Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Ilustrasi ketombe basah di rambut
freepik.com/freepik

Intinya sih...

  • Ketombe basah adalah serpihan kulit kepala lembap, lengket, dan menempel kuat pada rambut.

  • Penyebab ketombe basah antara lain infeksi jamur, dermatitis atopik, produksi sebum berlebih, cara keramas yang salah, dan psoriasis.

  • Cara menghilangkan ketombe basah termasuk menggunakan sampo antijamur, menjaga kebersihan alat rambut, dan berkonsultasi ke dokter kulit jika perlu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketombe basah bisa bikin kamu nggak nyaman, apalagi kalau rasa gatalnya muncul di momen yang nggak tepat. Kondisi ini ditandai serpihan kulit kepala yang lembap, lengket, dan sering menempel di rambut, berbeda dengan ketombe kering yang rontok seperti bubuk putih.

Masalah ini biasanya muncul karena infeksi jamur, peradangan kulit kepala, atau produksi minyak berlebih. Supaya kamu bisa mengatasinya dengan tepat, penting untuk tahu apa itu ketombe basah, penyebab ketombe basah, ciri khasnya, hingga cara merawatnya agar kulit kepala kembali sehat.

Apa itu ketombe basah?

Ketombe basah adalah serpihan kulit kepala yang lembap, sering lengket, dan menempel kuat pada kulit atau rambut. Warna serpihannya bisa putih kekuningan, kadang disertai rasa gatal dan kemerahan. Kondisi ini biasanya muncul akibat minyak berlebih, infeksi jamur, atau peradangan kulit kepala.

Berbeda dari ketombe biasa, ketombe basah sering kali menandakan adanya masalah kulit kepala yang perlu penanganan lebih serius. Jadi, kalau kamu merasa serpihannya sulit hilang meski sudah keramas, ada kemungkinan ini adalah tanda ketombe basah yang perlu diperhatikan.

5 Penyebab ketombe basah

Ketombe basah nggak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor medis dan kebiasaan sehari-hari yang bisa memicunya.

1. Tinea Capitis

Tinea capitis adalah infeksi jamur pada kulit kepala yang menyebabkan serpihan lembap dan gatal. Jamur ini berkembang biak di area yang hangat dan berminyak, sehingga kulit kepala yang jarang dibersihkan bisa jadi tempat ideal untuk tumbuh. Kondisi ini sering disertai kemerahan atau bahkan kerontokan rambut di area tertentu.

2. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik atau eksim bisa membuat kulit kepala meradang, gatal, dan menghasilkan cairan. Akibatnya, serpihan kulit mati jadi lembap dan menempel. Penyakit ini bersifat kronis dan bisa kambuh jika terpapar pemicu seperti stres atau produk rambut yang terlalu keras.

3. Produksi sebum berlebih

Kalau kelenjar minyak di kulit kepala terlalu aktif, sebum akan menumpuk dan mengikat sel-sel kulit mati. Campuran ini menciptakan ketombe yang terasa basah dan berminyak. Produksi minyak berlebih bisa dipengaruhi faktor hormon, pola makan, atau iklim lembap.

4. Cara keramas yang salah

Keramas terlalu jarang bisa bikin minyak menumpuk, sedangkan keramas terlalu sering dengan sampo keras bisa merusak lapisan pelindung alami kulit kepala. Dua kebiasaan ini sama-sama bisa memicu iritasi dan ketombe basah. Gunakan teknik keramas yang tepat untuk menjaga keseimbangan kelembapan kulit kepala.

5. Psoriasis

Psoriasis di kulit kepala menyebabkan pertumbuhan sel kulit yang terlalu cepat, membentuk lapisan tebal yang kadang terasa lembap. Ketika lapisan ini mengelupas, akan terlihat seperti ketombe basah yang menempel kuat.

Ciri-ciri ketombe basah

Kalau kamu bingung membedakan ketombe basah dengan yang kering, perhatikan tanda-tanda ini:

  • Serpihan terasa lembap, berminyak, atau lengket.

  • Warna serpihan cenderung kuning pucat atau putih kekuningan.

  • Sering disertai rasa gatal, kemerahan, atau peradangan di kulit kepala.

  • Sulit hilang hanya dengan sekali keramas.

  • Kadang menimbulkan bau tak sedap jika disebabkan infeksi.

Cara menghilangkan ketombe basah

Menurut dr. Meva Nareza T., dokter kulit dan kontributor Alodokter, penggunaan sampo antijamur seperti ketoconazole efektif dalam menekan pertumbuhan jamur dan mengurangi peradangan di kulit kepala, asalkan diikuti dengan frekuensi yang sesuai. Studi menyarankan keramas 2 kali seminggu selama 2–4 minggu sebagai pengobatan, kemudian bisa dilanjutkan sekali atau dua kali sepekan untuk pencegahan.

