Musisi muda Tanah Air banyak bermunculan dengan berbagai karakteristik musiknya. Hanya saja, mereka kurang mendapatkan atensi besar dari publik. Seharusnya keberagaman musik di Indonesia ini jadi hal yang menjanjikan untuk mengembangkan industri musik Indonesia di masa depan.
Baik musisi yang bernaung di bawah label rekaman atau yang memilih jalur indie, mereka harus jadi bagian dalam membanggakan Indonesia dengan menghasilkan musik yang unik dan berbeda dari musik-musik yang pernah ada sebelumnya. Misalnya seperti yang di bawah ini.
Kurosuke - "Distant Memories"
Dirilis pada 19 Oktober 2023, album "Distant Memories" yang diciptakan oleh Kurosuke membawa unsur nostalgia. Ketika mendengarkan delapan lagu pada album tersebut sontak membuat pendengar rasanya balik ke tahun era 90-an di mana teknologi belum secanggih sekarang. Meskipun erat dengan nuansa vintage, Kurosuke tetap menggarap lagu-lagunya dengan cara yang modern.
Pemilik nama asli Christianto Ario Wibowo ini merupakan seorang penyanyi berkebangsaan Indonesia yang memulai kariernya sebagai vokalis dari grup musik Anomalyst. Ia mulai memulai karier solo sejak tahun 2018 dengan merilis beberapa single dan album. Album "Distant Memories" menandai babak baru Kurosuke dengan tampilan yang lebih fresh.
Akhol Firdaus - "Dongeng Indonesia"
Kota Kediri jadi pelopor musisi berbakat seperti Akhol Firdaus. Ia merupakan seorang seniman dan akademisi multi-disiplin yanh menuangkan keresahannya tentang Indonesia lewat album yang berjudul "Dongeng Indonesia".
Sejak 6 Oktober 2023, album "Dongeng Indonesia" sudah dirilis dan bisa didengarkan di semua gerai musik digital serta stasiun radio. Akhol Firdaus bukan hanya menjadi penyanyinya, ia juga menulis sendiri lagu-lagu pada album tersebut.
Keenam trek pada album "Dongeng Indonesia" menyuarakan carut marut Tanah Air seperti keadilan terhadap kelompok minoritas lewat single "Dongeng Indonesia". Kemudian lagu kedua yaitu "Tragedi Paidjo" yang membahas tentang tulisan karya Clifford Greetz. Disusul dengan lagu "Rumah Ibadah" yang secara gamblang mengajak untuk bisa memiliki kebebasan beragama.
Lagu selanjutnya yakni "Ironi Bhinneka" tentang anjuran untuk menghargai perbedaan dan keseragaman di Indonesia. Kemudian ditutup dengan lagu "Ilusi Damai" dan "Mabuk Agama" tentang orang-orang yang fanatik dengan agama hingga menyakiti orang lain.
13 Musisi Indonesia - "sonic/panic"
Krisis iklim menjadi kekhawatiran banyak orang, termasuk musisi Tanah Air. 13 musisi Indonesia dari berbagai genre bergabung untuk sebuah album kompilasi bertajuk "sonic/panic". Album ini menampilkan Iga Massardi, Endah N Rhesa, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuantigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Made Mawut, Nova Filastine, Guritan Kabudul, Kai Mata, Rhythm Rebels, dan Prabumi yang menuangkan karakteristiknya tersendiri pada lagu yang mereka bawakan.
Pembuatan album kompilasi sonic/panic dengan ke-13 musisi berawal dari perkumpulan di Bali beberapa bulan lalu untuk mengikuti workshop. Mereka melakukan diskusi soal isu iklim dan cara musisi dapat turut berkontribusi dalam mengatasi isu ini. Kemudian muncullah 13 lagu dari 13 musisi dengan berbagai genre seperti hip-hop, rock, blues, electronica, reggae, pop, hingga world music.
Dari salah satu album ini, lagu "Plastic Tree" milik Endah N Rhesa menyita perhatian, pasalnya lagu ini menggambarkan dunia tanpa pohon, yang digantikan oleh replika plastik. Sangat disayangkan karena sebenarnya pohon sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia.
Pada lagu "House on Fire", band Navicula menyuarakan pemanasan global dan spirit kolaborasi. Disusul dengan Iga Massardi yang berkolaborasi berdama musisi asal Madura, Badrus Zeman, mengusung lagu berjudul "Polo Nyaba" yang artinya Pulau Nafas. Masih banyak lagu-lagu lain yang belum di-spill oleh mereka. Album ini baru bisa didengar 4 November!
Semoga playlist ini membuat kamu lebih bangga menjadi orang Indonesia lewat karya musisi-musisinya yang berbakat dan kreatif.
