Apa Itu Performative Male? Ini Arti dan Penjelasannya

Kamu pernah dengar atau tidak asing dengan istilah performative male? Belakangan, media sosial dihebohkan dengan istilah tersebut. Performative male juga sering muncul dalam berbagai konten, mulai dari fashion, pekerjaan, hingga pertemanan.
Bahkan, tren ini juga pernah dilombakan secara luring di Jakarta dan diikuti oleh banyak kontestan. Tapi sebenarnya, apa sih maksud dari performative male itu sendiri?
Daripada bingung dan asal menebak-nebak, Popbela telah merangkum tentang apa itu performative male. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di artikel ini!
1. Apa itu performative male?

Apabila ditelusuri lebih dalam, tren performative male ini bukan hanya sekedar laki-laki yang menggunakan tote bag dan minum matcha saja. Namun, istilah ini meruruk ke laki-laki yang berupaya untuk menampilkan citra feminin dengan tujuan agar lebih sesuai dengan standar sosial dewasa kini.
Untuk mendapatkan label performative male, laki-laki merasa perlu menampilkan perilaku atau sikap tertentu yang dianggap menarik oleh sebagian perempuan progresif. Beberapa diantaranya seperti menunjukkan kepedulian terhadap isu gender dan feminisme.
2. Performative male dan teorinya

Istilah performative male sebenarnya tidak muncul begitu saja. Akar pemikirannya bisa ditelusuri dari konsep gender performativity yang dikenalkan oleh Judith Butler, seorang filsuf feminis yang banyak membahas soal konstruksi gender.
Dalam teorinya, Butler mengatakan bahwa gender itu bukan sesuatu yang kita punya, tapi sesuatu yang dilakukan terus menerus dan sesuai dengan norma sosial. Dari teori inilah muncul pemahaman bahwa banyak laki-laki bertindak maskulin hanya karena tuntutan sosial dan berujung kepada toxic masculinity.
3. Performative male dan toxic masculinity

Apa itu performative male dan apa bedanya dengan toxic masculinity? Performative male bisa dikatakan sebagai salah satu wajah baru dari toxic masculinity. Namun, tampilannya lebih halus, estetik, dan kadang kelihatan progresif di permukaan.
Padahal, keduanya memiliki esensi yang sama, yaitu laki-laki merasa perlu untuk memenuhi standar maskulinitas yang baru. Mereka tampil seolah peka, feminis, dan lembut, padahal semua itu dilakukan untuk mendapat pengakuan atau keuntungan semata.
4. Fenomena performative male

Di balik citranya yang terlihat positif, performative male bisa membawa beberapa kesimpulan, Bela. Hal tersebut lantaran mereka tampil dan membangun reputasi dengan maksud tertentu. Dalam menjalin hubungan pertemanan atau bahkan romantis, hal ini bisa menimbulkan risiko kesalah pahaman karena bisa saja watak asli dari performative male cukup berbeda dengan jati diri aslinya.
Selain itu, fenomena performative male juga berpotensi memperkuat budaya pencitraan, di mana laki-laki lainnya bisa merasa perlu untuk menunjukkan sikap progresif demi penerimaan sosial. Padahal, menjadi baik tidak selalu berkaitan dengan mengikuti tren, melainkan lebih pada kejujuran, empati, dan kesadaran diri.
5. Performative male starter pack

Terlepas dari maknanya, terdapat beberapa atribut unik yang dianggap menjadi starter pack atau ciri-ciri performative male. Beberapa diantaranya adalah matcha, journaling, nail art, hingga tote bag.
Barang-barang ini dulunya jarang digunakan dan dilakukan oleh para laki-laki karena dianggap terlalu feminin dan lemah. Namun, karena kini standar maskulinitas kian berubah, beberapa performative male menggunakan hal-hal tersebut untuk menunjang pencitraannya sebagai performative male. Akan tetapi, bukan berarti semua lelaki yang menggunakan atau melakukan hal-hal tadi adalah performative male ya, Bela!
Jadi, setelah membaca artikel ini kamu sudah makin tahu apa itu performative male kan, Bela? Jangan sampai salah menggunakan istilah ini dan ikut-ikut tren tanpa tahu makna aslinya, ya!



















