Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
pernikahan adat Jawa
pexels.com/rangga ispraditya

Intinya sih...

  • Mitos Jawa tentang pernikahan salah satunya adalah larangan bungsu menikah dengan sulung.

  • Menurut kepercayaan adat istiadat Jawa, jika weton pasangan tidak cocok, maka pernikahan pasti akan diterpa masalah dan ketidakrukunan.

  • Mitos bahu laweyan adalah mitos tentang perempuan dengan tanda atau tompel di bahunya yang akan membawa nasib buruk.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, sehingga tak heran budaya di negara ini begitu kaya dan membuat kepercayaan akan adat istiadat juga masih kental hingga sekarang. Adat dan kepercayaan merupakan warisan leluhur yang wajib dilestarikan dan dihormati.

Bahkan sampai saat ini pun, adat istiadat memiliki pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pernikahan. Misalnya saja bagi masyarakat Jawa, pernikahan tidak hanya soal kemeriahan pesta. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan ketika hendak menikah menurut adat istiadat Jawa.

Salah satunya mitos Jawa tentang pernikahan yang masih eksis di kalangan masyarakat. Apa saja? Simak selengkapnya mengenai mitos pernikahan dalam budaya Jawa di artikel ini!

1. Mitos pernikahan anak pertama dan ketiga

pexels.com/id-id/@widyadityahidayat

Mitos Jawa tentang pernikahan yang pertama adalah larangan bungsu menikah dengan sulung. Lebih spesifik, larangan ini mengatur bagaimana pernikahan antara anak pertama dan ketiga atau biasa disebut jilu (siji karo telu) dianjurkan untuk tidak dilakukan.

Mitosnya, jika anak pertama dan ketiga menikah, rumah tangganya akan sulit akur dan sering diterpa masalah. Menurut mitos adat Jawa, perbedaan karakter yang biasanya cukup jauh antara anak pertama dan anak ketiga bisa membuat pernikahan sulit langgeng.

2. Mitos pernikahan sesama anak pertama

pexels.com/afiful huda

Tak hanya pernikahan siji karo telu, tapi ada juga larangan pernikahan antara anak pertama dengan anak pertama. Selain itu, juga perlu dihindari jika salah satu orangtua dari mereka adalah anak pertama di keluarganya. 

Sehingga jika disusun menjadi angka 1 1 1 atau siji jejer telu, yang konon dipercayai bisa membuat pernikahan tidak bahagia. Jika pernikahan ini tetap dilangsungkan, sebagian masyarakat percaya bahwa pernikahan ini akan mendatangkan kesialan dan malapetaka.

Oleh karena itu, jika kamu atau pasangan dan keluarga masih menganut kepercayaan atau adat Jawa yang kental, ada baiknya hal ini juga menjadi bahan pertimbangan sebelum melangkah ke pernikahan.

3. Mitos larangan menikah di Bulan Suro (Muharram)

Pixabay.com/Bon Bon

Mitos larangan pernikahan menurut adat Jawa selanjutnya adalah menghindari bulan Suro atau Muharram ketika ingin melangsungkan pernikahan. Bulan ini dihindari karena diyakini sebagai bulan yang suci. Konon di bulan ini, Nyai Roro Kidul mengadakan perayaan atau hajatan sehingga masyarakat dilarang untuk mengadakan pesta agar jauh dari nasib sial.

4. Mitos larangan menikah dengan tetangga

Pexels.com/Tran Long

Ada lagi mitos larangan pernikahan menurut adat Jawa yang cukup menarik, yakni larangan menikahi seseorang yang rumahnya hanya berjarak lima langkah atau berseberangan.

Jika rumah pasangan hanya berjarak lima langkah atau berseberangan, hal tersebut perlu dipertimbangkan. Pasalnya menurut adat Jawa, jika pernikahan tetap digelar dan menentang larangan satu ini, maka rumah tangga akan mengalami kekurangan dan tidak bahagia.

5. Mitos weton mempelai

unsplash.com/Brooke Lark

Istilah weton mungkin cukup familiar karena dalam adat istiadat Jawa, perhitungan weton jadi salah satu cara untuk menentukan kecocokan pasangan.

Perhitungan weton bisa kamu lakukan dengan melihat hari, tahun, dan tanggal lahir masing-masing. Jika cocok, maka ini menandakan bahwa rumah tangga kalian ke depannya akan diberi kelancaran dan kemudahan serta tentunya harmonis.

Tapi, ada juga hasil yang tidak terlalu baik dan menjadi tanda bahwa wetonmu dan pasangan tidak cocok. Menurut kepercayaan adat istiadat Jawa, jika weton pasangan tidak cocok, maka pernikahan pasti akan diterpa masalah dan ketidakrukunan.

