Di film Jodoh 3 Bujang, sang sutradara mencoba membicarakan tragedi secara komedi. Dalam official trailer-nya, menampilkan perjalanan Fadly yang berjuang untuk memenuhi ambisi orang tuanya, sekaligus memperlihatkan betapa rumitnya merealisasikan nikah kembar turut menjadi konflik dari ketiga bersaudara tersebut. Sementara Chand Parwez Servia selaku produser, menyatakan bahwa film ini menawarkan sudut pandang yang relevan mengenai dinamika sosial dalam perjodohan, terutama ketika nilai-nilai keluarga dan pilihan pribadi bertemu dalam konteks adat.
“Ini bukan sekadar kisah romantis, tetapi juga refleksi sosial mengenai bagaimana identitas keluarga dan ekspektasi terhadap jodoh dibentuk oleh tradisi,” kata Chand Parwez.
“Film Jodoh 3 Bujang adalah sebuah film yang membawa komedi segar dengan latar belakang cerita yang kuat dari keluarga Bugis-Makassar. Digarap dengan sangat baik oleh sutradara berbakat Arfan Sabran, dan akan membawa penonton Indonesia pada kekayaan cerita yang tidak hanya membawa tawa, namun juga rasa haru dan nilai yang akan memberikan kita refleksi tentang perjodohan, kisah cinta, dan apa arti dari sebuah perjuangan,” tambahnya.
“Ini adalah sebuah cerita yang mengusik saya sejak 2019. Ini adalah kisah nyata. Begitu melihat ceritanya, ini menarik sekali. Bukan saja karena nikah kembarnya yang menarik. Tapi juga ada muatan esensial yang perlu dibawa ke sinema Indonesia, bagaimana perjodohan dipertaruhkan sebagai nama baik keluarga, dan mempertanyakan esensi jodoh pilihan sekali seumur hidup,” tutupnya.