The 1/9 Tour Jakarta: Welcoming The Best Version of eaJ

- eaJ menggelar The 1/9 Tour di Jakarta dengan 3.000 penonton hadir, menunjukkan peningkatan kepercayaan diri dan totalitas dalam memberikan fan service.
- eaJ menunjukkan keseriusannya terhadap isu sosial dengan menyuarakan ketidakadilan di Palestina, serta berkolaborasi untuk proyek kampanye From Friends.
- Keseruan konser dimulai sejak siang dengan eaJ melakukan fan service, hingga momen haru saat ia tersentuh oleh video fan project dari penggemarnya.
Saya senang sekali bisa melihat "versi terbaik" eaJ melalui tur Asia terbarunya, The 1/9 Tour. Berbeda jauh dari tur When The Rain Stopped Following Me, ia sudah jauh lebih percaya diri untuk tampil di atas panggung.
Mungkin hal ini juga tak terlepas dari energi yang ia terima, yang kali ini jumlahnya bertambah hingga tiga kali lipat. The 1/9 Tour diselenggarakan Jumat (21/11) di Basketball Hall Senayan, Jakarta dihadiri oleh kurang lebih 3.000 penonton.
"Apa maksudnya kita bisa menjual 3 ribu (tiket)? Jakarta terima kasih. Aku tidak pernah berpikir aku akan kembali ke sebuah tempat (dengan cara) seperti ini. Tapi berkat bantuan kalian, kita berhasil menahan 'hujan' itu dan sepertinya mereka sudah berhenti mengikuti kita," tulis eaJ dalam unggahan terbarunya.
Kali ini, lelaki bernama asli Park Jae Hyung tersebut tidak lagi menyebut penggemarnya sebagai Jars. Namun, ia sudah menganggap semuanya sebagai bagian dari "eaJ". Seperti apa keseruan 3.000 eaJ ini saat bersenang-senang bersama? Berikut ceritanya!
eaJ's signature: blusukan

Keseruan The 1/9 Tour sebetulnya sudah dimulai sejak siang, saat eaJ mengelilingi venue untuk menyapa semua orang. Ia menjajal berbagai kegiatan di area Jars Spot. Tak ketinggalan, ia bahkan menghampiri satu per satu para penjaga tenant makanan.
Begitu pertunjukan dimulai, ia masih bisa tinggal di atas panggung untuk dua lagu pertama, yaitu "right where you left me" dan "friendly fire". Namun, aksinya saat lagu "ruin my life" dimulai langsung menciptakan kehebohan. Ia bergerak ke arah CAT 3B di tribun untuk menyapa penonton lebih dekat.
Mungkin setiap lima detik sekali, venue diwarnai dengan sorakan heboh penonton. Bagaimana tidak? Gestur fan service eaJ benar-benar totalitas, mulai dari menyalami, mendekatkan wajah ke kamera, selfie bareng, sampai memeluk seorang penonton. Rupanya, kaki yang masih tertatih akibat cedera tak berarti apa-apa untuknya.
"What a crazy show today! Aku benar-benar minta maaf sama tim keamanan (karena harus memberikan penjagaan ekstra di tengah kerumunan penonton)," katanya setelah kembali naik ke panggung.
Ungkapkan rasa terima kasih kepada penggemar

Jika menelusuri kembali semua liputan Popbela tentang eaJ, kamu akan mengetahui betapa tidak mudah perjalanan kariernya. Di luar statusnya sebagai seorang artis, ia tetaplah manusia biasa yang melakukan kesalahan.
Hal itu membuat eaJ sempat merasakan pahitnya cancel culture dari sekelompok orang. Namun, ia terus bertekad memperbaiki diri. Rasa cintanya terhadap musik begitu besar sehingga ia bereksperimen di sana-sini, mengeksplorasi genre dan tema lirik yang merefleksikan kehidupannya.
Akhirnya, kualitas musiknya memikat lebih banyak telinga. Sikap down to earth yang memang sudah jadi ciri khasnya, membuat lebih banyak orang menaruh respect kepadanya. Perlahan, lingkaran penggemarnya terus membesar. Dan ia berterima kasih kepada orang-orang yang telah menemaninya melalui fase sulit itu.
"Selama waktu itu, ketika aku melalui semua ini, kalian telah berjuang untukku. eaJ (merujuk kepada penggemarnya), kalian telah berjuang untukku. eaJ, kalian kasih tau aku kalau itu nggak apa-apa. eaJ, kalian kasih tau kalau aku salah, tapi nggak apa-apa, jadilah lebih baik. Jadi, aku juga mengatakan kepada diriku sendiri kalau itu nggak apa-apa, dan aku menjadi lebih baik," katanya lalu mempersembahkan lagu "castle in the sky".
Salah satu momen life-changing eaJ terjadi di Yogyakarta, Juli lalu. Ia berkesempatan menjadi headliner Prambanan Jazz Festival 2025 selama dua hari berturut-turut. Di sana, ia bertemu dengan seorang penggemar bernama Tasya yang telah lama mendukung eaJ terlepas dari keterbatasan fisik yang ia miliki. Cerita tersebut rupanya berhasil menyentuh hati sang penyanyi hingga terciptalah lagu "put it on me".
"Ada momen ketika seseorang tidak punya tujuan dalam hidupnya. Hal yang mereka lakukan hanyalah kerja, pulang, kerja, pulang. Rasanya sangat menyakitkan! Aku memahami itu. Setelah kalian melakukannya, awalnya itu terasa keren. Lama-kelamaan hal itu kehilangan makna sampai kalian merasa tidak berguna. Setidaknya aku mengalami itu. Namun, sosok ini mengubah hidupku. Karenanya, aku bisa merasa berguna lagi setelah sekian lama," kisahnya sebelum akhirnya menyanyikan "put it on me".
Suara lantang untuk Palestina

