Kecantikan memiliki keterkaitan langsung dengan kesehatan dan kesejahteraan. Data dalam buku The Essentiality of Beauty menunjukkan 80% perempuan merasa lebih bahagia dan 88% lebih percaya diri setelah menggunakan produk kecantikan. Sebaliknya, 98% individu dengan masalah kulit melaporkan gangguan emosional, 47% menggunakan makeup untuk menutupi kekurangan, dan 50% perempuan menyatakan kondisi rambut sangat berpengaruh pada rasa percaya diri. Angka-angka ini menegaskan bahwa kecantikan bukan sekadar faktor estetika, melainkan berperan nyata dalam mendukung mental well-being.
Bagi generasi muda, hubungan antara kecantikan dan well-being terasa semakin personal. Rutinitas perawatan diri, pilihan gaya, maupun penggunaan produk tertentu dilihat sebagai cara untuk menjaga keseimbangan emosional sekaligus membangun identitas. “Bagi generasi saya, kecantikan adalah ruang ekspresi sekaligus peluang karier. Dari content creator, beauty entrepreneur, sampai product reviewer, jalurnya semakin terbuka. Industri ini tidak lagi berhenti di meja rias, tetapi menjadi ekosistem tempat kami bisa berkarya dan berkontribusi,” ungkap Agatha Chelsea, Entertainer, Neuroscience Educator, dan Founder Newronedu.
Dari perspektif akademisi, kaitan ini memiliki dimensi sosial yang lebih luas. Dr. Rismi Juliadi, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UMN, menjelaskan: “Kecantikan sejatinya adalah harmoni. Ia tidak hanya tampak pada aspek fisik, tetapi juga hadir dalam diri seseorang—bagaimana kita berpikir, bersikap, dan berinteraksi. Harmoni inilah yang menjadikan kecantikan mampu memberikan keseimbangan, baik bagi individu maupun masyarakat.”
Pandangan ini menegaskan bahwa kecantikan bersifat multidimensi. Ia bukan hanya faktor penampilan, tetapi juga instrumen penting untuk membangun kepercayaan diri, kesehatan mental, dan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan pemahaman seperti ini, mahasiswa dan generasi muda dapat melihat kecantikan sebagai ruang yang menyatukan aspek pribadi, sosial, dan emosional, sehingga relevan untuk kehidupan sehari-hari maupun masa depan industri.
Pada akhirnya, The Essentiality of Beauty menegaskan bahwa kecantikan berperan strategis di banyak lapisan: sebagai motor ekonomi, bahasa sosial, ruang ekspresi generasi muda, sekaligus medium keberlanjutan dan kesejahteraan. Melalui kolaborasi dengan UMN, L’Oréal Indonesia menegaskan bahwa generasi muda bukan sekadar konsumen, melainkan mitra penting dalam membawa industri kecantikan menuju masa depan yang lebih inklusif, inovatif, dan bertanggung jawab.
“Kami percaya kecantikan adalah kekuatan yang mampu menghadirkan perubahan nyata. Dengan memahami esensi kecantikan dari perspektif ekonomi, sosial, hingga keberlanjutan, generasi muda dapat mengambil peran aktif membentuk masa depan industri ini. And you are all the future of this legacy,” tutup Melanie Masriel.