report and review” dalam Journal of International Society of Preventive and Community Dentistry tahun 2014, disebutkan bahwa gangguan makan ini bisa dialami siapa pun. Namun, kondisi ini lebih sering dialami anak-anak, perempuan hamil, dan individu dengan cacat mental.

Dampak negatif dari gangguan makan pica adalah penderitanya bisa mengalami keracunan akibat substansi yang dia makan, bisa mengakibatkan kerusakan lambung. Dalam kasus tertentu, gangguan makan pica dapat merenggut nyawa jika substansi yang dikonsumsi merupakan barang berbahaya.

5. Bulimia

Mirip dengan tipe anoreksia binge eating atau purging, penderita bulimia nervosa akan makan makanan super banyak, lalu dimuntahkan. Perbedaan dari anoreksia dan bulimia adalah dari berat badannya. Umumnya, berat badan pada penderita bulimia tidak seringan penderita anoreksia dan umumnya berat badanya tampak normal.

Dari segi gejala, selain memuntahkan makanan, penderita bulimia sering tampak memakan porsi makanan yang tidak biasa. Mereka juga tidak percaya diri akan berat badannya dan ketakutan berat badannya bertambah. Bila gangguan makan ini sudah berlangsung lama, akan terjadi kerusakan gigi, sering mengalami masalah asam lambung, dan adanya pembengkakan pada kelenjar saliva.

6. Gangguan ruminasi

Gangguan makan yang satu ini tergolong baru dan jauh lebih langka daripada gangguan makan lainnya. Penderitanya akan mengeluarkan makanan yang sudah ditelan dan kembali mengunyahnya. Setelah itu, dia akan menelannya lagi atau terus dibuang. Umumnya, kejadian ini terjadi pada 30 menit pertama saat makan.

Ruminasi bisa terjadi ketika masa bayi, kecil, ataupun saat dewasa. Pada bayi, umumnya kondisi ini berkembang saat usia 3-12 bulan dan akan hilang dengan sendiri. Berbeda dengan masa kanak-kanak dan dewasa, untuk menghilangkan gangguan makan ini perlu dilakukan terapi. 

Laporan dari Genetic and Rare Diseases Information Center menyebutkan bahwa gangguan makan ini bisa muncul akibat stres emosional ataupun cedera fisik.

Gejala ruminasi bisa meliputi bau mulut, sakit perut atau gangguan pencernaan, pembusukan gigi, hingga mulut atau bibir kering.

Agaknya ruminasi dan permasalahan asam lambung sering sulit dibedakan. Namun, melansir Healthline, asam lambung biasanya terjadi saat malam hari akibat langsung berbaring setelah makan, sementara gangguan makan ruminasi terjadi saat mencerna makanan.

Disclaimer: Artikel ini sudah diterbitkan di laman IDN Times dengan judul "6 Gangguan Makan Paling Umum, Korbannya Bukan Hanya Perempuan"

  • Share Artikel

TOPIC

    trending

    Trending

    This week's horoscope

    horoscopes

    ... read more

    See more horoscopes here