Pahami Emotional Reactivity dalam Hubungan dan Cara Mengatasinya

- Mengatasi reaksi emosional dengan menghadapi dan menyembuhkan luka atau trauma masa lalu yang bisa memicu perilaku berlebihan dalam hubungan.
- Mengelola stres secara rutin dengan meditasi, jurnal, tidur yang baik, dan olahraga untuk menghindari respons emosional yang meledak-ledak kepada pasangan.
- Berlatih mendengarkan dengan baik, menghindari kesalahpahaman dalam hubungan, dan meminimalisasi konflik yang tidak perlu dengan pasangan.
Emotional reactivity dalam hubungan diartikan sebagai reaksi yang ditunjukkan seseorang secara berlebihan atau terkesan tidak wajar yang dipicu oleh situasi tertentu di hubungannya. Mengutip laman Choosing Therapy, emotional reactivity sering kali terjadi secara impulsif, bahkan sebelum otak kita memiliki kesempatan untuk memproses dampak dari ledakan emosi yang kita tunjukkan.
Reaksi ini bisa ditunjukkan dengan ekspresi emosi yang intens, seperti kemarahan yang meledak-ledak, melempar barang setelah argumen kecil, hingga mengatakan hal kasar atau menyakitkan pada pasangan saat berada dalam situasi konflik. Faktor penyebabnya bisa karena adanya trauma masa lalu yang belum diselesaikan, hingga masalah gangguan mental.
Apabila tidak ditangani dengan baik, situasi ini tentu bisa berdampak secara negatif dalam relasi romantis. Oleh sebab itu, Popbela akan bagikan beberapa cara mengatasi emotional reactivity dalam hubungan berikut ini. Keep scrolling!
1. Sembuhkan trauma masa lalu

Yang pertama adalah dengan menyembuhkan luka masa lalu. Yup, reaksi emosional yang berlebihan dalam hubungan romantis sangat erat berkaitan dengan luka atau trauma yang pernah terjadi di masa lalu dan belum disembuhkan. Misalnya, jika kamu punya luka pengabaian oleh orang tua di saat kecil dulu, kamu bisa bereaksi tidak wajar saat merasa diabaikan dalam hubungan, seperti ketika pasanganmu kurang responsif dalam membalas chat.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membereskan terlebih dahulu trauma pengabaian yang masih terbawa hingga kini. Kamu bisa mulai dengan menyadari luka yang kamu miliki dan dampaknya pada sikapmu di dalam hubungan, mengenali pemicunya, meningkatkan kepercayaan diri, hingga meminta bantuan tenaga ahli profesional, seperti psikolog atau terapis yang bekerja di bidang kesehatan mental, untuk membantumu menyembuhkan luka tersebut apabila diperlukan.
2. Kelola stres

Selain trauma, stres yang tidak dikelola dengan baik juga dapat membuat seseorang jadi bersikap terlalu reaktif. Mungkin stres itu datang dari keluarga ataupun tuntutan pekerjaannya. Dalam hubungan romantis, saat pasangannya melakukan sedikit kesalahan, ataupun hal yang kurang menyenangkan baginya, bisa jadi secara secara tidak terkendali dia berteriak atau mengata-ngatai pasangannya dengan kasar.
Kalau kamu pernah mengalami hal ini, cobalah untuk kelola stres dengan lebih baik, guna menghindari respons yang meledak-ledak kepada pasangan. Mulailah dengan secara rutin bermeditasi, menulis jurnal sebagai media pelepasan stres, menjaga pola tidur yang baik agar mood stabil, juga dengan rajin berolahraga.
3. Belajar jadi pendengar yang baik

Reaksi emosional bisa hadir karena seseorang tergesa menyimpulkan sesuatu secara negatif dari hal dikatakan ataupun ditunjukkan pasangannya, yang sering kali menimbulkan kesalahpahaman dalam hubungan. Maka dari itu, berlatih untuk menjadi pendengar yang baik bagi pasangan dapat membantumu untuk meminimalisasi konflik yang tidak perlu, juga menghindari reaksi berlebihan. Fokuskan dirimu untuk memahami pesan yang hendak pasangan sampaikan, hindari untuk memotong pembicaraannya, serta tanyakan terlebih dahulu hal yang belum kamu pahami dengan baik padanya.
4. Batasi interaksi dengan pasangan

Kalau kamu sedang dalam kondisi tertekan ataupun frustrasi, mungkin itu disebabkan oleh pekerjaan atau hal lainnya, maka ada baiknya untuk membatasi terlebih dahulu interaksi dengan pasanganmu. Ini berguna untuk mencegah kemunculan reaksi yang tidak diinginkan, yang bisa berakibat negatif pada hubunganmu.
Kamu bisa beri tahu pasangan bahwa kamu sedang tidak ingin dihubungi sementara waktu untuk menjernihkan pikiran dan memproses situasi yang membuatmu stres, demi menghindari kesalahpahaman.
5. Pilih secara sadar respons yang hendak ditunjukkan

Saat kamu mengetahui hal yang bikin kamu reaktif di dalam hubungan, mulailah untuk menyadari dan mengubah respons yang lebih bijaksana kepada pasangan. Contohnya, apabila sebelumnya kamu mudah sekali berteriak kepada pasangan ketika ia membuatmu merasa kesal, saat ini cobalah beri dirimu jeda terlebih dahulu sembari menarik napas dalam. Kemudian, ekspresikan dan sampaikan perasaanmu padanya secara terbuka, serta dengan penggunaan kata-kata yang jelas.
6. Fokus pada penyelesaian masalah

Setelah memahami akar penyebab hingga memilih dengan sadar respons yang ditunjukkan pada pasangan, maka selanjutnya fokuskan dirimu dengan penyelesaian permasalahan. Komunikasikan secara terbuka dengan pasangan perihal masalah yang membuatmu terganggu. Apabila diperlukan, kamu bisa mulai memperkuat batasanmu, seperti menegaskan hal-hal apa yang bisa kamu terima dan tidak dalam hubungan, dan lain sebagainya.
Penutup

Emotional reactivity dalam hubungan adalah sebuah kondisi yang perlu diatasi dengan baik. Sebab, reaksi berlebihan semacam ini sangat rentan mengakibatkan dinamika hubungan yang tidak sehat alias toxic. Apabila kamu merasa kesulitan untuk menangani masalah ini, kamu bisa meminta bantuan tenaga profesional di bidang kesehatan mental, seperti halnya konselor, terapis, maupun psikolog.
Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Bela!

![속이는 사람 3명 속는 사람 1명도파민 터지는 사각관계 대 맛집🤭SBS 수목드라마 키스는 괜히 해서!☞ [수,목] 밤 9시Copyright Ⓒ SBS. All rights.jpg](https://image.popbela.com/post/20251204/upload_91ed776d1413b02e7bd9da0b2b2dfa6f_17be354d-baa2-44ca-931a-6326b982533c.jpg)

















