4 Gaya Komunikasi Berbahaya yang Bisa Memicu Perceraian

Kadang tanpa disadari pernah kamu lakukan.

4 Gaya Komunikasi Berbahaya yang Bisa Memicu Perceraian

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Dalam sebuah penelitiannya terkait pernikahan, John Gottman, Ph.D., seorang Psikolog dari Universitas Washington, menemukan bahwa ada 4 kebiasaan komunikasi yang meningkatkan kemungkinan perceraian.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa keempat komunikasi tersebut membuat hubungan cenderung menjadi tidak stabil, tidak bahagia dan kemungkinan besar akan berakhir. 

John Gottman menyebut gaya komunikasi ini sebagai “The four horsemen of apocalypse”. Dikutip dari Mind Body Green, berikut penjelasan lengkap mengenai 4 gaya komunikasi berbahaya yang memicu perceraian.

1. Mengkritik

4 Gaya Komunikasi Berbahaya yang Bisa Memicu Perceraian

Gaya komunikasi yang pertama adalah criticism. Mengkritik adalah tindakan memperhatikan masalah dalam hidup kamu atau hubungan dan mengubahnya menjadi komentar tentang kelemahan sifat karakter pasangan. 

Kritik berbeda dengan keluhan. Mengeluarkan keluhan itu adalah hal yang normal dan sehat dari suatu hubungan. Justru jika tidak ada yang pernah mengeluh, maka akan ada banyak kebencian yang tidak diproses seiring berjalannya waktu. Contoh perbedaannya:

  • Keluhan: "Aku sangat lelah hari ini, dan tidak memiliki tenaga untuk bisa membersihkan piring kotor tersebut.
  • Kritik: "Aku sangat lelah, dan kamu tidak pernah peduli tentang itu. Kamu selalu membiarkan aku membersihkan semuanya sendiri."

Nah, dari kedua konteks tersebut, kamu bisa melihat kalau keluhan berfokus pada masalah yaitu piring yang berantakan, sementara kritik, biasanya memiliki kata kunci seperti “kamu selalu..”, “kamu tidak pernah..”. Intinya, kritik tidak membahas masalah tetapi justru membuat pasanganlah yang menjadi masalahnya.

2. Defensif

Sikap defensif adalah reaksi terhadap kritik yang diberikan dengan tujuan mempertahankan pemikiran pribadi dan menganggap diri benar. Ada beberapa kemungkinan jika seseorang bersikap defensif seperti:

  • Memberikan penjelasan berlebihan: "Aku membersihkan piring kok, tapi saat mau membersihkannya, tidak ada sabun pencuci piring, lalu kemudian aku pergi ke toko dan ..."
  • Melakukan playing victim: "Kamu selalu jahat padaku!"
  • Mengkritik balik: "Aku akan mulai mencuci piring kalau kamu mulai merawat halaman dengan lebih baik. Kamu itu selalu mengabaikannya."
  • Menggunakan kata "tetapi": "Aku tahu piringnya berantakan, tetapi tidak bisakah kamu mengabaikannya untuk malam ini?"

Gaya komunikasi ini bisa memicu perceraian, karena tidak bisa menyelesaikan masalah. Bersikap mempertahankan ego sendiri hanya membuat masalah semakin lebar, apalagi jika tidak ada yang mau berkorban satu sama lain.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here