Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Adhisty Zara Berubah Setelah Bermain di Film ‘Bertaut Rindu’
Popbela.com/NatashaCecil

Intinya sih...

  • Zara berbeda dengan karakter Jovanka, keluarganya adalah support system nomor satu baginya.

  • Setelah syuting film Bertaut Rindu, Zara mulai memperbaiki hubungan dengan sang ayah dan memberikan tips untuk anak perempuan lainnya.

  • Beryl juga mengungkap punya komunikasi yang buruk dengan keluarga, sementara Aulia Deas dibesarkan dengan gaya parenting jadul.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Adhisty Zara, Ari Irham, Aulia Deas, dan Beryl Bertram siap menunjukkan persahabatan mereka dalam film Bertaut Rindu. Film yang diproduksi SinemArt ini akan mulai tayang di bioskop pada 31 Juli 2025 mendatang. Nggak hanya persahabatan, Bertaut Rindu juga menceritakan rumitnya dinamika keluarga termasuk hubungan orang tua dan anak.

Tiga pemeran utamanya, Adhisty Zara, Aulia Deas, dan Beryl Bertram, mengatakan pada Popbela bahwa mereka mendapat banyak pelajaran dari film tersebut karena ceritanya yang related. Zara bahkan mengakui kalau hubungannya dengan sang ayah berubah menjadi lebih baik setelah syuting filmnya. 

1. Beda dengan Jovanka, Zara sebut keluarganya support system

Popbela.com/NatashaCecil

Memahami karakter Jovanka di film Bertaut Rindu bagi Zara tidak terlalu sulit, karena banyak emosinya yang juga dirasakan oleh Zara. Di film, Jovanka diceritakan memiliki hubungan keluarga yang rumit, terutama dengan sang ayah. Ia bahkan sempat merasa kalau keluarga itu tak ada artinya. 

Hal ini berbanding terbalik dengan kehidupan nyata Zara. Bagi aktris kelahiran tahun 2003 ini, keluarga adalah segalanya. Keluarga adalah support system nomor satu baru orang terdekat lainnya. Ia juga dekat dengan ibunya, seperti Jovanka di film. Zara akan selalu mengandalkan ibunya. Ia juga kerap menelpon ibunya dan stres jika ibunya tak bisa ditelpon.

“Kalau buat aku sendiri., keluarga adalah segalanya sih. Support system buat aku adalah nomor satu keluarga aku, yang kedua ketiga baru teman, dan pacar dan lain-lain,” kata Zara tentang makna keluarga untuknya.

“Aku adalah mirip banget sama Jovanka. Aku tuh, Zara ya, sangat dekat sama mama aku dan lumayan jauh sama papa aku. Karena papa aku karakternya keras dan gengsi banget,” lanjutnya.

“Aku sangat mengandalkan mama aku. Kalau mama aku nggak bisa ditelepon, aku stres gitu,” ungkap Zara.

2. Zara lebih dekat dengan sang ayah setelah syuting

Popbela.com/NatashaCecil

Seperti yang disebut sebelumnya, Zara sempat mengalami beberapa emosi dalam hidup Jovanka yang membuatnya merasa related. Salah satunya adalah hubungan yang kurang harmonis dengan sang ayah. Zara mengaku kalau ia dan sang ayah kurang dekat dan jarang berkomunikasi. Hal ini salah satunya karena kesibukan mereka yang waktunya selalu bentrok. Sejak kecil, Zara sering ditinggal ayahnya bekerja. Setelah beranjak remaja, giliran Zara yang pindah ke Jakarta untuk menjalani pelatihan sebagai anggota JKT48. 

“Ya, jadi karena dari kecil, papa aku tuh selalu kerjanya tuh ke luar kota, ke luar negeri, jadi jauh-jauh terus. Sampai aku mau SMP, sampai kelas 6, kelas 5 SD lah, itu baru papa tuh sudah nggak ke luar kota lagi. Tapi, saat itu aku sudah ke Jakarta untuk JKT48. Jadi, nggak ada momen yang benar-benar ketika aku proses pendewasaan tuh dengan papa gitu, duduk berdua,” ceritanya.

