Kisah Fakhitah, Cinta Kandas Pertama Nabi Muhammad SAW

Fakhitah sempat dua kali menolak lamaran Rasulullah

Kisah Fakhitah, Cinta Kandas Pertama Nabi Muhammad SAW

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Namun, laki-laki berjuluk Al-Amin itu tetaplah manusia biasa. Dia juga merasakan apa yang manusia pada umumnya rasakan, seperti ketertarikan pada cinta.

Sebelum bertemu dengan Sayyidah Khadijah, Rasulullah pernah jatuh hati kepada salah seorang kerabat dekatnya. Perempuan itu adalah Fakhitah, seorang keturunan Bani Hasyim dan putri dari paman Rasulullah, Abu Thalib.

Lantas, bagaimana kisah Fakhitah dan Nabi Muhammad? Berikut rangkuman kisah Fakhitah, cinta kandas pertama Nabi Muhammad SAW.

1. Ayah Fakhitah sudah memiliki rencana lain

Kisah Fakhitah, Cinta Kandas Pertama Nabi Muhammad SAW

Saat Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Rasul, beliau sempat melamar Fakhitah untuk pertama kali. Kepada pamannya, Rasulullah meminta izin untuk menikahi Fakhitah. Namun sayang, lamar tersebut ditolak secara halus.

Akhirnya, Rasulullah pun menerima dan menghargai keputusan itu dengan lapang dada. Beliau menganggap lamarannya ditolak karena umurnya yang masih terlalu dini untuk menikah.

2. Seseorang dari Bani Makhzum telah melamar lebih dulu

Ternyata, alasan sesungguhnya Abu Thalib menolak Nabi Muhammad SAW adalah karena dia telah menerima lamaran dari seorang Bani Makhzum. Laki-laki tersebut bernama Hubairah yang dikenal dengan kekayaan dan keahliannya di bidang syair atau puisi.

Saat menolak lamaran Rasulullah, sebenarnya Abu Thalib secara tersirat telah mengungkapkan bahwa telah ada seseorang dari kabilah lain yang melamar anaknya. Dia berkata, “Orang yang telah bermurah hati harus dibalas dengan sikap serupa,” kata Abu Thalib. Tetapi, ternyata Rasulullah menganggap itu adalah salah satu sopan santun pamannya ketika menolak.

Saat itu, Bani Makhzum berkembang cukup pesat. Berbanding terbalik dengan Bani Hasyim, kabilah Abu Thalib dan Nabi Muhammad SAW, yang cenderung berkurang peranannya.

Pada masa itu, masyarakat Arab sangat memandang penting kabilah yang besar dengan jumlah anak laki-lakinya. Karena dari sanalah, peranan suatu kabilah dapat diukur.

Abu Thalib pun merasa harus membalas budi kabilah Bani Makhzum. Hal ini dikarenakan dahulu orang-orang dari Bani Makhzum telah menikahkan gadis-gadisnya kepada Bani Hasyim.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here