Profil Tities Sapoetra, Aktor yang 'Banting Setir' Jadi Desainer

- Tities Sapoetra, awalnya dikenal sebagai aktor, tetapi rela tinggalkan kariernya untuk menjadi desainer pada 2015.
- Sudah memiliki dua brand fashion dengan karakteristik berbeda, yaitu Tities Sapoetra dan TS The Label.
- Menyebut sumber daya manusia dan inovasi sebagai tantangan di dunia fashion.
Lebih dulu dikenal publik sebagai seorang aktor, kini Tities Sapoetra sudah nyaman dengan profesi barunya sebagai seorang desainer. Kecintaannya terhadap dunia mode membuatnya masih terus berkarya, meski sudah satu dekade berlalu.
Namun, perjalanannya untuk banting setir ke dunia fashion ini memakan waktu yang tidak singkat. Simak profil Tities Sapoetra yang membahas lebih detail tentang perjalanan kariernya di bawah ini.
Ingin jadi desainer berkat sang ibu

Passion Tities Sapoetra di bidang fashion seolah sudah mengalir di dalam darahnya karena tumbuh di keluarga desainer. Ia sedikit menceritakan bahwa ibundanya merupakan seorang perancang gaun pengantin. Meski tak memiliki brand sendiri, ibunya bekerja sama dengan beberapa desainer dan bridal di Surabaya.
“Dari situ aku mungkin melekat hari-harinya dengan hiruk-pikuk workshop, kemudian fashion show, kemudian juga sering diajak nyokap untuk fitting klien. Bisa jadi dari situ aku melihat kalau aku punya minat di situ,” ujarnya saat dijumpai Popbela dalam acara Judges Gathering Popbela Beauty Awards 2025 di La Moda Plaza Indonesia beberapa waktu lalu.
Rela tinggalkan profesi aktor

Nama Tities Sapoetra mulanya dikenal luas berkat aktingnya di berbagai sitkom, sinetron, dan film. Ia pernah muncul di acara Extravaganza ABG, Sketsa, dan LUV RCTI. Popularitasnya kian meroket usai membintangi film Hantu Bangku Kosong pada 2006.
Tities Sapoetra lalu menyeriusi niatnya untuk menjadi seorang desainer pada 2010. Ia mendaftarkan diri ke LPTB Susan Budihardjo untuk mendalami fashion lebih jauh. Kemudian, ia juga melanjutkan pendidikannya di Istituto Di Moda Burgo Indonesia.
Baru pada 2015, ia mantap untuk meninggalkan kariernya di dunia entertainment untuk sepenuhnya menjadi desainer. Tities Sapoetra mengenang karya pertamanya yang bertajuk Yeppeun, yang berarti cantik dalam bahasa Korea. Koleksi itu ia pamerkan dalam gelaran Grazia Indonesia Glitz and Glam yang menjadi salah satu rangkaian acara Jakarta Fashion Week 2016.
“Waktu itu aku menghadirkan koleksi Yeppeun. Warnanya biru-biru. Aku menghadirkan bahan-bahan fur, denim, embroidery, pakai printing juga. Dari koleksi itu, akhirnya banyak banget media yang suka dengan karya aku. Karya pertama itulah yang membuat aku didengar sebagai fashion designer dan dipantau oleh orang banyak,” kenangnya.
Sudah punya dua brand fashion

Setelah satu dekade berkarier, Tities Sapoetra sudah memiliki dua brand. Pertama, yaitu Tities Sapoetra, sama dengan nama aslinya. Brand ini memiliki karakteristik yang lebih dewasa karena menggunakan detail embroidery dan beads.
Sementara itu, brand keduanya bernama TS The Label memiliki karakteristik yang lebih edgy, affordable, dan easy-to-wear. Tities Sapoetra menyematkan monogram labirin, yang memiliki makna penting dalam perjalanan kariernya selama menjadi desainer, untuk desain brand ini.
Terkait tantangan berkarier di dunia fashion, Tities Sapoetra menyebut sumber daya manusia menjadi aspek yang harus mendapatkan perhatian lebih. Menurutnya, perlu banyak kesabaran agar kualitas produknya selalu terjaga.
“Tantangan di dunia fashion itu lebih ke sumber daya manusianya, kayak penjahit, tim administrasi, lebih ke internal pokoknya. Mungkin banyak desainer juga yang paham kalau yang berhubungan dengan menjahit itu nggak gampang, maintain mereka itu nggak gampang. Jadi harus sabar, ya, intinya,” tuturnya.
Sementara itu, ia menyambut positif perkembangan brand lokal yang juga memiliki kualitas tak kalah bagus. Supaya selalu relevan, Tities Sapoetra menyebut daya inovasi adalah poin terpenting agar brand miliknya tetap memliki tempat di hati konsumen.
“Brand lokal itu benar-benar luar biasa, tapi yang membuat kita berbeda adalah inovasinya. Mungkin kita bisa mencari fabric di tempat yang sama, tapi bagaimana cara kita meng-experiene-kan itu semua menjadi sebuah pesan yang berbeda, itu menjadi daya tarik sebuah brand,” ungkapnya.

















