Hirokazu Kore-eda menjadi salah satu sutradara Jepang yang karyanya mendunia. Kali ini, ia kembali dengan proyek drama Jepang, Asura. Kore-eda selalu mencari cara untuk menceritakan tentang sesuatu yang rusak dengan cara yang elegan dan lembut.
Dalam drama yang tayang di Netflix ini, Kore-eda menyeimbangkan ciri khas penceritaan yang pelan, dengan alur cerita yang ambisius dan melodramatis. Kisah Asura bermula dari musim dingin tahun 1979, di mana Takiko (Yu Aoi) mengetahui ayahnya berselingkuh dan memiliki seorang putra dengan seorang perempuan yang lebih muda. Ia mengumpulkan ketiga saudari perempuannya untuk mengatasinya.
Cerita itu lalu menuai beragam reaksi, masing-masing saudara memiliki pendapat yang berbeda. Namun, mereka semua tampaknya setuju dengan kenaifan sang ibu dan berusaha menyelesaikannya tanpa sepengetahuannya.
Simak alasan mengapa kamu harus menonton drama Jepang ini Bela!
1. Bahas perselingkuhan
Dalam drama, yang berselingkuh bukan hanya ayah dari empat bersaudari tersebut. Ada tiga perselingkuhan yang dibahas. Dimulai dari sang ayah, Kotaro (Jun Kunimura), yang berselingkuh dan membesarkan anak bersama. Meskipun begitu, istrinya juga sudah mengetahui perselingkuhan tersebut karena menemukan mobil mainan di kantongnya. Meskipun semua keluarga sudah mengetahui perselingkuhan sang ayah, tak ada yang mendiskusikannya dan hidup berjalan seperti biasanya.
Tsunako (Rie Miyazawa), kakak pertama yang merupakan seorang janda dan guru merangkai bunga, juga berselingkuh dengan suami dari kliennya. Hal ini pertama kali diketahui oleh adik pertamanya, Makiko (Machiko Ono). Meskipun begitu, Makiko merasa dilematis dengan kabar perselingkuhan ayahnya dan ia juga mencurigai suaminya yang berselingkuh dengan sekretarisnya.
2. Hubungan empat bersaudari yang dinamis
Setelah kabar perselingkuhan ayahnya, keempat bersaudari itu mencoba untuk mengendalikan suasana. Banyak tantangan yang menghampiri mereka dan konflik yang terjadi di antara keempatnya.
Misalnya saja anak ketiga, Takiko Takezawa (Yu Aoi), yang selalu bertengkar dengan anak keempat, Sakiko (Suzu Hirose). Sakiko menuduh Takiko hanya mengada-ngada soal perselingkuhan ayahnya karena hidupnya tidak bahagia. Takiko sangat membenci Sakiko karena selalu merasa hidupnya baik-baik saja, padahal tidak.
Namun ketika adiknya kesulitan dan terluka, Takiko juga bersedih dan tidak tega terhadap adiknya. Sementara dua saudari tertua juga memiliki masalah masing-masing, namun mereka terlihat kompak dan menyikapinya dengan lebih ceria.
3. Memahami makna Asura
Nama drama ini, Asura, berasal dari konsep dewa-dewa yang mencari kekuasaan dalam agama Buddha dan Hindu. Asura diumpamakan sebagai masing-masing empat bersaudari tersebut. Mereka unik, dengan latar belakang yang kaya dan rumit, tetapi juga mencoba belajar bagaimana mendapatkan kekuasaan sebagai seorang perempuan.
Terlepas dari situasi serius yang mereka hadapi, para saudari itu sering kali konyol dan bersenang-senang satu sama lain.
Drama ini bukan hanya menceritakan mengenai perempuan yang diselingkuhi, tetapi semua perempuan yang dipaksa menuruti atau menentang status quo sebagai seorang perempuan pada zaman itu.
4. Rumah tangga yang penuh dengan kebohongan
Adegan yang menarik selain perselingkuhan ayahnya adalah saat Makiko mengetahui kalau suaminya juga berselingkuh. Makiko terasa seperti karakter yang paling rumit sejauh ini.
Saat ia berhadapan dengan suaminya yang suka ikut campur (dan tampaknya tidak jujur), Makiko juga dipaksa untuk menampilkan kesempurnaan seorang ibu rumah tangga di pinggiran kota. Meskipun begitu, penampilannya menunjukkan ketidakpuasan dan kebencian terhadap rumah tangganya.
5. Penggambaran perempuan di tahun 1979
Menariknya, dari drama ini, Kore-eda mengupas perlahan tiap karakter utamanya sehingga para penonton dibuat seolah-olah mengenal mereka. Ia ingin menunjukkan kelemahan, keinginan, dan hambatan yang dimiliki para tokoh.
Melalui Asura, kamu akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang Jepang pada tahun 1979 dengan semua konservatisme dan tradisi sosialnya. Namun, hal yang menyegarkannya, yaitu para perempuan ini juga memberontak dengan cara masing-masing.
Selain itu, Kore-eda juga menggambarkan kehangatan keempat saudari ini. Ada begitu banyak kehangatan dan kegembiraan hanya dengan berkumpul di meja bersama mereka sambil makan sukiyaki dan tertawa.
Nah, itu dia lima alasan harus menonton drama Jepang, Asura, karya Hirokazu Kore-eda. Kamu bisa menontonnya di Netflix, Bela!