Prinsip utama perawatannya adalah konsistensi—biarkan bahan aktifnya bekerja, lalu lanjut ke maintenance supaya ketombe basah tidak mudah kembali.

1. Gunakan sampo antijamur

Menurut rekomendasi dari klikDokter, sampo antiketombe yang mengandung ketoconazole, selenium sulfide, atau zinc pyrithione bisa membantu membasmi jamur dan meredakan iritasi jika digunakan 2–3 kali seminggu. Penggunaan yang konsisten penting agar komposisi kulit kepala tetap sehat dan seimbang. Jadi, pilih sampo antijamur yang cocok dan pakai secara teratur agar perawatanmu efektif.

2. Atur frekuensi keramas

Menurut Halodoc, mencuci rambut secara teratur tapi tidak berlebihan membantu menghilangkan minyak dan kotoran tanpa mengikis kelembapan alami kulit kepala—idealnya dilakukan sesuai kebutuhan kulit kepalamu. Gunakan air hangat untuk membersihkan sebum berlebih, karena air yang terlalu panas justru bisa merusak perlindungan alami kulit kepala. Dengan begitu, kamu menjaga keseimbangan minyak sambil meminimalkan risiko iritasi.

3. Hindari produk rambut yang keras

Seorang dermatolog, dr. Amy McMichael, profesor dan ketua departemen dermatologi di Wake Forest Baptist Health, menyarankan untuk menghindari produk rambut yang mengandung alkohol tinggi atau parfum kuat karena dapat memperparah iritasi dan membuat ketombe makin membandel. Sebaiknya, pilih hair care dengan formula ringan, bebas sulfat, dan ramah untuk kulit kepala sensitif agar tetap nyaman dan tidak memperparah kondisi. Produk yang terlalu keras bisa membuat kulit kepala kehilangan lapisan pelindungnya dan malah memicu ketombe basah.

4. Jaga kebersihan alat rambut

Penting juga untuk rutin membersihkan sisir, topi, dan helm yang digunakan—karena benda-benda ini bisa jadi sarang jamur atau bakteri penyebab ketombe. Menurut pakar kesehatan, benda yang sering bersentuhan dengan kulit kepala sebaiknya dibersihkan secara berkala untuk mencegah penularan atau kambuhnya ketombe. Kebersihan alat rambut adalah bagian dari cara menghilangkan ketombe basah secara holistik.

5. Konsultasi ke dokter kulit

Kalau semua perawatan di rumah sudah dicoba selama 2–3 minggu tapi hasilnya belum maksimal, ada baiknya kamu konsultasi ke dokter kulit. Dokter bisa memberikan diagnosis yang tepat dan merekomendasikan perawatan lanjutan seperti krim, sampo medis, atau obat oral jika diperlukan. Langkah ini penting agar perbedaan ketombe basah dan kering bisa dikenali dengan lebih akurat dan diatasi sesuai penyebabnya.

Perbedaan ketombe basah dan kering

Membedakan keduanya penting supaya penanganannya tepat:

  • Ketombe kering: Serpihan putih kecil, kering, mudah rontok. Umumnya disebabkan kulit kepala kering atau iritasi ringan.

  • Ketombe basah: Serpihan besar, lembap, lengket, dan menempel. Sering dipicu jamur, minyak berlebih, atau peradangan.

Ketombe kering biasanya tidak disertai bau, sementara ketombe basah bisa berbau jika ada infeksi.

Ketombe basah memang bikin risih, tapi kamu bisa mengatasinya dengan perawatan yang tepat. Mulai dari menggunakan sampo antijamur, menjaga kebersihan rambut, hingga konsultasi ke dokter jika perlu. Sekarang kamu jadi tay penyebab ketombe basah, mengenali cirinya, dan tahu cara menghilangkannya. Dengana begitu, kulit kepala sehat dan bebas gatal bisa kamu wujudkan.

FAQ Seputar Ketombe Basah

Apakah ketombe basah boleh digaruk?

Sebaiknya tidak digaruk terlalu keras karena bisa bikin kulit kepala makin iritasi dan memperparah infeksi.

Mengapa ketombe saya basah?

Ketombe bisa terasa basah karena minyak berlebih, infeksi jamur, atau peradangan kulit kepala seperti dermatitis atau psoriasis.

Berapa kali keramas untuk ketombe basah?

Idealnya 2–3 kali seminggu dengan sampo antijamur, tergantung tingkat minyak di kulit kepala.

Apa bedanya ketombe kering dan basah?

Ketombe kering rontok seperti bubuk putih, sedangkan ketombe basah lengket, lembap, dan sering disertai kemerahan.

Apakah ketombe basah bisa hilang permanen?

Bisa, asal penyebabnya ditangani dan kamu konsisten menjaga kesehatan kulit kepala.

Artikel ini ditulis dengan dukungan AI berdasarkan referensi ilmiah dan editorial terpercaya. Untuk kondisi tertentu, sebaiknya konsultasikan langsung ke dokter.

Editorial Team