- Kondisi empty nest (rumah sudah kosong)
Empty nest sering terjadi saat anak-anak sudah beranjak dewasa dan tidak lagi tinggal bersama orang tua mereka. Setelah rumah menjadi sepi, banyak pasangan menyadari bahwa ikatan pernikahan mereka tidak sekuat dulu. Hubungan pun terasa hambar dan berujung pada perpisahan. - Perceraian yang tertunda
Tak sedikit pasangan yang memilih bertahan demi anak-anak. Kehadiran anak tersebut menjadi alasan utama untuk tetap bersama meski hubungan sudah tidak harmonis. Situasi ini cukup sering terjadi, termasuk di Indonesia. Nantinya, setelah anak-anak dewasa, perceraian bisa dianggap sebagai jalan terbaik. - Perubahan karier
Faktor lain datang dari perubahan dalam kehidupan karier, Bela. Memasuki usia pensiun biasanya banyak orang membayangkan masa tua yang tenang dan menyenangkan. Namun kenyataannya, berhenti dari rutinitas kerja justru membuat sebagian pasangan merasa kehilangan arah atau tidak puas. Hal ini yang bisa memicu konflik dalam rumah tangga. - Masalah finansial
Masalah keuangan rupanya juga tidak bisa diabaikan. Ketergantungan finansial, terutama jika hanya ada satu sumber penghasilan, bisa membuat pasangan tetap bertahan meski tidak bahagia. Ketakutan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sendiri setelah bercerai sering menjadi pertimbangan besar bagi beberapa orang. - Ketidakpuasan dalam hubungan rumah tangga
Rasa ketidakpuasan dalam hubungan yang sudah lama terpendam bisa memicu gray divorce. Dalam beberapa kasus, hadirnya orang ketiga juga makin memperburuk keadaan dan merusak pernikahan yang ada - Perubahan budaya
Dahulu, pernikahan dianggap berjalan baik selama suami dan istri menjalankan peran masing-masing. Namun seiring waktu, ekspektasi terhadap pernikahan makin berkembang. Hubungan suami istri kini menuntut lebih banyak hal sehingga jika tidak terpenuhi bisa berujung dengan perceraian.
Apa Itu Gray Divorce? Istilah Perceraian di Usia Lanjut

- Gray divorce adalah istilah untuk perceraian pasangan usia lanjut, umumnya 50 tahun ke atas.
- Penyebab gray divorce antara lain kondisi empty nest, perubahan karier, masalah finansial, dan ketidakpuasan dalam hubungan rumah tangga.
- Tips mencegah gray divorce meliputi pertimbangkan dampaknya, luangkan waktu untuk berpikir, ciptakan komunikasi yang terbuka, bangun suasana baru, dan cari bantuan profesional.
Perceraian kini bukan lagi hal yang tabu dalam masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pasangan yang memutuskan berpisah terus meningkat. Terbaru, kabar perceraian Ridwan Kamil dan Atalia Praratya turut menjadi sorotan publik, bahkan dikaitkan dengan gray divorce.
Sebagian orang mungkin masih asing tentang apa itu gray divorce. Istilah tersebut sebenarnya merujuk pada perceraian pasangan yang berusia 50 tahun ke atas atau sudah menikah dalam jangka waktu panjang. Nah, biar kamu tidak bingung, berikut Popbela berikan penjelasan lengkap mengenai gray divorce dan faktor penyebabnya.
Table of Content
1. Apa itu gray divorce?

Gray divorce menjadi istilah yang menggambarkan perceraian pada pasangan usia lanjut, umumnya berusia 50 tahun ke atas. Kata gray tersebut merujuk pada rambut yang mulai beruban sebagai simbol usia lanjut. Perceraian ini bisa terjadi pada pasangan yang telah menikah dalam waktu lama, bahkan anaknya sudah berumur dewasa.
Meskipun sudah menikah lama, kondisi tertentu bisa membuat mereka memilih untuk berpisah. Fenomena tersebut diketahui makin meningkat, sebagaimana laporan Biro Sensus Amerika Serikat tahun 2021 yang menyebutkan banyaknya pasangan di usia 65 tahun memutuskan untuk bercerai.
2. Alasan gray divorce bisa terjadi

Setelah mengetahui apa itu gray divorce, pasti kamu juga penasaran dengan penyebab kondisi tersebut. Ada beberapa hal yang membuat pasangan rentan mengalami perceraian di usia lanjut, diantaranya:
3. Cara mencegah terjadinya gray divorce

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk meminimalisir terjadinya gray divorce.
- Pertimbangkan dampaknya
Sebelum memutuskan bercerai, coba pikirkan kembali dengan matang dampak lain yang akan muncul. Sama seperti perceraian pada pasangan muda, gray divorce juga bisa menimbulkan dampak tertentu. Dampak tersebut bisa berupa stres, rasa kehilangan, kesepian, hingga masalah keuangan. - Luangkan waktu sejenak untuk berpikir
Memilih untuk bercerai tentunya menjadi sebuah keputusan besar, apalagi jika sudah menikah lama. Beri waktu untuk diri sendiri dan pasangan saling menenangkan diri dan mempertimbangkan pilihan terbaik tanpa terburu-buru. - Ciptakan komunikasi yang terbuka
Cobalah berbicara secara jujur dan terbuka dengan pasangan. Kamu bisa mengungkapkan perasaan, keluhan, atau harapan yang selama ini terpendam agar tidak mengambil keputusan secara gegabah. - Bangun suasana baru
Rasa bosan sudah pasti muncul dalam pernikahan langgeng bertahun-tahun. Aktivitas, hobi, atau rutinitas baru bersama pasangan bisa dicoba untuk membantu menghidupkan kembali hubungan yang dirasa hambar. - Cari bantuan orang yang profesional
Jangan ragu berbagi cerita dengan orang terpercaya saat dihadapkan situasi tersebut. Bahkan, kamu bisa mencari bantuan profesional seperti psikolog agar mendapatkan sudut pandang lain dan dukungan yang lebih objektif.
Sekarang kamu sudah paham kan apa itu gray divorce? Semoga informasi di atas menjawab pertanyaanmu, ya!
FAQ seputar apa itu gray divorce
| Apa itu gray divorce? | Gray divorce adalah istilah untuk perceraian yang terjadi pada pasangan usia lanjut (50 tahun ke atas) atau setelah bertahun-tahun menikah. |
| Kenapa disebut gray? | Karena dialami oleh pasangan yang sudah berusia lebih tua dan beruban, bukan perpisahan di usia muda. |
| Apa penyebab umum gray divorce? | Faktornya meliputi empty nest, konflik lama yang menumpuk, perubahan tujuan hidup, masalah finansial, kemunculan orang ketiga, dan sebagainya. |


















