Begini Cara Jolene Marie Berdamai dengan Kekurangan Diri

Menurut Jolene Marie, langkah awal dalam menerima kekurangan diri adalah menyadari bahwa tidak ada manusia yang terlahir sempurna sempurna. Dengan hal ini, benak kita akan terdorong untuk bisa mengembangkan diri lebih jauh lagi.

Namun, tak dapat dimungkiri kalau pengembangan diri dan toxic positivity memiliki sebuah pembatas yang begitu tipis. Jolene Marie pun membagikan tips untuk membedakannya berdasarkan pengalaman yang pernah ia alami secara personal.

"Ketika ada dorongan untuk berkembang dan dorongan menjadi sempurna, biasanya itu dari eksternal. Aku lihat dulu siapa orang yang memberi masukan. Kalau itu orang terdekat, keluarga kita, teman atau sahabat kita yang memang mau kita untuk berkembang, kita harus melihat itu sebagai suatu dorongan agar kita maju. Tapi kadang yang menjadi toxic positivity itu ketika orang-orang yang tidak ada relevansinya dengan hidup kita, memberikan dorongan itu," ungkapnya.

Sebagai figur publik, Jolene Marie harus menghadapi risiko setiap gerak-geriknya berpotensi diawasi dan dikomentari oleh banyak orang. Ia bahkan menyebut bahwa kata-kata dari orang lain itu bisa membentuk kita menjadi positif atau negatif. Oleh karena itu, ia memiliki cara sendiri agar ucapannya juga menyakiti hati orang lain.

"Aku juga punya pegangan hidup kalau mau memberitahu sesuatu pada orang lain. Kalau orang itu tidak bisa mengubah itu dalam waktu lima menit, simpen," tegasnya.

Poin terpenting dari perjalanan menerima kekurangan diri menurut Puteri Lingkungan 2019 ini adalah belajar ikhlas. Awalnya, ia pun merasa kesulitan untuk mempraktikkan hal ini. Akan tetapi, mendengarkan podcast tentang self-acceptance hingga melakukan meditasi dan yoga banyak membantunya. Tak ketinggalan, Jolene Marie juga berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan.

"Sebagai umat beragama, kita itu hendaknya selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kalau kita telaah lagi, di kitab-kitab suci itu banyak ayat yang isinya bisa dibilang soal tips & trik menjalani kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Terakhir dan yang tak kalah penting, Jolene Marie akhirnya bisa belajar ikhlas karena yakin bahwa segala ujian yang ia hadapi pasti akan segera berlalu. Mindset ini ia barengi dengan evaluasi dan upaya berbenah diri. Dengan demikian, ia bisa tumbuh menjadi individu yang lebih kuat setelah menghadapinya.

"Sebagai manusia biasa yang jauh dari kata sempurna, aku pernah bangkit terus dihajar masalah lagi dan begitu terus. Aku baru dapat kalimat yang bagus, 'this too shall pass.' Artinya, semua ini akan berlalu," terangnya.

BFA Jakarta 2025 masih akan berlangsung hingga 8 Juni. Kalau kamu nggak mau ketinggalan menyimak obrolan inspiratif seperti ini, jangan lupa datang langsung, ya! Masuknya gratis, lho, Bela!