Namun, setelah membintangi film Bertaut Rindu, hal tersebut membuatnya belajar lebih banyak dan mendorongnya untuk mencoba memperbaiki hubungan tersebut. Ia mulai mencoba dekat lagi dengan sang ayah. Memulai obrolan dan berbincang-bincang dengan banyak hal bersama.

“Cuma belakang ini lagi kita coba. Dari film ini pun aku belajar gitu. Aku tuh nanti nggak sabar duduk bareng papa mama aku nonton film ini karena banyak banget pesan yang Magnus, Jovanka, Maria. dan Koko bicarakan di film ini yang bagus banget,” ujar Zara. 

Zara juga memberikan tips kepada para anak perempuan untuk membangun hubungan dengan ayahnya. Ia mengatakan untuk selalu berpikir positif saja, lebih banyak komunikasi, berani mengambil tindakan untuk lebih dekat, serta saling pengertian.

“Dari yang kemarin aku tonton, ada satu note yang aku tulis. Orang tua itu pasti mau yang terbaik buat anaknya, tapi terkadang mereka lupa untuk lebih mendengarkan dan coba rasain apa yang anaknya butuhin dan mau gitu. Jadi, mungkin dari aku, mungkin bapak-bapak di luar sana, yang sangat keras itu, bisa lebih (perhatian). 

Tapi kalau aku sih sudah di titik terima, ya. Sudah di titik terima, ‘yaudah memang papa aku gitu. Cara sayang sama aku beda.’ Kita sebagai anak yang mengerti mereka. Karena bagaimanapun papa aku juga manusia yang punya caranya sendiri. Aku pun kalau diatur nggak suka, jadi aku nggak bisa ngatur dia,” kata aktris Mariposa itu.

“Yaudah sekarang manfaatin situasi yang ada, ambil positifnya aja. Aku sih selalu berusaha untuk tetap ngobrol sama papa sebisanya. Biarpun dia tuh dingin banget gitu. Tapi, bukan berarti kita nggak saling sayang. Papa aku tuh lebih ke action bukan dari omongan gitu,” jelas Zara tentang ayahnya.

3. Beryl juga ungkap punya komunikasi yang buruk dengan keluarga

Popbela.com/NatashaCecil

Selain Zara, Beryl Bertram juga mengaku punya komunikasi yang nggak baik dengan kedua orang tuanya. Bahkan, baru di usia 20 tahun akhirnya ia bisa mengobrol dengan baik dengan ayah dan ibunya. Ia merasa tidak betah di rumah dan memilih untuk lebih banyak beraktivitas di luar.

“Komunikasi aku sama orang tua tuh jelek banget. Benar-benar aku cuman yang kayak aku keluar rumah nongkrong. Pulang yaudah di kamar diem doang gak pernah ngobrol. Itu sampai umur aku menginjak ke 19 tahun. Umur 20 tahun aku baru bisa ngobrol, pelan-pelan ngobrol sama orang tua,” ungkap Beryl. 

4. Aulia Deas ungkap dibesarkan dengan gaya parenting jadul

Popbela.com/NatashaCecil

Selanjutnya adalah cerita Aulia Deas yang mengungkap kalau dirinya dibesarkan dengan gaya parenting yang mungkin tak related dengan anak-anak Gen Z saat ini. Hal ini karena ia lahir dengan gap usia lumayan jauh dengan orang tuanya. Ia hadir ketika ayah dan ibunya sudah berusia 40 tahunan. Gaya parenting orang tuanya pun sama seperti yang diberikan neneknya kepada ayah dan ibunya. Hal tersebut membuat komunikasi antar mereka jadi kurang nyambung.

“Aku tuh dilahirkan oleh gap orang tua aku yang lumayan jauh. Sekitar 40-an tahun. 44 tahun kalau nggak salah sama ayah aku. Jadi kebayang gaya parenting-nya tuh lumayan jomplang banget. Jadi, gaya-gaya parenting nenek aku, kakek aku ke ayah aku mungkin diturunkan ke aku. Mungkin nggak relate karena jauh banget gapnya. 

