Pertunjukan "JEMARI", musikal Tuli pertama di Indonesia berhasil menuai antusiasme sepanjang pementasan pada 3-7 Desember di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan. Diselenggarakan untuk merayakan Hari Disabilitas Internasional, musikal Jemari bukan hanya pertunjukan seni, tetapi juga membawa pesan bahwa semua orang mempunyai ruang yang sama di panggung seni maupun di kehidupan.
Musikal Jemari bercerita tentang Mentari, penari Tuli yang kehilangan semangat menari semenjak ayahnya, Gusti seorang musisi legendaris meninggal dunia. Dunia Mentari terasa sunyi dan hampa sampai suatu hari datang seorang produser muda bernama Awan yang ingin menghidupkan kembali studio peninggalan ayah Mentari.
Serangkaian peristiwa yang terjadi antara Awan dan Mentari kemudian membawa luka lama Mentari muncul kembali, sekaligus membuka hati dan cinta yang tidak terduga. "JEMARI" berkisah tentang kehilangan, keberanian untuk mencintai, dan keyakinan bahwa cinta yang jujur dapat melampaui perbedaan bahasa antara dunia Tuli dan Dengar.
Selama lima hari pementasan, "JEMARI" berhasil disaksikan oleh penonton dari berbagai latar belakang dan usia, baik Tuli maupun Dengar. Perpaduan bahasa isyarat, musik, gerak, dan teater meninggalkan kesan emosional mendalam karena mampu membawa penonton masuk ke ruang inklusivitas sebagai suatu pengalaman yang bisa dirasakan.