Posisi matahari akan tepat berada di atas Ka'bah pada 27-28 Mei. Fenomena yang cukup jarang terjadi ini disebut dengan istilah istiwa a’zham atau rashdul qiblah.
“Rashdul qiblah bisa dimanfaatkan untuk memverifikasi arah kiblat. Peristiwa alam ini terjadi pada 27 dan 28 Mei 2022 pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA," ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Adib.
Momen untuk cek arah kiblat
Fenomena ini cukup berarti bagi umat Islam. Pasalnya, hal ini bisa dijadikan momen untuk mengecek arah kiblat dengan tepat. Ketika matahari berada di atas Ka'bah, semua benda bayangannya akan menunjuk lurus ke arah kiblat.
"Bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka’bah," sambungnya.
Cara mengecek arah kiblat
Untuk mengeceknya, ada sejumlah proses yang harus dilalui. Hal pertama yang harus dipastikan adalah benda yang akan menjadi patokan bayangannya harus berdiri tegak lurus dan berada di permukaan yang rata.
"Permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata, serta jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), RRI, atau Telkom. Bisa juga menggunakan jam digital di ponsel masing-masing,” paparnya.
Adapun ketentuan lebih lengkapnya sebagai berikut.
- Tentukan tempat yang akan diketahui arah kiblatnya, dengan mencari lokasi yang rata dan terkena cahaya matahari;
- Gunakan benda atau tongkat yang lurus, bisa juga menggunakan benang berbandul;
- Siapkan jam yang telah dikalibrasikan atau dicocokkan dengan waktu BMKG;
- Tancapkan tongkat di atas permukaan tanah dan pastikan benar-benar tegak lurus (90 derajat dari permukaan tanah) atau gantungkan benang berbandul;
- Tunggu hingga waktu rashdul qiblah tiba, lalu amati bayangan tongkat atau benang pada waktu tersebut;
- Setelah itu, tandai ujung bayangan dan tarik garis lurus dengan pusat bayangan, baik tongkat atau bandul;
- Garis lurus yang menghadap dari ujung ke pusat bayangan merupakan arah kiblat untuk tempat tersebut.
Penting dilakukan di Indonesia
Proses ini penting dilakukan oleh masjid-masjid yang ada di Indonesia. Ahli Falak Aisyiyah Muhammadiyah, Anisah Budiwati, mengatakan saat ini masih banyak masjid dan musala yang arah kiblatnya tidak menghadap Ka'bah dengan tepat. Padahal, kiblat adalah salah satu aspek penting dalam ibadah salat.
"Satu derajat di daerah khatulistiwa saja akan menyimpang sejauh 111 km dari titik Ka’bah. Mau ke kanan atau kiri atau utara atau selatan, karena konteks kita di sebelah timur, maka kita tidak langsung menghadap ke arah barat," ujar Anisah dilansir dari situs resmi Muhammadiyah, Selasa (31/8/2021).
Tak sekadar ke arah barat
Selama ini, masyarakat Indonesia masih banyak berpatok pada arah barat untuk menentukan kiblat. Padahal, bumi yang berbentuk bulat menjadikan derajat suatu wilayah ke arah Ka'bah berbeda-beda.
Jika sekadar mengarah ke barat, kiblat Indonesia justru mengarah ke Somalia. Ditambah lagi wilayah Indonesia yang cukup luas sehingga arahnya bisa berbeda-beda di tiap daerah.
"Kiblat kita di Indonesia dari Aceh sampai Merauke itu kira-kira antara 20 sampai 26 derajat. Ini bervariasi, ada yang 27 derajat juga. Di Yogyakarta sekitar 24 derajat dari titik barat," ucap Anisah.
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman idntimes.com dengan judul "Matahari Tepat di Atas Ka'bah pada 27-28 Mei, Saatnya Cek Arah Kiblat!" yang ditulis oleh Muhammad Ilman Nafi'an