Harga Perak Melonjak, Ada Risiko di Baliknya?

- Harga perak melonjak lebih dari 70% sejak awal tahun, melampaui kenaikan emas.
- Permintaan perak meningkat karena digunakan dalam sektor teknologi, namun risiko terkoreksi tajam jika permintaan melambat.
- Perak bisa menjadi investasi menggiurkan, namun juga fluktuatif dan tidak cocok untuk semua profil risiko.
Dalam beberapa bulan terakhir, perak menjadi bahan pembicaraan di dunia investasi. Nilainya melesat hingga melampaui kenaikan emas. Tentu hal ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Namun, di balik euforia para investor yang melihat peluang cuan besar, para analis justru memberi peringatan: lonjakan cepat ini bisa berbalik arah kapan saja.
Apa yang sedang terjadi di pasar saat ini dan bagaimana publik mengantisipasinya?
Kenaikan harga yang diikuti oleh bergairahnya pasar perak saat ini

Harga perak kini menjadi sorotan setelah melonjak lebih dari 70% sejak awal tahun, melampaui emas yang "hanya" naik 50%. Data LSEG mencatat, harga perak sempat menyentuh rekor US$51,38 per ounce atau sekitar Rp834 ribu. Sementara harga emas juga mencatat rekor baru di atas US$4.000 per ounce.
Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) serta meningkatnya minat investor terhadap aset aman. Di tengah ketegangan geopolitik dan perang dagang baru yang dipicu Presiden AS Donald Trump, pasar global semakin panas, membuat komoditas seperti perak jadi incaran baru.
Risiko di balik naiknya harga perak

Tak seperti emas yang berfungsi sebagai safe haven, perak punya peran unik di sektor teknologi. Mulai dari panel surya hingga kendaraan listrik. Peningkatan inovasi global membuat permintaan terhadap logam ini ikut melonjak. "Perak memiliki fundamental kuat karena digunakan di banyak sektor teknologi," jelas Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, melansir dari Kontan.
Namun, euforia ini juga disertai risiko besar. Menurut analis Goldman Sachs, lonjakan harga perak saat ini tidak didukung pembelian oleh bank sentral seperti emas. Artinya, jika arus permintaan tiba-tiba melambat, harga perak bisa terkoreksi tajam dalam waktu singkat.
Apakah perak menjadi investasi yang tepat?

Bagi sebagian investor, tren ini terasa menggiurkan. Tapi bagi yang jeli, peringatan para analis jadi sinyal penting untuk lebih berhati-hati.
"Kalau perak sudah naik terlalu tinggi, kemungkinan koreksinya juga besar," ujar Rully. Dengan likuiditas yang lebih rendah dibanding emas, perak bisa menjadi komoditas yang fluktuatif dan tidak cocok untuk semua profil risiko.
Jadi, sebelum ikut-ikutan tren investasi logam mulia ini, penting untuk memastikan strategi dan tujuan finansialmu selaras. Karena, seperti pepatah lama bilang "yang berkilau belum tentu selalu emas, bisa jadi perak yang siap berbalik arah".
Bagaimana, masih mau berinvestasi perak, Bela?



















