Ngeri, Ini Peran Peternakan Hewan untuk Krisis Iklim

Butuh kesadaran bersama untuk mengatasinya

Ngeri, Ini Peran Peternakan Hewan untuk Krisis Iklim

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Suka tak suka, krisis iklim adalah masalah yang sedang dihadapi bersama oleh umat manusia. Banjir menggenang di mana-mana. Hutan menggundul. Es di kutub kian berkurang karena perlahan mencair. 

Hal yang belum banyak disadari oleh banyak orang, makanan yang masuk ke perut kita sehari-hari ternyata punya andil yang cukup besar dalam krisis iklim ini, terutama peternakan. Dalam sebuah film dokumenter berjudul Kisah Manusia Merangkai Punah, terdapat penjabaran komprehensif mengenai hal ini. 

"Dampak negatif peternakan hewan adalah yang kritis dan meluas pada planet kita tak dapat disangkal. Krisis global yang parah dari perubahan iklim, dan kerusakan lingkaran, hingga kepunahan spesies, kelaparan, kemiskinan, penyakit, dan resistensi antibiotik semuanya memiliki kaitan yang erat dengan peternakan hewan dan inefisiensi besar-besaran dari sistem produksi pangan kita saat ini," kata Dr. Joanne Kong, dosen University of Richmond, Amerika Serikat.

Film dokumenter yang aslinya berjudul Eating Our Way to Extinction ini disutradarai oleh Otto Brockway. Untuk versi Indonesia, narasi dibacakan oleh aktris Raline Shah.

Lantas, seberapa besar peran peternakan hewan untuk krisis iklim. Berikut rangkuman singkatnya.

Lebih banyak lahan terbakar

Ngeri, Ini Peran Peternakan Hewan untuk Krisis Iklim

Saat permintaan terhadap produk ternak meningkat, akan ada lebih banyak lahan yang dibutuhkan. Sayangnya, solusi yang dilakukan oleh para pengusaha untuk hal ini adalah menggunduli hutan. 

Tak hanya area untuk hewan berkembang biak, lahan kosong lagi-lagi dibutuhkan untuk menanam tanaman yang akan menjadi pakan ternak. Sekali lagi, hutan kembali digunduli. 

"Pertanian mengubah planet ini secara drastis. Untuk memproduksi susu, perlu tanah seluas Brasil. Untuk memproduksi daging sapi, perlu tanah seluas Kanada, Amerika Serikat, seluruh Amerika Tengah, Venezuela, Kolombia, dan Ekuador yang digabungkan. Untuk memproduksi susu, perlu tanah seluas Swedia. Untuk memproduksi pakan budi daya, perlu area seluas Inggris. Pola makan nabati akan mengurangi kebutuhan luas lahan untuk memproduksi pangan kita seluas 3,1 miliar hektar. Itu area seluas seluruh Benua Afrika," ujar Joseph Poore, peneliti dari Departemen Zoologi Universitas Oxford, Inggris.

Lebih banyak air tercemar

Parahnya, pestisida, herbisida, dan sejumlah pupuk kimiawi sintetis yang berbahaya untuk tanah juga disemprotkan lewat udara. Hal ini berdampak langsung kepada sumber air yang digunakan oleh warga suku penghuni asli hutan hujan Amazon. 

"Mereka menanam kedelai, lalu mereka menyebarkan racun, agrotoksik. Semuanya akhirnya menyebar ke sungai, tempat kami mencari air minum," kata salah satu warga suku.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