L’Oréal dan UNESCO Anugerahkan FWIS 2025 untuk Empat Peneliti Perempuan Indonesia

- FWIS 2025 anugerahkan empat peneliti perempuan Indonesia
- Dukungan L’Oréal–UNESCO bagi perempuan peneliti Indonesia selama 22 tahun
- Empat peneliti perempuan dengan riset berdampak nyata untuk masa depan sains Indonesia
Di tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perempuan Indonesia terus membuktikan bahwa mereka bukan sekadar bagian dari kemajuan—tetapi juga penggeraknya. Melalui program L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) 2025, empat peneliti perempuan Indonesia kembali menorehkan prestasi luar biasa, menghadirkan riset yang menjawab tantangan nyata dan memberikan dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan.
Selama lebih dari dua dekade, FWIS menjadi panggung bagi ilmuwan perempuan untuk bersinar, berkolaborasi lintas disiplin, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Tahun ini, program tersebut bukan hanya merayakan pencapaian empat perempuan peneliti inspiratif, tetapi juga menegaskan pentingnya kolaborasi ilmiah yang berkelanjutan dalam menghadirkan solusi sains yang bermakna bagi Indonesia. Simak bagaimana L’Oréal–UNESCO For Women in Science 2025 mendorong inovasi, kesetaraan, dan semangat perempuan dalam membangun masa depan sains Indonesia, Bela!
Dua dekade konsistensi FWIS dukung perempuan di dunia sains

Melalui L’Oréal–UNESCO For Women in Science National Fellowship 2025 Award Ceremony yang digelar pada Selasa (11/11/2025) di Auditorium Graha Diktisaintek, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, L’Oréal Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung perempuan peneliti Indonesia. Selama 22 tahun terakhir, program L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) konsisten memberikan penghargaan kepada para ilmuwan perempuan yang berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof. Stella Christie menegaskan pentingnya memperkuat peran perempuan di dunia penelitian. “Meningkatkan partisipasi perempuan dalam sains bukan hanya soal kesetaraan, tetapi juga ekonomi,” ujarnya. Dengan 43,5 persen peneliti di Indonesia kini merupakan perempuan, program FWIS hadir memperluas kesempatan melalui pendanaan riset, akses jejaring global, serta dukungan terhadap karya yang menghadirkan solusi nyata di masyarakat.
Tahun ini, program FWIS 2025 mencatat lonjakan partisipasi lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, dengan 70 persen peserta merupakan peneliti muda di bawah usia 40 tahun. Sebagian besar riset mengangkat potensi lokal dan isu keberlanjutan, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas disiplin yang kini menjadi budaya di komunitas FWIS untuk membangun ekosistem sains yang inklusif dan berdampak nyata.
Empat perempuan peneliti dengan riset berdampak nyata

Tahun ini, empat peneliti perempuan terpilih menjadi penerima penghargaan L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) 2025, masing-masing memperoleh dukungan pendanaan riset sebesar Rp400 juta dan akses ke komunitas ilmuwan perempuan global. Keempatnya menghadirkan penelitian inovatif yang berfokus pada solusi konkret untuk tantangan nasional.
Dr. Maria Apriliani Gani – Institut Teknologi Bandung

Peneliti dari Sekolah Farmasi ITB ini mengembangkan model seluler untuk terapi osteoporosis berbasis tanaman obat lokal. Pendekatan inovatif ini memungkinkan proses screening kandidat obat tanpa menggunakan hewan uji (non-animal testing), sekaligus mempercepat penemuan senyawa aktif yang mampu menstimulasi pembentukan tulang dan menghambat pengeroposan. Riset ini tidak hanya memperkuat saintifikasi jamu dan potensi herbal Indonesia di ranah global, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup perempuan lansia yang rentan osteoporosis.
Helen Julian, Ph.D. – Institut Teknologi Bandung

Berfokus pada keberlanjutan lingkungan, Dr. Helen mengembangkan sistem Membrane Photobioreactor–Nanofiltration (MPBR–NF) untuk mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi biomassa bernilai tinggi. Melalui proses ini, mikroalga memanfaatkan kandungan limbah untuk menghasilkan bahan baku bioenergi dan pangan, sekaligus meningkatkan kualitas air limbah sebelum dibuang. Riset ini memperkuat konsep ekonomi sirkular dan bio-based economy, menghadirkan solusi inovatif bagi pengelolaan limbah industri terbesar di Indonesia.
Anak Agung Dewi Megawati, Ph.D. – Universitas Warmadewa

Peneliti biomedis asal Bali ini mengembangkan terapi mRNA antivirus spektrum luas untuk penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, termasuk demam berdarah. Teknologi ini berpotensi menjadi platform terapi universal yang mampu menangani berbagai jenis virus tropis. Kolaborasi risetnya dengan University of California, Davis (UC Davis) memperkuat kapasitas riset bioteknologi Indonesia sekaligus membuka jalan bagi ilmuwan perempuan Tanah Air untuk berkontribusi dalam penelitian global di bidang kesehatan dan genomik.
Dr. rer. nat. Lutviasari Nuraini – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Melalui risetnya di bidang material maju, Dr. Lutviasari mengembangkan paduan logam magnesium–zinc–neodymium (Mg–Zn–Nd) untuk menciptakan implan tulang biodegradable yang dapat terurai secara alami setelah tulang sembuh. Inovasi ini menawarkan solusi bagi dunia medis dengan material yang lebih ramah tubuh sekaligus mendukung kemandirian produksi alat kesehatan nasional. Dengan memanfaatkan sumber daya alam Indonesia dan melibatkan kolaborasi lintas institusi, penelitian ini berpotensi besar untuk dihilirisasi dan diadopsi industri medis dalam negeri.
Sains, kesetaraan, dan harapan untuk masa depan

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, H.E. Fabien Penone, menyampaikan apresiasinya atas kontribusi FWIS yang telah lebih dari dua dekade mendorong perempuan muda menembus batas di dunia sains. Ia menegaskan bahwa keberagaman dan sains harus berjalan beriringan menuju masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.
FWIS kini menjadi lebih dari sekadar ajang penghargaan—ia tumbuh menjadi platform pemberdayaan perempuan ilmuwan. Melalui jejaring global lebih dari 4.700 peneliti perempuan di seluruh dunia, FWIS membuka ruang kolaborasi, mentoring, dan pertukaran pengetahuan lintas negara. Para alumni juga aktif membimbing lebih dari 1.400 peneliti muda Indonesia, menciptakan efek berlipat bagi masa depan sains nasional. Program ini bukan hanya selebrasi prestasi, tetapi juga seruan untuk membangun masa depan sains Indonesia yang setara, berdaya, dan berdampak nyata.



















