"Kesehatan perempuan adalah kekuatan bangsa. Ketika perempuan dilindungi dari penyakit dan mendapatkan akses yang setara ke layanan kesehatan, mereka akan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam pendidikan, ekonomi, bahkan pembangunan sosial," ujar Veronica Tan, selaku Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
MSD & Kemenkes Bersatu Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI

- Misinformasi di era AI masih jadi tantangan, dengan lebih dari 1.900 hoaks sepanjang tahun 2024, dan 163 di antaranya berkaitan dengan kesehatan.
- Kanker leher rahim adalah kanker pembunuh kedua setelah kanker payudara, tetapi bisa dicegah dengan deteksi dini dan vaksinasi HPV.
- Program vaksinasi HPV telah menunjukkan kemajuan besar sebesar 90% dan cakupannya sudah terlaksana, serta pemerintah telah menyiapkan Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim 2023-2030.
Di tengah dunia digital yang bergerak semakin cepat, informasi soal kesehatan kini bisa tersebar dalam hitungan detik—sayangnya, tak semuanya benar. Termasuk mitos dan miskonsepsi yang kian berputar soal kanker leher rahim, salah satu penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.
Melihat urgensi tersebut, MSD Indonesia bersama Kementerian Kesehatan RI kembali melanjutkan komitmennya melalui acara yang bertajuk “Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI” dan bertepatan dengan World Cervical Cancer Elimination Day, pada tanggal 17 November 2025. Biar kamu lebih paham, simak pembahasan selengkapnya di bawah ini yuk, Bela!
Misinformasi di era AI yang masih jadi tantangan

Di balik maraknya informasi yang beredar setiap hari, tantangan terbesar justru datang dari misinformasi. Data Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat lebih dari 1.900 hoaks sepanjang tahun 2024, dan 163 di antaranya berkaitan dengan kesehatan—mulai dari isu vaksin, obat herbal, hingga mitos seputar kanker.
Di saat yang sama, Artificial Intelligence (AI) kini menjadi wadah baru untuk masyarakat. Survei Katadata Insight Center menyatakan sebanyak 64,7% orang sudah memakai AI untuk mencari info, dan 70% di antaranya percaya penuh pada jawaban AI.
Artinya, teknologi ini memiliki potensi besar untuk mengedukasi. Namun, tetap membutuhkan tanggung jawab agar informasi yang beredar tetap akurat, berempati, dan berbasis bukti.
Kanker leher rahim menjadi penyakit mematikan yang bisa dicegah

Kanker leher rahim masih menjadi kanker pembunuh kedua setelah kanker payudara—yang mencapai 36.000 kasus setiap tahunnya. Padahal, penyakit tersebut adalah salah satu kanker yang bisa dicegah, dan jika terdeteksi sejak dini, bahkan peluang bertahan hidup bisa mencapai 90%.
Sayangnya, banyak perempuan di Indonesia baru terdiagnosis ketika penyakitnya sudah masuk stadium lanjut. Pemerintah pun memperkuat komitmennya mencapai 90% cakupan vaksin HPV, terutama pada anak perempuan, agar generasi berikutnya punya perlindungan lebih baik sejak awal.
Vaksinasi HPV dan skrining sebagai solusi pencegahan dini

Sejak tahun 2016 hingga 2023, program vaksinasi HPV telah menunjukkan kemajuan besar sebesar 90% dan cakupannya sudah terlaksana, dan kini vaksin tersebut juga sudah diproduksi di Indonesia melalui kerja sama dengan MSD.
Tak hanya itu, 75% skrining HPV DNA telah direalisasikan lewat program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Sementara itu, 90% pasien kanker leher rahim sudah bisa mendapat pengobatan tepat waktu, mulai dari layanan puskesmas hingga rumah sakit.
"Jika kita bisa memastikan perempuan Indonesia terproteksi melalui imunisasi dan cek kesehatan rutin, kita bisa menekan angka kematian akibat kanker leher rahim," tutur Drg. Monica R. Nirmala, MPH selaku Staf Khusus Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Fakta dan upaya vaksinasi HPV dari Kemenkes RI

Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus utama penyebab kanker serviks—tapi kabar baiknya, ini bisa dicegah lewat vaksinasi dan deteksi dini. Dari 408.661 kasus kanker baru di Indonesia pada 2022, 9% adalah kanker leher rahim, dengan 36.964 kasus baru dan 20.708 kematian. Angka kematian yang tinggi ini banyak dipicu oleh rendahnya skrining.
Untuk itu, pemerintah telah menyiapkan Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim 2023-2030, yang mencakup tiga intervensi kunci diantaranya:
90% anak perempuan & laki-laki mendapat imunisasi HPV sebelum usia 15 tahun.
75% perempuan usia 30–69 tahun melakukan skrining HPV DNA.
90% perempuan dengan lesi prakanker atau kanker invasif mendapat tatalaksana tepat waktu.
Mulai tahun 2025, imunisasi dosis tunggal HPV akan diberikan untuk anak perempuan usia 11–15 tahun. Tahun 2026, program ini diperluas untuk anak laki-laki usia 11 tahun. Sementara vaksinasi untuk perempuan usia 20–26 tahun direncanakan berlangsung dari 2027 hingga 2030.
Di tengah arus informasi digital yang semakin deras, langkah melindungi diri dari kanker leher rahim dimulai dari satu hal sederhana yakni memastikan apa yang kita baca sudah benar dan berbasis sains. Semoga artikel ini bermanfaat ya, Bela.



