Salah satu hal yang membuat eaJ menuai respect dari banyak pihak adalah kepeduliannya terhadap isu-isu sosial. Ia dikenal sebagai artis yang berani memanfaatkan media sosialnya untuk menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di Palestina.
Tak hanya di internet, eaJ turut berupaya mengangkat isu ini ke atas panggung. Di The 1/9 Tour Jakarta ini saja, ia mengambil bendera Palestina yang dibawa oleh salah satu penonton. Saat menyanyikan lagu "when the rain stops", semua layar besar di panggung menampilkan tulisan "No Child Deserves to Die".
Terbaru, eaJ bekerja sama dengan Rockologist untuk proyek kampanye From Friends yang sudah lama ia jalankan. Untuk Palestina, ia membuat dua produk berupa gelang Fishnet dan pin Loud Fruit. Seluruh keuntungan dari penjualan akan didonasikan sebagai bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina.
"Free! Free! Palestine!" serunya lantang dari atas panggung.
Kejutan demi kejutan

The 1/9 Tour Jakarta kurang lebih berlangsung selama dua jam. Keseruan "Car Crash" harusnya menjadi penutup pertunjukan ini. Namun, eaJ dikejutkan dengan video fan project yang berisi kata-kata penyemangat dengan nyanyian "You'll Be In My Heart" dari penggemarnya setelah sesi foto bersama.
Raut terkejut tampak di wajah eaJ dan rekan-rekan band pengiringnya. Air mata pun tak terbendung. Sebagai orang yang lahir di keluarga Korea, ia bahkan melakukan 큰절 (keunjeol, deep bow) di atas panggung, yang merupakan simbol penghormatan terbesar dengan cara berlutut lalu menunduk sampai dahi menyentuh lantai.
"Setelah aku meninggalkan proyek terakhirku, kupikir semuanya sudah berakhir. Aku nggak pernah membayangkan bisa berada di sini bersama kalian seperti ini. Aku ingin berterima kasih dengan tulus. Kepada orang-orang yang baru (bergabung menjadi penggemar) maupun yang lama, kalian benar-benar menyelamatkan hidupku. Ya, mungkin kita memang menyelamatkan hidup satu sama lain," katanya sambil kembali menangis.
"Terima kasih banyak. Kalian tidak tahu seberapa berartinya ini untukku. Tiga ribu orang hadir untuk menyaksikan kami, stupid Americans. Namun, dari lubuk hatiku yang terdalam, kalian telah membuat hidupku—" sambungnya, tetapi kehabisan kata-kata di tengah kalimat karena tak kuasa menahan air mata.
Namun, eaJ dengan sigap menyadarkan dirinya kembali. Ia harus menunda tangisannya karena ia akan menyanyikan "The Only Exception" milik Paramore. Seperti judul lagunya, penonton Jakarta merupakan satu-satunya pengecualian dalam rangkaian tur ini karena mendapatkan satu lagu tambahan di setlist.
Setelah The 1/9 Tour berakhir di Bangkok pada 23 November, eaJ kemungkinan baru bisa kembali menggelar konser solo di Asia pada 2027 mendatang. Jangan sedih, ia masih akan kembali jika memang diundang untuk mengisi festival musik. Terdekat, ia akan terbang lagi ke Jakarta pada 4 Desember mendatang sebagai salah satu bintang tamu Spotify Wrapped Live Indonesia.
Antusias, bahagia, dan haru mungkin adalah tiga emosi yang paling tepat untuk menggambarkan suasana konser eaJ kali ini. Apa kenangan yang paling berkesan dari The 1/9 Tour Jakarta versi kamu, Bela?



















