5 Standar Ganda yang Sering Terjadi di dalam Hubungan

“Aturan” dalam di dalam hubungan tidak boleh berat sebelah.

5 Standar Ganda yang Sering Terjadi di dalam Hubungan

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Pernah nggak saat pasangan melakukan sesuatu kamu nggak marah, tetapi saat kamu melakukannya, pasangan bisa sangat marah dan menganggap itu sebagai sebuah “dosa besar”? Jika iya, inilah yang disebut dengan double standards atau standar ganda dalam hubungan.

Kamu nggak boleh seperti itu karena kamu perempuan” atau “Ya, aku kan laki-laki jadi boleh dong seperti ini” adalah contoh umum dari standar ganda. Memang benar, laki-laki dan perempuan berbeda, tetapi seharusnya dalam menjalani hubungan tidak ada aturan yang membedakan ini untuk laki-laki maupun perempuan.

Sedihnya, standar ganda ini merupakan konstruksi dari masyarakat dan keluarga, yang pada akhirnya membentuk pemikiran bahwa ada perbedaan hak dan kewajiban dalam hubungan.

Hal itu bisa membuat hubungan berantakan, karena tidak adanya kesetaraan di antara laki-laki dan perempuan. Berikut adalah beberapa standar ganda yang bisa terjadi dalam hubungan.

1. Perempuan mengeluh tentang sesuatu, itu terlalu berlebihan. Laki-laki yang mengeluh, berarti itu memang sebuah masalah.

5 Standar Ganda yang Sering Terjadi di dalam Hubungan

Laki-laki meremehkan keluhan pasangannya, karena mereka menganggap perempuan terlalu dramatis tentang hal-hal sepele dan membuat masalah kecil menjadi besar. Pada akhirnya, laki-laki tak menganggap apa yang dirasakan perempuan adalah valid.

Sementara saat dia mengeluhkan sesuatu, laki-laki menganggap itu sebagai sebuah masalah yang harus dibicarakan, sehingga tidak boleh dianggap angin lalu. Ini contoh standar ganda yang sering terjadi.

Jika sesuatu penting bagi dirimu, maka itu juga harusnya penting bagi pasangan. Begitu pula sebaliknya. Jadi, ubah cara berkomunikasi dari, "Ini bukan masalah besar" menjadi "Bagaimana caranya supaya aku nggak merasa seperti ini lagi?"

2. Satu orang selalu benar, yang lain selalu salah

Pasangan sering kali tidak sadar sudah jatuh ke dalam kubangan double standards ini. Dalam hubungan yang tidak sehat, pasti ada satu pihak yang selalu menjadi orang “memenangkan” setiap argumen, sementara yang lain selalu dianggap sebagai pihak yang salah.

Padahal hubungan bukan kegiatan orientasi sekolah dengan aturan “senior selalu benar”. Tidak ada yang bisa benar 100 persen setiap waktunya. Artinya tidak mungkin ada orang yang selalu benar dan satunya lagi selalu salah. Menyelesaikan perselisihan tidak boleh menjadi proses sepihak.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here