Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

Australia Bergerak 7 Cm Per Tahun, Berpotensi Tabrak Indonesia?

Ilustrasi Benua Australia di peta dunia. (worldatlas.com)
Ilustrasi Benua Australia di peta dunia. (worldatlas.com)
Intinya sih...
  • Benua Australia bergerak 7 cm per tahun ke arah utara, berpotensi menabrak Indonesia dan Papua Nugini.
  • Pergerakan ini disebabkan oleh dorongan lempeng tektonik Australia yang bergerak paling cepat di dunia.
  • Ancaman tabrakan benua ini akan membentuk pegunungan baru dan mempengaruhi aktivitas gempa bumi dan vulkanik di Indonesia timur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bayangkan sebuah benua raksasa yang tampak diam, ternyata sebenarnya ia sedang dalam perjalanan panjang menuju Indonesia. Ya, Benua Australia, yang bagi kita tampak diam di peta, sejatinya bergerak perlahan namun pasti ke arah utara. Berdasarkan pengamatan satelit, daratan besar ini bergeser sekitar tujuh sentimeter setiap tahun. Angka itu mungkin tampak kecil, sebanding dengan lebar ibu jari manusia, tetapi jika diakumulasikan selama jutaan tahun, pergerakan ini mampu mengubah bentuk dan posisi benua di peta dunia. Bagaimana hal ini bisa terjadi dan apa ancaman ke depannya?

Kenapa Australia terus bergerak?

ilustrasi peta Benua Australia (pexels.com/Lara Jameson)
ilustrasi peta Benua Australia (pexels.com/Lara Jameson)

Para ilmuwan geologi telah mengonfirmasi bahwa lempeng tektonik Australia terus terdorong ke arah Asia Tenggara, menuju kawasan Papua Nugini dan Indonesia bagian timur. Gerakan ini terjadi karena kekuatan besar pada lempeng Australia yang menjadi salah satu lempeng yang bergerak paling cepat di dunia. Menurut data dari Geoscience Australia dan pengamatan satelit GPS, lempeng ini melaju sekitar 6,9 hingga 7 sentimeter per tahun ke arah utara–timur laut.

Pendorong utamanya adalah gerakan material panas dari dalam mantel Bumi (konveksi mantel) yang menyebabkan lempeng-lempeng di permukaan bergerak. Lempeng Australia sedang menekan Lempeng Eurasia di utara, yang mencakup wilayah Indonesia. Tekanan terus-menerus ini membuat lempeng Australia perlahan menukik ke bawah (subduksi) di beberapa wilayah seperti Laut Banda dan Laut Maluku.

Menurut para ahli geotektonik dari Geoscience Australia, benua ini bisa dibilang sedang dalam perjalanan panjang menuju Asia. Dalam dua dekade terakhir saja, posisi Australia telah bergeser lebih dari 1,5 meter dari koordinat awalnya. Cukup signifikan untuk memengaruhi sistem GPS nasional yang bahkan perlu disesuaikan agar peta digital tetap akurat.

Ancaman akan tabrakan benua

James Bennet menjelaskan pergerakan satelit di atas benua Australia. (dok. ABC/ News)
James Bennet menjelaskan pergerakan satelit di atas benua Australia. (dok. ABC/ News)

Pergerakan pelan namun konstan ini membawa konsekuensi besar dalam jangka panjang. Berdasarkan model geologi dan simulasi lempeng global, ilmuwan memperkirakan bahwa dalam waktu sekitar 40 hingga 50 juta tahun mendatang, Benua Australia akan benar-benar menabrak Papua Nugini dan sebagian wilayah timur Indonesia.

Tabrakan tersebut tidak akan berlangsung seperti benturan keras di film fiksi ilmiah, melainkan sebagai proses lambat dalam skala waktu geologi. Namun hasilnya akan sangat dramatis, yakni terbentuk rangkaian pegunungan baru di wilayah tumbukan, mirip dengan bagaimana Pegunungan Himalaya terbentuk akibat tabrakan India dan Asia sekitar 50 juta tahun lalu.

Dampak pergerakan Australia

ilustrasi benua Australia (Pixabay.com/beasternchen)
ilustrasi benua Australia (Pixabay.com/beasternchen)

Meski puncak tabrakan itu masih sangat jauh di masa depan, efek pergerakan lempeng Australia sudah terasa hari ini. Daerah Indonesia timur, seperti Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur, merupakan zona aktif tektonik yang sering mengalami gempa bumi dan aktivitas vulkanik. Semua ini adalah akibat langsung dari dorongan dan tekanan yang terjadi di batas antara Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia.

Ketika tabrakan penuh akhirnya terjadi di masa depan, para ilmuwan memperkirakan akan terbentuk sabuk pegunungan baru di sekitar Papua Nugini dan utara Australia. Daratan bisa terangkat puluhan meter, menciptakan lanskap baru yang menyerupai Himalaya mini di kawasan Pasifik barat daya. Pada saat yang sama, sebagian dasar laut di sekitarnya akan menukik ke bawah membentuk palung laut yang lebih dalam.

Bagi manusia masa kini, pergerakan 7 sentimeter per tahun ini mungkin tak lebih dari angka di laporan ilmiah. Namun dalam skala waktu geologi, itu cukup untuk mengubah peta dunia, membentuk pegunungan baru, dan bahkan menciptakan konfigurasi benua yang sama sekali berbeda.

Fenomena ini dianalogikan seperti "kecelakaan mobil paling lambat di dunia", di mana sebuah benua raksasa perlahan bergerak menuju benua lain dalam perjalanan menuju tabrakan jutaan tahun kemudian.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Utami
EditorAyu Utami
Follow Us

Latest in Lifestyle

See More

5 Kota Dingin di Jawa Timur, Bukan Hanya Batu

14 Des 2025, 20:15 WIBLifestyle