‘Memory’ Review: Ketika Pembunuh Bayaran Alami Masalah Hilang Ingatan 

Film action yang siap memacu adrenalin kamu!

‘Memory’ Review: Ketika Pembunuh Bayaran Alami Masalah Hilang Ingatan 

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Memiliki pekerjaan sebagai pembunuh bayaran memang berisiko tinggi, meski bayaran yang dihasilkan fantastis. Dikatakan berisiko tinggi karena nyawa sendiri bisa menjadi taruhannya. Terlebih jika ia gagal dan enggan melakukan pekerjaannya sesuai dengan kesepakatan. 

Tapi, apa jadinya jika sang pembunuh bayaran harus mengalami masalah kesehatan yang perlahan menggerus ingatannya? Apakah ia harus berhenti sesegera mungkin? Atau melanjutkan pekerjaannya meski risiko nyawa harus dihadapinya?

‘Memory’ Review: Ketika Pembunuh Bayaran Alami Masalah Hilang Ingatan 

Memory berkisah tentang seorang pembunuh bayaran bernama Alex Lewis (Liam Neeson) yang mendapat tugas untuk membunuh seorang mucikari sekaligus PSK di bawah asuhannya. Tugas ini diberikan kepada Alex dengan tujuan untuk membersihkan nama baik seorang pengusaha paling berpengaruh di Meksiko, Davana Sealman (Monica Bellucci).

Dengan mudah, Alex menghabisi orang-orang yang terlibat dalam perdagangan manusia itu. Namun, ia mendadak enggan melakukan pekerjaannnya saat mengetahui bahwa target korban selanjutnya adalah anak di bawah umur, Beatriz (Mia Sanchez). Bagi Alex, Beatriz tidak bersalah karena ia dimanfaatkan oleh ayahnya untuk menjadi pekerja seks komersial.

Apa yang dilakukan Alex menyalahi perjanjian. Orang-orang suruhan Davana kemudian mulai memburunya. Tahu bahwa dia bisa melakukan hal yang benar, Alex lalu malah menyerang balik Davana dan orang-orang bekerja sama dengannya. Di sisi lain, Alex harus menyelesaikan serangannya ini sebelum penyakit alzheimer semakin merenggut ingatannya.

Untuk kamu yang rindu menikmati film action yang penuh dengan adegan saling tembak, Memory bisa menjadi rekomendasi yang tepat. Film ini diadaptasi dari novel berjudul De Zaak Alzheimer karya Jef Geeraerts dan pernah diangkat ke layar lebar di tahun 2003 dengan judul De Zaak Alzheimer (The Memory of a Killer) besutan sutradara Carl Joos di Belgia.

Melihat sepak terjang sang sutradara, Martin Campbell, tentu kita tak perlu ragu lagi dengan film aksi satu ini. Dari tangan dinginnya, telah tercipta beberapa film ber-genre sama yang tentu akan memuaskan adrenalin kamu. Beberapa film aksi yang cukup sukses digarap oleh Martin, yakni The Protégé (2021), The Foreigner (2017), Edge of Darkness (2010), Casino Royale (2006), dan The Legend of Zorro (2005).

Mungkin karena pernah menggarap salah satu film Bond yang cukup sukses, yakni Casino Royale di tahun 2006, Popbela melihat sedikit gaya Bond di film ini. Mulai dari peralatan dan senjata yang canggih, serta kharisma Alex yang sedikit mengingatkan Popbela terhadap sosok James Bond.

Dari segi pemain, Liam Neeson menjadi fokus utama dalam film ini. Sayangnya, jajaran pemain yang terlibat kurang bisa menyeimbangi kepiawaian akting dari pria kelahiran 7 Juni 1952 ini. Memang, bagi Liam, film action yang penuh dengan senjata dan adu-tembak adalah keahliannya. Sejak debutnya di layar lebar pada tahun 1978, Memory berhasil menampilkan sisi Liam yang lain, yakni pengidap alzheimer yang dihadapkan pada dua pilihan sulit dalam kariernya.

Namun tetap saja, aktor bersuara ikonik tersebut masih kurang bisa lepas dari sosok Bryan Mills di film seri Taken. Pencinta film action pasti sulit mengenyahkan dialog "I will look for you, I will find you, and I will kill you", ketika melihat sosoknya.

Meski minim tokoh perempuan, kehadiran Monica Bellucci dan Taj Atwal (sebagai Linda Amistead) diharapkan mampu memberi warna dalam film ini. Sayangnya, akting keduanya pun tidak begitu bagus dan terkesan nanggung.

Monica misalnya, digambarkan sebagai sosok penjahat berdarah dingin yang bersembunyi di balik kedok filantropi dan terobsesi hidup abadi. Dalam film ini, Monica ingin menggambarkan sosok Davana sebagai perempuan yang tenang dan sabar. Tapi, sayangnya, yang terlihat justru penampilan kaku dengan dialog yang terkesan dibuat-buat.

Lalu, ada Taj Atwal yang memerankan sosok polisi muda yang baru ditugaskan untuk bergabung dengan FBI bernama Linda Amistead. Linda digambarkan sebagai seseorang yang ceria, kerja keras, dan suka melempar lelucon untuk mencairkan suasana. Namun, hal ini juga nggak membantu Taj untuk tampil mengesankan. Lelucon pada dialognya terkesan memaksa dengan gestur yang awkward.

Bisa dibilang dari dialog dan naskah, terutama pada awal film, banyak bagian yang begitu patah karena melompat-lompat tanpa keterangan lebih jelas mengenai situasi yang terjadi. Namun, penulis naskah Dario Scardapane, Jef Geeraerts, Carl Joos, dan Erik Van Looy berhasil menyisipkan pesan penting dalam film ini yang mungkin disetujui oleh semua penonton.

Masalah korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi benang merah dari film ini. Kita tak bisa menyangkal bahwa saat kita memiliki uang, kita bisa membeli apapun itu, termasuk melenyapkan kasus yang sedang kita hadapi menjadi selesai begitu saja. Memory berhasil menyentil para penegak hukum soal KKN ini dan menggambarkan dengan jelas betapa kotornya praktik suap di kalangan tersebut.

Terlepas dari kisahnya yang sempat membuat bingung di awal film, Memory bisa menjadi rekomendasi yang tepat untuk kamu yang rindu film-film aksi penuh suara tembakan. Berniat menontonnya, Bela?

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here