Komunikasi-komunikasi antara Magnus dengan orang tuanya lumayan mirip sama kayak aku ke ayah aku gitu. Tapi tidak se-full Magnus ya sampai harus diam mengurung diri gitu juga nggak. Dan kayaknya aku merasa mungkin anak-anak tuh ada banget deh sesuatu cerita yang nggak bisa diceritain sama orang tuanya sendiri yang terdapat di karakternya Magnus gitu,” cerita Aulia.

5. Kesepian jika tak ditanya kabar

Popbela.com/NatashaCecil

Film Bertaut Rindu sedikit membahas masalah komunikasi dalam keluarga. Baik Zara, Beryl, maupun Aulia mengaku kalau mereka akan kesepian jika tak ditanya kabar oleh keluarganya. Zara yang pernah tak berkabar dengan ayahnya menyebut kalau berkomunikasi dan memberi kabar itu penting banget.

“Karena aku pernah 1 tahun berantem sama papa aku, terus kita nggak kabaran dan itu rasanya nggak enak banget. Malah aku jadi kayak Magnus, jadi kayak nggak ada semangat hidup gitu. Padahal pada saat awal-awal dulu sebelum berantem, ditanya-tanya gitu, ‘apa sih ini nanya mulu’. Tapi, ketika itu semua berhenti, ‘wah, gila emang nggak bisa, mending gue ditanya deh sekarang’. Jadi, aku ditanya tuh selalu jawab gitu, itu yang memperbaiki. Aku sangat mengutamakan orang tuaku setelah pelajaran itu,” cerita Zara.

6. Ungkap makna tempat nyaman

Popbela.com/NatashaCecil

Berikutnya, ketiga artis muda ini juga berbagi tentang makna tempat nyaman bagi mereka sesuai dengan cerita filmnya. Mereka sepakat kalau tempat nyaman itu adalah tempat maupun seseorang di mana ia tak perlu takut atau khawatir untuk melakukan kesalahan atau menunjukkan kebahagiaan. 

“Tempat nyaman itu, ketika kita, nggak perlu khawatir, kita nggak perlu takut, untuk salah. Kita nggak perlu takut untuk nunjukin kebahagiaan kita,” kata Zara.

“Kalau menurut aku tempat nyaman, tempat dimana kita jadi diri kita sendiri, tanpa takut di judge. Kan kita tuh, kadang punya topeng-topeng, atau layer-layer. Misalnya di depan kantor, ya otomatis kita agak sopan. Sama teman-teman, kita bisa ha-ha, hi-hi. Mungkin sama orang tua, ketemu sama bude-bude, kakek nenek lebih tenang, lebih pelan, gitu cara ngomongnya. 

Tapi kalau tempat nyaman tuh, di mana kita melakukan apa yang kita mau, percaya diri dengan diri kita sendiri, itu kita nggak perlu takut di judge, gitu. Maksudnya in a positive way, ya,” tambah Aulia Deas.

7. Tipe yang dikejar daripada ngejar orang yang disuka

Popbela.com/NatashaCecil

Berbicara tentang karakter Jovanka yang disebut cegil karena pantang menyerah untuk mendekati orang yang ia sukai, Zara dan Aulia mengaku nggak terlalu related. Mereka berdua merupakan tipe yang dikejar bukan mengejar pasangan. 

Walau begitu, keduanya mengatakan kalau tak masalah jika perempuan yang mau mengambil langkah lebih dulu untuk dekat dengan orang yang disukainya. Zara sendiri juga suka saling memuji kekasihnya sebagai ungkapan rasa sayang.

Di sisi lain, Beryl sebagai laki-laki mengaku kalau dia adalah orang yang mengejar orang yang ia sukai. Tapi, ia lebih suka seseorang yang nggak tarik ulur atau langsung mengungkapkan perasaannya.

Itulah bincang-bincang Popbela bersama para pemeran film Bertaut Rindu.

Editorial Team