6 Fakta Keluarga Yandy Laurens, Sutradara Film SORE: Istri dari Masa Depan

- Yandy Laurens lahir di Makassar pada 9 April 1989 dan tumbuh di sana. Orang tuanya juga tinggal di Makassar, namun informasi mengenai keluarganya sangat terbatas.
- Yandy adalah anak ketiga dari empat bersaudara dan keluarganya tidak terbiasa membaca buku. Mereka pernah mengalami diskriminasi rasial yang menegangkan di masa lalu.
- Ayah Yandy meninggal saat ia kelas 2 SMP, ia sempat bertengkar dengan ibunya karena ingin kuliah di Jakarta. Yandy sudah menikah dan memiliki dua putri bernama Ive dan Nara.
Punya karya-karya yang hits, Yandy Laurens dikenal sebagai salah satu sutradara berbakat Tanah Air. Setelah sukses dengan film 1 Kakak 7 Ponakan, Yandy kembali merilis film barunya yang berjudul SORE: Istri dari Masa Depan. Film tersebut pun menjadi perbincangan hangat para netizen yang tercengang dengan cerita hingga setiap adegan dan sinematografinya.
Ceritanya sendiri ditulis Yandy yang terinspirasi dari kehidupan percintaannya, terutama dengan sang istri. Yandy Laurens diketahui telah menikah dengan Joeanne pada Agustus 2018 lalu. Di balik kesuksesannya saat ini di dunia film, ada dukungan keluarga yang tak henti-hentinya. Yuk, kenalan lebih dekat lewat beberapa fakta keluarga Yandy Laurens berikut ini.
1. Sutradara kelahiran Makassar

Alexander Yandy Laurens lahir pada 9 April 1989, di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia menghabiskan masa kecilnya dan tumbuh di kota tersebut. Orang tuanya juga tinggal di Makassar bersama dengannya seperti yang ia ungkap dalam podcast bersama Daniel Mananta.
Ayah Yandy disebut pernah bekerja di bengkel dan pemain basket Kejuaraan Nasional atau Kejurnas. Namun, keluarga Yandy tampaknya menjaga privasi dan tak banyak informasi mengenainya.
2. Anak ketiga dari empat bersaudara

Yandy Laurens adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Tak banyak informasi tentang saudara-saudaranya, akan tetapi kakak Yandy secara tidak langsung memiliki peran dalam kesuksesan adiknya. Keluarganya ternyata tak terbiasa membaca buku, pembuat film ini bahkan baru membaca buku pertamanya sampai habis di usia 25 tahun.
Saat itu, Yandy diberikan uang Rp15.000 oleh kakaknya. Alih-alih dipakai untuk jajan atau beli komik, Yandy memakai uang tersebut untuk membeli buku tentang penyutradaraan film dan televisi. Dari situlah, ia mulai tertarik dengan film.
3. Keluarganya sempat alami diskriminasi

Menjadi bagian dari minoritas, Yandy Laurens pernah bercerita kalau kehidupannya dulu di Makassar sempat mengalami hal yang kurang menyenangkan. Keluarganya di masa lalu pernah mendapatkan diskriminasi rasial yang menempatkan mereka di situasi yang menegangkan. Ia juga merasa iri dengan anak-anak yang bebas bermain di lingkungannya.
"Childhood-nya kayak apa, di zaman itu entah lingkungan kotanya atau rumahku saja, tapi diskriminasi rasnya cukup tinggi. Jadi, pengalaman pulang sekolah mencet bel 'kan ruko tuh rolling door, 'Tok-tok-tok, cepat buka', karena kalau ada anak yang lewat terus, 'Eh Cina lu', digebukin tanpa alasan saja," cerita Yandy.
Kakaknya yang bahkan lebih berani pun terkena bullying oleh anak-anak sekitarnya. Diskriminasi ras tersebut ternyata berujung pada adanya kerusuhan di tahun 1997 di Makassar, yang berlanjut dengan kerusuhan 1998. Di era antara bertahan atau mati bagi etnis Tionghoa kala itu, keluarga Yandy Laurens hanya bisa bertahan dalam rukonya saja. Ayahnya melapisi pintu rolling door toko agar tetap aman dari serangan.
4. Ayah Yandy telah meninggal dunia

Saat kelas 2 SMP, sutradara film Keluarga Cemara ini harus ditinggal selamanya oleh sang ayah. Kala itu, Yandy tak meneteskan air mata, padahal semua keluarganya sudah menangis. Ia sendiri mengaku merasa sedih, tapi juga bingung kenapa ia tak bisa mengeluarkan air matanya.
Baru setelah 8 tahun meninggalnya sang ayah, Yandy menangis usai bermimpi mendengar suara ayahnya. Ketika sedang mengedit proyek SORE: Istri dari Masa Depan, ia baru menyadari bahwa dalam dirinya masih ada perasaan marah kepada sang ayah. Dulu ayahnya yang sudah kanker stadium 4 masih saja memilih merokok. Ia merasa ayahnya lebih memilih barang berbahaya tersebut dibanding dirinya.
Sayangnya lagi, ayah Yandy pergi sebelum ia sempat membuktikan kemampuan basketnya. Kala Yandy masih kelas 5 SD, ayahnya menantangnya untuk memasukkan bola ke ring basket yang tingginya jauh di atasnya, tapi saat itu ia tidak berani. Yandy baru menekuni basket saat SMP dan akhirnya mahir ketika sudah kelas 3 SMP hingga SMA. Setiap kali bertanding basket, Yandy berharap ayahnya dapat melihat hal itu.
5. Sempat bertengkar dengan sang ibu karena kuliah

Setelah menemukan passion di bidang seni, Yandy pun ingin melanjutkan kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Tapi, impiannya itu sempat ditentang oleh ibunya. Sang ibu tak setuju Yandy kuliah di Jakarta karena tidak ada uang. Tapi, jalan untuk menuju mimpinya itu justru terbuka lebar, sampai akhirnya bisa ke Jakarta dan kuliah di IKJ. Tantenya yang baru menjual tanahnya, akhirnya membiayai kuliah Yandy.
6. Menikah dan dikaruniai dua orang anak

Kini, Yandy telah memiliki keluarga kecilnya sendiri. Ia menikah dengan pujaan hatinya bernama Joeanne pada 25 Agustus 2018. Momen pernikahan mereka diunggah di media sosial sang sutradara. Joeanne juga memiliki akun Instagram, tapi diprivat. Pernikahan keduanya semakin lengkap dengan kehadiran dua putri bernama Ive dan Nara. Yandy kerap membagikan potret bersama keluarga di Instagram dengan caption yang puitis terkait keseharian keluarganya.
Itu dia fakta keluarga Yandy Laurens, sutradara dari film SORE: Istri dari Masa Depan.



















