DAY 2 The Papandayan Jazz Fest: Penutup Harmoni Lintas Generasi

- Masterclass bersama Barry Likumahuwa membuka hari kedua TPJF 2025 dengan berbagi filosofi bermusik yang membumi
- Grup MOKA: ONE NOTE VOICE menghadirkan nuansa segar lewat lagu daerah Nusantara di Tropical Garden
- Bandung Jazz Orchestra menjadi penutup megah dengan kolaborasi bersama Rio Sidik dan merayakan satu dekade TPJF
Ada rasa istimewa ketika bisa ikut merasakan hari kedua sekaligus penutup The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2025 yang digelar di The Papandayan, Minggu (5/10/2025). Sejak pagi hingga malam, setiap sudut hotel berubah jadi panggung musik, menghadirkan pengalaman yang tak hanya merayakan jazz, tapi juga menyatukan edukasi, nostalgia, dan euforia.
Hari kedua TPJF benar-benar terasa seperti perjalanan musik yang utuh. Ada momen belajar, ada ruang untuk menikmati musik dengan santai, ada nostalgia dari musisi legendaris, ada pula kejutan-kejutan hangat yang membuat penonton betah sampai akhir. Mari kita simak lebih dekat rangkaian keseruannya, Bela!
Membuka hari kedua TPJF dengan Masterclass bersama Barry Likumahuwa

Hari kedua TPJF 2025 dibuka dengan Master Class bersama Barry Likumahuwa di TP Stage. Barry berbagi filosofi bermusik yang membumi: proses belajar tidak pernah berhenti. “Saya nggak pernah merasa ada finish line,” katanya tegas.
Ia menceritakan perjalanan instrumennya, dari bass Washburn empat senar hingga kini mantap menggunakan bass lokal JS Guitars seri signature. Bagi Barry, gear hanyalah alat; yang menentukan tetap karakter dan keterampilan pemain.
Tak hanya soal teknik, Barry juga menekankan pentingnya karya dan dokumentasi. Ia menyoroti lemahnya pengarsipan musik di Indonesia, dan menantang dirinya untuk merilis dua sampai tiga karya setiap tahun. Album Like Father Like Son (2011) bersama sang ayah menjadi salah satu bukti nyata. Barry pun mengingatkan pentingnya manajemen digital, dari Spotify for Artists hingga algoritma YouTube.
“Banyak musisi terlalu cuek, padahal pre-release sampai post-release itu penting,” ujarnya. Sesi ini menjadi bekal berharga sebelum Barry tampil di Mirten Lounge bersama Andre Dinuth dan Echa Soemantri dalam format TRIO BAE.
MOKA: ONE NOTE VOICE membawa keseruan di Tropical Garden

Menjelang sore, suasana bergeser ke Tropical Garden yang dipenuhi keceriaan. Grup MOKA: ONE NOTE VOICE menghadirkan nuansa segar lewat lagu daerah Nusantara. Mereka membuka dengan “Sik Sik Sibatumanikam”, lalu melanjutkan dengan “Kicir-Kicir”, “Suliram”, “Manuk Dadali”, “Suwe Ora Jamu”, “Ampar-Ampar Pisang”, hingga “Sipatokaan”. Suasana menjadi hangat dan penuh energi, seperti piknik musikal di tengah taman.
Modulus & Spirit hadir di Suagi Ballroom

Di Suagi Ballroom, giliran Modulus membawa nostalgia. Mereka membuka dengan “Nada dan Asmara”, lagu yang menjadi tonggak lahirnya band ini 30 tahun silam. “Lagu itu yang membuat Modulus bisa berdiri sampai di sini. Semua lagu Modulus untuk kalian semua,” ujar sang vokalis, Bimo Chondro. Mereka juga memperkenalkan karya terbaru, “Kamu Ya Cuma Kamu”, yang baru dirilis di Spotify pada 29 Agustus 2025.

Setelah Modulus, giliran Spirit naik ke panggung. Meski kini hanya menyisakan Erramono Soekarjo dan Agam Hamzah dari formasi lama, energi mereka tetap terasa kuat. Lagu-lagu seperti “Asmara Membara” hingga “Bayang-Bayang Semu” membangun suasana sore yang penuh gairah, membuat ballroom bergemuruh tepuk tangan.
Bilal Indrajaya hangatkan Ron88 Stage

Menjelang malam, Ron88 Stage sudah dipadati penonton yang antusias menunggu Bilal Indrajaya. Ia membuka dengan “Saujana” lalu menyapa ramah, “Salam kenal saya Bilal Indrajaya,” yang langsung disambut riuh penonton dengan teriakan, “Iyaa, sudah tahu!”
Ternyata banyak penggemar Bilal dari Bandung yang sudah lama menantikan kesempatan untuk menyaksikannya tampil secara langsung.
Bilal lalu membawakan “Nelangsa Pasar Turi” serta lagu spesial “Kaos Kaki Merah” yang didedikasikan untuk mendiang Ade Paloh (SORe). Penampilannya makin intim saat ia membagikan pick kepada penonton. Deretan lagu andalan seperti “Purnama” hingga “Juanda” pun membuat Ron88 Stage terasa akrab, hangat, dan penuh energi.
Saatnya lebih chill di Cimanuk Stage

Untuk yang mencari suasana lebih santai, Cimanuk Stage jadi pilihan. Duduk di bean bag, penonton menikmati aksi Yonathan & Friends and Suns yang membawakan lagu-lagu dari EP perdana Cause of You (rilis 9 Maret 2025). “I Don’t Want It To”, “Cause of You”, “Dara”, hingga “Jessie” mengalun lembut dengan lirik berbahasa Inggris.
Momen pecah hadir ketika mereka menutup penampilan dengan “I Got You (I Feel Good)” milik James Brown. Penonton bersorak dan bergoyang ringan, menciptakan kombinasi unik antara vibe chill dan euforia sore festival.
Bandung Jazz Orchestra jadi penutup yang ciamik

Malam penutup terasa megah dengan hadirnya Bandung Jazz Orchestra di Suagi Ballroom. Dengan formasi besar berisi 23 musisi, mereka membuka dengan komposisi harmonis yang rapi, lalu membawakan “Route 66”. Kolaborasi bersama Rio Sidik lewat “Make Somebody Happy” menambah semarak suasana.

Momen puncak datang ketika seluruh ruangan diajak menyanyikan “Selamat Ulang Tahun”, merayakan satu dekade TPJF. Sorak meriah dan tepuk tangan panjang mengiringi, menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar konser, melainkan perayaan bersama yang mengikat musisi dan penonton dalam satu harmoni.
Meski saya tak bisa menyaksikan seluruh set hingga akhir karena harus mengejar Whoosh ke Jakarta, pengalaman hari kedua TPJF 2025 terasa sangat berkesan. Sepanjang perjalanan ke Stasiun Padalarang, saya masih memutar fancam “Route 66” dari Bandung Jazz Orchestra. Selamat satu dekade The Papandayan Jazz Fest—semoga festival ini terus jadi ruang perayaan musik dan budaya, dan sampai jumpa tahun depan!



















