Cinta platonis diambil dari nama filsuf terkenal Yunani bernama Plato. Plato menulis definis cinta dalam karyanya, Symposium, berisi dialog dalam sebuah acara di mana para tamu memberikan pidatonya untuk menghormati Dewa Eros dan mulai berdebat tentang makna sesungguhnya dari cinta.
Sebenarnya, dialog Plato diarahkan pada hubungan sesama jenis, seksual, dan sebaliknya, tapi pada zaman Renaisans, cinta platonis berubah menjadi hubungan heteroseksual non-seksual yang kita kenal sekarang.
Awalnya, cinta platonis adalah cinta yang tidak vulgar, artinya tidak berpusat pada nafsu atau keinginan memenuhi kebutuhan duniawi. Sebaliknya, cinta tersebut menginspirasi keinginan untuk mengejar sesuatu yang lebih mulia. Cinta platonis pun dianggap bisa memberikan yang terbaik bagi kedua orang yang merasakannya.
Namun di zaman modern seperti sekarang, cinta platonis biasanya terjadi di antara dua orang lawan jenis, yang memutuskan bahwa mereka saling memiliki kasih sayang, namun hanya berteman.
Dalam banyak kasus, ada orang yang begitu sayangnya dengan temannya itu hingga bersedia melakukan apa pun untuk menyenangkan hatinya, tanpa memiliki ketertarikan romantis maupun seksual.
Meski berbeda, arti cinta platonis sekarang ini masih memiliki makna seperti ide aslinya, yaitu cinta bisa sangat dalam dan intens, serta membentuk beberapa persahabatan terbaik dan terlama dalam hidup.
Lalu, apa yang membedakan cinta platonis dengan cinta romantis?
