Cinta adalah emosi yang sehat yang berkembang di antara dua orang, ketika mereka telah menginvestasikan waktu dan energi untuk saling mengenal satu sama lain, saling menerima kekurangan, dan lainnya. Sedangkan obsesi adalah rasa yang berbeda. Pada awalnya, obsesi terasa seperti cinta. Rasa itu membuat jantungmu berdebar dan kamu tak bisa memikirkan apa pun selain si dia. Namun obsesi adalah sebuah emosi yang tak sehat, yang kadang akan membuat orang yang memilikinya merasa ‘sesak’.
Ketika dua orang jatuh cinta, mereka akan menjaga identitas individual dan ketertarikan mereka akan sesuatu. Mereka tak akan merasa terancam ketika pasangan menghabiskan waktu dengan orang lain selain mereka, apakah itu teman maupun keluarga. Mereka akan bangga dengan pencapaian pasangan, meskipun itu tak berkaitan dengan hubungan yang mereka jalani.
Beda halnya dengan obsesi. Seorang pasangan yang obsesif selalu ingin melibatkan dirinya dengan pasangannya. Perasaan negatif, seperti cemburu dan paranoia akhirnya lambat laun muncul dalam hubungan. Individu yang obsesif akan selalu merasa curiga bahwa pasangan mereka berselingkuh. Mereka juga bisa menjadi abusive, baik secara emosional maupun fisik. Mereka akan menyesal nantinya, tapi mereka biasanya akan menyalahkan pasangannya sendiri akan perilaku yang mereka ciptakan sendiri.
Seseorang yang memiliki pasangan obsesif, biasanya tidak akan menyadari ini di awal. Apa yang tadinya diawal sebagai perhatian dan rasa cinta, baru kemudian dikenali sebagai sebuah obsesi.
Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini adalah beberapa pertanda sebuah obsesi.
