‘Selesai’, Romansa Rumah Tangga yang Terlalu Jujur untuk Diekspos

Semua kisah cinta tak ada yang sempurna

‘Selesai’, Romansa Rumah Tangga yang Terlalu Jujur untuk Diekspos

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Tentu setiap orang menginginkan kisah cinta yang sempurna. Misalnya, tidak kekurangan satu apapun dari segi fisik dan finansial, punya pasangan dengan minim konflik, hingga mertua yang sayang dengan kita. Namun, pada kenyataannya tak ada yang sempurna bukan? Kisah romansa yang digadang-gadang akan seindah cerita dongeng, justru memiliki kekurangan yang menampar kita dengan realita yang ada.

Bukan menakut-nakuti, tapi rasa waspada terhadap kehidupan rumah tangga muncul perlahan saat saya menulis review singkat tentang film Selesai. Melihat konflik hebat antara Broto dan Ayu, saya tersadar bahwa sesuatu yang terlihat baik-baik saja bukanlah pertanda baik yang bisa diabaikan begitu saja.

‘Selesai’, Romansa Rumah Tangga yang Terlalu Jujur untuk Diekspos

Rumah tangga Broto (Gading Marten) dan Ayu (Ariel Tatum) mendadak berantakan setelah Ayu menemukan bukti perselingkuhan Broto dengan Anya (Anya Geraldine). Karena bukti itu, Ayu memutuskan untuk bercerai dari Broto dan meninggalkan rumah yang telah lama mereka tempati.

Siap pergi dari rumah dengan membawa sekoper baju, rencana itu kemudian gagal dengan datangnya Ibu Sri (Marini Soerjosoemarno), mertua Ayu ke rumah mereka. Tak ingin ibu mertuanya khawatir dengan keadaan rumah tangga mereka, Ayu dan Broto bersikap seolah-olah hubungan mereka harmonis dan baik-baik saja.

Keadaan kian memburuk saat mereka terisolasi di rumah karena pandemi. Ayu tidak bisa keluar dari rumah, Broto tak bisa menemui Anya yang terus menghubunginya dan Ibu Sri merasa lebih bahagia karena bisa melewati masa pandemi bersama menantu kesayangannya.

Namun, kehadiran Ibu Sri di rumah itu justru membuka banyak rahasia yang selama ini tertutup rapat.

Ironi, bagi saya menjadi satu kata yang tepat untuk menggambarkan film Selesai. Tompi, sebagai sutradara, berhasil membawa kesan hangat pada visual filmnya yang justru menjadi latar dari kisah penuh konflik dan sama sekali nggak bersahabat. Di balik rumah era tahun 90-an yang homey dan seharusnya menjadi tempat paling nyaman, tersimpan masalah pelik yang menjadi bom waktu saat semuanya mencapai klimaks.

Memanfaatkan satu lokasi saja, Tompi banyak mengambil adegan dengan teknik one-take-shot di beberapa scene. Hasilnya? Kisah yang disajikan pun berjalan runut, cepat dan tanpa berbelit. Sehingga, sebagai penonton pun, saya nggak perlu menunggu waktu lama untuk mengetahui titik masalah, puncak, hingga penyelesaiannya. Semuanya terkisah dengan rapi.

Untuk cerita dan dialog yang disampaikan dalam film, Imam Darto sebagai penulis naskah, sangat berani dan brilian. Imam Darto kembali mengeluarkan formula penulisan yang sama seperti film pertamanya (Pretty Boys), dengan menuliskan dialog yang apa adanya, liar dan lelucon sarkas.

Meski awalnya saya sempat kaget dengan pemilihan kata-kata yang terlalu liar dalam beberapa dialognya, namun justru hal tersebutlah yang membuat penetrasi konflik yang dihadirkan semakin menarik dan to the point. Kata-kata ‘berani’ ini membuat Selesai menjadi film yang apa adanya dan jujur.

Dari kisah Broto dan Ayu, satu hal yang saya dapatkan, yaitu tak ada hubungan yang sempurna dan mulus. Selalu ada kerikil sebagai masalah yang menghadang di setiap jalannya. Jika sudah begini, pilihannya hanya dua: sabar dan menyelesaikan masalah untuk bisa bersama lagi, atau sudahi dan selesai untuk mengakhiri semuanya.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here