#BFA2019: Neonomora "Jadi Musisi Itu Susah Banget Kaya Presiden"

“Aku dari kecil emang sudah suka nyanyi, tapi pernah ada masanya nyokap dan bokap nggak setuju lah. Mereka mikir musik nggak bisa ngasih apa-apa ke aku. Tapi, karena aku anaknya rebet banget yah jadi aku tetap memutuskan untuk jadi musisi. Lima tahun lalu aku mulai,” tutur Neonomora ketika ditanya titik awalnya terjun ke dunia tarik suara.

Radhini juga mengawali ceritanya dengan plot yang serupa, ia mengaku perjalanan itu diawali dari kecil hingga akhirnya dirinya bertemu dengan tim yang cocok dan merealisasikan project solo yang dia inginkan.

Berbeda dari kedua rekannya, Kalulla bercerita bahwa dirinya sering bereksperimen dalam dunia musik. “I used to have a band. Gue pernah punya band rock alternatif juga elektronik. Karena gue indecisive orangnya jadi i wanna try anything,” ujarnya.

“It’s just, you know.. you trying to search what you want in life,” tambahnya.

“Sebenarnya kalau suka sama musisi gue harus liat dulu mereka cantik atau nggak. Bagaimana mereka appeal di gue,” ujar Kalulla sambil tertawa.

Ia menyebutkan beberapa nama musisi yang menginspirasinya, salah satunya adalah Dua Lipa. “And i figure she’s only 22, but she can achieve that big achievement. Banyak banget musisi yang gue adore ternyata usianya di bawah gue jauh,” katanya.

Menurut Radhini proses penulisan lagu adalah proses pendewasaan setiap musisi. Dari dua album yang telah dirilisnya ia telah merilis 1 lagu ciptaannya sendiri. “Akhirnya, bisa menemukan satu inspirasi serta satu formula untuk menulis lagu sendiri. Menurut aku rasanya lebih enak,” ucap Radhini.

Neonomora bercerita sempat patah semangat karena merasa minder akan kemampuannya, di awal perjalanan kariernya dia sempat meminta bantuan adiknya yang berprofesi sebagai produser musik. Seiring berjalannya waktu, Neonomora mulai memproduksi musiknya sendiri bahkan menuliskan lagu untuk musisi lain.

Selain untuk diri sendiri, Kalulla juga merasa bahwa musik yang diciptakannya merupakan hadiah untuk orang lain. “

At the end of the day, bisa nulis lagu unutk orang lain itu lebih gila sih rasanya. Karena, nggak cuma kita yang ngasih approval  ke diri sendiri,” kata Kalulla.

Setiap bait lagu yang mereka tulis dan irama yang mereka gubah, ada cerita yang ingin mereka sampaikan kepada dunia. Entah, pada akhirnya mereka menulisnya untuk diri sendiri atau orang lain. Seperti yang Radhini rasakan, “Kalau aku menulis lagu itu untuk jadi terapi buat diri sendiri. Aku baru bisa nulis lagu dari pengalaman sendiri sih selama ini, dan itu rasanya kaya curhat! Lagu jadi diary dan pengingat bahwa pernah ada fase-fase tertentu di kehidupan aku.”

Neonomora menyetujuinya dan menambahkan, “Let’s say kita dalam kesulitan dan kita buat satu lagu. Itu bisa membuat aku untuk bangkit dan membangun mental aku lagi.”

Kalulla, at the other hands, mengatakan bahwa lagu itu adalah sebuah terapi untuk para pendengarnya juga. “Orang lain bisa relate bahwa we are all human and we have mistakes. Saya mau jadi kuping kedua bagi orang lain,” tuturnya.

Radhini mengatakan sembari terkekeh, menurutnya itu adalah bagian dari profesionalisme yang harus dia jalani. “Lagu itu harus kita nyanyiin berulang-ulang kali. Akan ada kok satu momen di mana kita bisa mendengarkan lagu itu tanpa membayangkan orang yang terlibat dengan kejadian di masa lalu itu,” katanya.

“Aku hampir sama sih,” ujar Neonomora. “Saat aku baru rilis album yang bercerita tentang depression and stuff, aku sempet nangis di stage. Ketika turun ke bawah stage juga nangis lagi. Tapi, justru itu adalah momen penting karena kita bisa bicara dari batin ke batin dengan audience. Energi itu benar-benar tersampaikan dengan baik!”

Radhini bilang, “Aku selalu pengen jujur dengan pendengar. Setiap aku merasa sedih atau berada di titik terendah dalam hidupku. Karena setiap manusia pernah merasakan hal itu. Selain ingin jujur, aku juga pengen mereka bisa mengambil pelajaran dari setiap fase kehidupan mereka. Jadi, jalanin aja.”

Kalulla mengatakan bahwa pekerjaan musisi itu tidak mudah karena tidak semua orang mampu mengekspresikan apa yang mereka rasakan kepada dunia. “Coba deh, berapa juta orang di Indonesia yang mau dengerin gue putus sama mantan gue? Nggak semua orang berani untuk bilang itu, tapi yang mau gue sampaikan adalah sebagai musisi kita itu seorang mediator. Kita harus pikirin gimana caranya kita menyampaikan inspirasi kepada orang lain. We make memories for other people, so, I think we should take responsibilities!”

Dengan raut muka yang serius, Neonomora menyampaikan pemikirannya. Baginya, jadi musisi itu bukan pekerjaan yang mudah.

“Jujur sih, menurut aku jadi musisi tuh adalah pekerjaan tersusah kedua setelah presiden. Karena kita yang memberikan reward dan tingkatan dari profesi kita sendiri. Being a musician is hard,” ujar Neonomora.

Seru banget ya diskusi mereka! Ternyata ada banyak banget kan topik yang bisa kita obrolin di #BFA2019. Kalau mau merasakan keseruan BeautyFest Asia 2019, jangan lupa datang di hari terakhir besok (31/3) ya!