Selain itu, pasien No. 1 bercerita dirinya sempat merasa stres dan menangis terus saat menjalani perawatan. Dia pun meminta untuk masyarakat dan rekan-rekan media untuk melakukan pemberitaan yang sebenar-benarnya.
“Saya meminta masyarakat dan media juga mendukung pasien di rumah sakit, yaitu mendukung secara moral. Penyebaran informasi yang tidak benar oleh berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab, bisa mengganggu psikis kami yang sedang dirawat,” tuturnya sambil menahan tangis.
“Saya mengimbau juga agar orang-orang di luar jangan menghakimi pasien yang positif COVID-19 dengan berbagai stigma negatif, karena pasien artinya menjadi korban dua kali.”
“Selama diisolasi, selama seminggu saya itu nangis terus. Saya tahu yang dibicarakan oleh beberapa media serta orang-orang yang menyebarkan info mengenai saya dan ibu saya yang berprofesi sebagai penari. Kami sebagai pegiat seni dan pejuang budaya, yang selama hidup kami, selalu berbuat apa pun yang kami bisa untuk Indonesia dalam hal seni dan budaya,” ujarnya.
“Semua harus ingat kalau virus ini tidak memandang bulu, tidak memandang ras, semua bisa terkena,” jelasnya lagi.