Apakah kamu sudah cek wetonmu dan pasangan?

6. Mitos rumah pengantin dan rumah ipar

Pexels.com/Afiful Huda

Satu lagi mitos larangan pernikahan menurut adat Jawa yang juga perlu diperhatikan ialah rumah pasangan yang dekat dengan rumah ipar.

Jika memang rumah pasangan dekat dengan rumah ipar, maka konon katanya salah satu orangtuamu akan meninggal. Percaya tidak percaya, tapi sekali lagi, jika keluargamu masih menganut adat istiadat Jawa yang kuat, maka larangan ini perlu diperhatikan.

7. Mitos pingitan

freepik.com/gpoint

Mitos Jawa tentang pernikahan yang selanjutnya tergolong cukup populer di kalangan masyarakat. Yup, siapa yang tidak tahu dengan istilah dipingit atau pingitan. Pada prosesi ini, calon mempelai dilarang untuk bertemu satu sama lain. 

Bahkan, dalam Primbon Jawa, calon pengantin pria dan wanita harus berpisah sebanyak 15 hari menjelang pernikahan. Alasannya adalah untuk meningkatkan rasa rindu dan berbunga ketika keduanya berjumpa di meja akad atau pelaminan. Selain itu, mitos ini juga dipercaya bisa membantu menambah aura kedua mempelai, lho. 

8. Mitos larangan menikah di Sabtu Pahing dan Selasa Kliwon

pexels.com/ Leeloo The First

Mitos selanjutnya adalah pemilihan hari pernikahan yang tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Salah satu hari yang disarankan untuk dihindari adalah Sabtu Pahing dan Selasa Kliwon. 

Menurut kepercayaan turun-temurun, hari-hari ini dianggap membawa energi kurang baik bagi kehidupan rumah tangga. Meski kepercayaan ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, banyak keluarga Jawa yang masih memegang teguh aturan ini demi menjaga keharmonisan rumah tangga.

9. Mitos larangan menikah sebelum kakak

Pexels.com/afiful huda

Selanjutnya ada larangan untuk menikah sebelum kakak kandung. Larangan ini sering disebut sebagai adat langkahan. Kepercayaan ini menyebutkan bahwa jika adik mendahului kakaknya, maka sang kakak akan kesulitan mendapatkan jodoh atau menghadapi hambatan dalam pernikahan.

Meski tidak semua orang memercayainya, sebagian masyarakat Jawa tetap menjalankan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada kakak. Jika memang adik harus menikah lebih dulu, biasanya dilakukan prosesi khusus atau pemberian hadiah kepada kakak. Ini dilakukan sebagai simbol restu dan doa agar sang kakak segera menyusul.

10. Mitos larangan menikah dengan bahu laweyan

freepik.com/free-photo

Mitos Jawa tentang pernikahan yang terakhir adalah pantangan untuk menikah dengan perempuan bahu laweyan. Ciri dari perempuan ini adalah adanya tahi lalat sebesar koin di bahu kiri. 

Konon katanya, menikahi perempuan bahu laweyan akan menyebabkan sang suami berakhir kurang beruntung bahkan naas. Meski secara medis tanda ini hanyalah hiperpigmentasi, sebagian masyarakat masih memegang teguh mitos ini.

Mitos bahu laweyan diangkat dalam film Perempuan Pembawa Sial. Film ini akan segera tayang di seluruh bioskop Indonesia pada 18 September 2025. Bagi kamu yang penasaran, catat tanggal tayangnya, ya!

Itulah beberapa mitos Jawa tentang pernikahan yang penting untuk dipertimbangan sebelum menggelar pesta pernikahan. Meski belum terbukti secara ilmiah, namun tak ada salahnya jika mempertimbangkan larangan di atas dan melestarikan budaya bangsa.

FAQ seputar mitos Jawa tentang pernikahan

  1. Apa itu mitos Jawa?

    Mitos Jawa adalah cerita atau kepercayaan tradisional dari masyarakat Jawa yang diwariskan secara turun-temurun.

  2. Apa contoh mitos Jawa yang terkenal?

    Salah satunya adalah mitos Nyi Roro Kidul, penguasa Laut Selatan yang dipercaya membawa orang yang memakai pakaian hijau.

  3. Apakah mitos pernikahan Jawa masih dipercaya saat ini?

    Sebagian masih memegangnya sebagai tradisi, meski banyak juga yang menganggapnya hanya bagian dari budaya.

Editorial Team