7 Cara Mengatasi Rambut Rontok Setelah Melahirkan

Kerontokan rambut usai melahirkan dikenal dengan istilah postpartum hair loss. Biasanya terjadi karena perubahan hormon dan faktor gaya hidup setelah menjadi ibu baru.

1. Perubahan hormon estrogen

Saat hamil, hormon estrogen tinggi sehingga rambut lebih tebal. Setelah melahirkan, kadar estrogen turun drastis. Akibatnya, banyak helai rambut yang “istirahat” dalam fase telogen akan rontok bersamaan.

2. Stres fisik dan emosional

Persalinan menguras energi. Ditambah dengan begadang, menyusui, dan adaptasi jadi ibu baru, stres fisik maupun emosional bisa memperparah kerontokan.

3. Kekurangan nutrisi

Banyak ibu baru sibuk mengurus bayi sehingga asupan gizinya tidak seimbang. Padahal kekurangan zat besi, vitamin D, dan protein bisa membuat rambut rapuh dan mudah patah.

4. Pola tidur yang terganggu

Tidur tidak teratur meningkatkan hormon kortisol (hormon stres) yang ikut memperparah kerontokan rambut.

Ada banyak cara untuk mengurangi rambut rontok. Berikut tujuh langkah yang bisa kamu coba di rumah secara aman dan efektif.

Pilih sampo bebas sulfat dan kaya bahan alami seperti aloe vera, ginseng, atau rosemary. Formula ringan ini membantu menjaga kelembapan kulit kepala tanpa memperparah kerontokan. Menurut Healthline, sampo dengan kandungan biotin dan keratin juga bisa memperkuat batang rambut.

Conditioner penting untuk menjaga kelembapan rambut. Gunakan hanya di batang hingga ujung rambut, jangan di kulit kepala. Rambut jadi lebih lembut, tidak kusut, dan risiko patah berkurang.

Penggunaan catokan, hair dryer, atau curling iron bisa merusak rambut yang sedang rapuh. Kalau harus menata rambut, gunakan suhu rendah dan selalu pakai heat protectant.

Kerontokan bisa berkurang dengan pola makan seimbang. Perbanyak konsumsi protein dari telur, ikan salmon, kacang-kacangan, serta sayuran hijau kaya zat besi. Menurut Mayo Clinic, pola makan bergizi membantu mempercepat pemulihan tubuh sekaligus pertumbuhan rambut.

Gunakan minyak kelapa, minyak zaitun, atau rosemary oil. Pijat lembut kulit kepala 5–10 menit dua kali seminggu. Cara ini melancarkan peredaran darah dan merangsang pertumbuhan rambut baru.

Memangkas ujung rambut setiap 2–3 bulan bisa mencegah bercabang dan memberi ilusi rambut lebih sehat. Meskipun tidak langsung menghentikan kerontokan, langkah kecil ini bikin rambut lebih rapi.

Stres adalah faktor besar penyebab rambut rontok. Cari waktu untuk relaksasi, misalnya meditasi singkat, olahraga ringan, atau sekadar me time. Istirahat cukup membantu hormon kembali stabil.

Selain mencegah kerontokan, kamu juga bisa lakukan perawatan tambahan untuk merangsang rambut baru tumbuh.

1. Pilih suplemen khusus ibu menyusui

Beberapa dokter kandungan menyarankan suplemen dengan kandungan biotin, vitamin B kompleks, dan zat besi. Namun, pastikan konsultasi dulu sebelum konsumsi agar aman buat busui.

2. Gunakan serum rambut berbahan alami

Sekarang banyak serum dengan kandungan rosemary, niacinamide, atau ginseng. Pilih produk yang sudah BPOM dan bebas paraben atau silikon berlebihan.

3. Coba masker rambut alami

Masker lidah buaya, campuran minyak kelapa dan madu, atau putih telur bisa jadi alternatif alami. Kandungan enzim dan vitamin di dalamnya menutrisi kulit kepala tanpa efek samping.

4. Hindari diet ketat

Fokus pada pemulihan tubuh dulu. Diet ekstrem justru bikin tubuh kekurangan gizi sehingga rambut makin sulit tumbuh. Lebih baik pilih pola makan seimbang dengan kalori cukup.

5. Pakai sisir bergigi jarang

Sisir bergigi rapat bisa menarik rambut berlebihan dan bikin patah. Gunakan sisir bergigi jarang atau sisir kayu agar rambut lebih aman.

Rambut rontok setelah melahirkan memang wajar, tapi tetap bisa diatasi. Dengan langkah sederhana seperti memilih sampo lembut, konsumsi makanan bergizi, sampai pijat kulit kepala, kamu bisa mempercepat pemulihan rambut.

Kalau kerontokan berlangsung lebih dari 12 bulan atau disertai kebotakan di area tertentu, segera konsultasikan ke dokter. Jadi, sekarang kamu jadi tahu 7 cara mengatasi rambut rontok setelah melahirkan.

Artikel ini ditulis dengan dukungan AI berdasarkan referensi ilmiah dan editorial terpercaya. Untuk kondisi kulit tertentu, sebaiknya konsultasikan langsung ke dokter kulit.