Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

‘Finding Your Voice’, Catatan Duka yang Menguatkan dari Putri Hilbram Dunar

IMG_0902.JPG
Popbela.com/Windari Subangkit
Intinya sih...
  • Virpia Puteri Dunar menerbitkan buku pertamanya berjudul Finding Your Voice: Everything I Couldn’t Say sebagai cara untuk menyuarakan isi hatinya dan menghadapi kehilangan ayahnya.
  • Peluncuran buku diwarnai haru dan air mata, menjadi ruang aman bagi generasi muda untuk berbagi cerita duka, menyoroti pentingnya literasi emosional serta kesehatan mental.
  • Buku ini mendapat sambutan hangat dari lingkungan sekolah dan teman-teman Via, juga memberikan harapan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental di kalangan remaja.

Di tengah hiruk-pikuk media sosial dan dunia remaja yang serba cepat, Virpia Puteri Dunar—atau yang akrab disapa Via—memilih menulis sebagai cara menyuarakan isi hatinya. Di usia yang masih sangat muda, Via berhasil menerbitkan buku pertamanya berjudul Finding Your Voice: Everything I Couldn’t Say. Buku ini lahir dari proses berduka setelah kepergian ayahnya, Hilbram Dunar, sosok penulis, penyiar, pembicara, sekaligus ayah yang penuh cinta dan inspirasi.

“My coping mechanism? Writing my feelings out in a book where no one is allowed to read it. Until now. This. Is. MY. Diary,”

— Virpia Puteri Dunar

Kalimat pembuka di buku ini mengajak kita menyelami perasaan Via yang sangat personal dan jujur. Finding Your Voice: Everything I Couldn’t Say bukanlah buku panduan untuk menghadapi kehilangan. Buku ini hadir sebagai pelukan hangat dalam bentuk kata, menjadi teman yang mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam kesedihan.

Peluncuran buku yang diwarnai haru dan air mata

IMG_0884.JPG
Popbela.com/Windari Subangkit

Peluncuran buku berlangsung pada Minggu (22-6-2025) di Kopi Kina, Kemang, Jakarta Selatan, dengan suasana hangat dan penuh empati. Acara ini tidak hanya menjadi momen perayaan karya Via, tapi juga ruang aman bagi generasi muda untuk berbagi cerita duka dan menyoroti pentingnya literasi emosional serta kesehatan mental.

Diskusi hangat yang dihadirkan dalam acara tersebut melibatkan Anya Dwinov sebagai moderator, psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana, Prameshwari N dari Sekolah Cikal, serta penulis dan pendiri komunitas @grieftalk.id, Nirasha Darusman. Kehadiran figur publik seperti Ivy Batuta, Uli Herdi, Bayu Oktara, Dee Lestari, Feni Rose, Arie Dagienkz, Leli Kamal, dan Miund makin menguatkan pesan bahwa membicarakan kehilangan adalah bagian penting dari proses penyembuhan.

Dalam sambutannya, Via berharap buku ini bisa menjadi pendamping bagi mereka yang tengah berduka.

“This book might be triggering for people who have experienced the loss of a special person. But it can also be helpful. To know that you’re not alone,” katanya.

Dari proses menulis hingga kenangan terindah bersama ayah

IMG_0872.JPG
Popbela.com/Windari Subangkit

Ditemui usai peluncuran buku Finding Your Voice: Everything I Couldn’t Say, Via membagikan cerita tentang proses kreatif dan makna di balik buku perdananya ini. Via bercerita bahwa awalnya buku ini adalah proyek sekolah yang akhirnya menjadi karya pribadinya.

“Aku nulis buku ini sekitar 6 bulan. Ini bukan cuma tugas sekolah, tapi juga cara aku supaya orang-orang tetap ingat Papa walaupun beliau sudah nggak ada,” ungkap Via.

Lewat buku ini, Via juga membagikan memori-memori manisnya bersama sang ayah. Soal kenangan paling berkesan dengan ayahnya, Via mengenang perjalanan mereka ke Jepang.

“Kita pernah naik perahu kecil berbentuk angsa berdua saja, nggak sama Mama dan kakak aku. Saat itu kita bisa ngobrol banyak, dan itu quality time yang paling berkesan buat aku. Karena Papa biasanya sibuk kerja dan jarang ada di rumah,” kenangnya.

Menulis tentang kehilangan tentu bukan hal mudah. Remaja yang baru saja lulus SMP ini mengaku sering menulis di malam hari, bahkan sampai menangis.

“Aku nangis banget waktu nulis buku ini. Kadang juga nangis di sekolah, tapi aku sembunyiin dikit-dikit. Aku coba tuangkan semua emosi yang aku rasakan pada saat itu, makanya kerasa very personal,” ucap Via.

Respons positif dari sekolah, teman, dan keluarga

IMG_0830.JPG
Popbela.com/Windari Subangkit

Manisnya, buku Finding Your Voice: Everything I Couldn’t Say mendapat sambutan hangat dari lingkungan sekolah dan teman-teman Via. Banyak yang merasa sangat relate, bahkan untuk guru-guru yang juga pernah kehilangan orang tua.

“Ada yang beli buku ini di sekolah dan bilang mereka merasa cerita ini sangat mewakili perasaan mereka, terutama tentang kesehatan mental remaja,” ujar Via.

Di sisi lain, sang ibu juga memberikan merespons yang penuh emosional ketika pertama kali membaca tulisan Via di buku tersebut.

“Mama tahu aku bikin buku ini, tapi aku nggak kasih baca sampai buku ini selesai. Pas sudah selesai, dia langsung nangis pas baru baca satu halaman saja,” ungkapnya.

Harapan Via untuk pembaca

IMG_0895.JPG
Popbela.com/Windari Subangkit

Via berharap buku ini tidak hanya mengenang ayahnya, tapi juga membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental di kalangan remaja.

“Aku ingin orang tua dan generasi yang lebih tua lebih mengerti kenapa anak-anak bisa merasa sedih atau depresi. Aku harap buku ini jadi pengingat bahwa kita nggak sendiri,” tutur Via.

Via yang menulis buku ini dalam bahasa Inggris karena merasa lebih nyaman dengan bahasa tersebut, juga mengaku belum berencana menulis buku lagi, kecuali jika mendapat inspirasi baru.

Melalui Finding Your Voice: Everything I Couldn’t Say, Via tidak hanya menemukan cara untuk mengungkapkan kehilangan dan rasa cinta kepada ayahnya, tapi juga mengajak kita semua untuk lebih berani mengenali dan berbagi perasaan, terutama soal duka dan kesehatan mental. Buku ini menjadi suara baru yang hangat dan sangat dibutuhkan di tengah budaya yang masih sering menghindari topik kehilangan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Windari Subangkit
EditorWindari Subangkit
Follow Us