IWF 2021: Perhatikan 4 Hal ini untuk Memulai Aktivisme di Media Sosial

Simak tipsnya dari Kalis Mardiasih berikut ini

IWF 2021: Perhatikan 4 Hal ini untuk Memulai Aktivisme di Media Sosial

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

"Twitter, do your magic..."

Bela, pasti kamu sudah tak asing lagi bukan dengan kalimat tersebut? Biasanya, kalimat itu digunakan oleh warganet untuk meminta bantuan demi menyelesaikan masalah mereka. Bukan hanya kalimat, lho. Ungkapan tersebut beberapa kali mampu menggerakan dan membuat perubahan yang signifikan karena kekuatan warganet di media sosial.

Sebut saja kasus pelecehan seksual di KPI yang bisa begitu booming berkat bantuan warganet, kontroversi kaburnya selebgram Rachel Vennya yang mangkir dari karantina pasca dari luar negeri, hingga boikot Saipul Jamil untuk tidak lagi tampil di televisi. Semuanya dapat begitu perhatian dari pihak terkait berkat kekuatan media sosial.

Bukan hanya masalah kasus, gerakan-gerakan positif lainnya juga dapat tersampaikan dengan baik karena bantuan dari warganet di media sosial. Mulai dari gerakan #MeToo yang mendukung korban pelecehan seksual, gerakan #TidakAtasNamaSaya untuk melawan perilaku anarkis yang selalu membawa-bawa nama agama, hingga gerakan #SahkanRUUPKS demi melindungi hak perempuan dan korban pelecehan seksual.

IWF 2021: Perhatikan 4 Hal ini untuk Memulai Aktivisme di Media Sosial

Berbicara soal gerakan dan aktivisme di media sosial yang begitu booming, seorang penulis sekaligus gender equality campaigner, Kalis Mardiasih membagikan tips bagaimana caranya memulai gerakan melalui media sosial. Di acara tahunan Indonesia Writers Festival 2021, Kalis menyampaikan empat hal penting yang harus kita perhatikan agar tulisan kita di media sosial mendapat perhatian warganet dan tepat sasaran.

Apa saja hal-hal tersebut? Simak selengkapnya berikut ini.

1. Segmen pembaca atau audiens

Sama seperti sebuah negara, di media sosial juga terdapat berbagai lapisan masyarakat yang berbeda. Mulai dari gender, pekerjaan, minat, serta usia. Jika kamu ingin menuliskan sebuah gerakan aktivisme di media sosial, kamu tidak bisa menuliskan pesan untuk semua orang yang ada di media sosial tersebut.

Kamu harus menentukan target audiens yang ingin disasar. Misalnya, usia berapa, gender-nya, pekerjaannya, serta minatnya. Jika sudah ditentukan, maka pesan yang akan kamu sampaikan dapat efektif diterima oleh audiens tersebut.

2. Jenis pesan

Kemudian, hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah jenis pesan yang ingin disampaikan. Beberapa jenis pesan yang dapat kita gunakan sebagai medium tersebut yakni sebagai berikut.

  • Pesan informatif.
  • Pesan humor/meme.
  • Storytelling.
  • Pesan yang menjawab permasalahan warganet.
  • Konten "how to".

Jenis pesan ini dapat kita pilih sesuai dengan target audiens yang dituju. Misalnya, jika target audiens kita adalah anak muda atau remaja, kita bisa menggunakan jenis pesan humor atau meme. Sebab, pesan humor tersebut tidak hanya menghibur, tapi memiliki pesan tersembunyi di baliknya tanpa kesan menggurui.

Di Twitter, biasanya jenis pesan storytelling lebih banyak dipakai yang ditulis dalam bentuk thread atau utas. Jenis pesan ini disukai pembaca karena runut dan terperinci. Sehingga, audiens dapat memahaminya secara jelas.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here