Pada sebuah rumah adat Bali, terdapat beberapa landasan filosofis yang berhubungan erat dengan unsur keagamaan dan kebudayaan Bali. Berikut landasan filosofis yang menjadi pedoman masyarakat Bali untuk membangun sebuah bangunan.
Landasan filosofis ini merupakan ajaran dalam agama Hindu yang berkaitan dengan tiga penyebab kesejahteraan. Dalam penerapannya, manusia diharuskan untuk menjalin keharmonisan dan menjaga keseimbangan hubungan antara dirinya dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan sekitarnya.
Konsep tata ruang dengan membagi area menjadi tiga zonasi merupakan tri mandala. Ada tiga area yang dibagi berdasarkan tingkat kesuciannya, yaitu nista mandala sebagai area terluar, madya mandala sebagai bagian tengah atau peralihan, dan utama mandala sebagai area paling tengah pada sebuah bangunan.
Tri angga merupakan sebuah konsep hierarki mikrokosmos yang membagi wilayah menjadi tiga zona berdasarkan nilai badan fisik. Tiga zona tersebut, yaitu utama (kepala), madya (badan), dan nista (kaki).
Konsep tri loka membagi wilayah menjadi tiga bagian berdasarkan tingkat hierarki alam semestanya. Tiga tingkatan itu meliputi, bhur sebagai wilayah para Dewa bersemayam, bwah sebagai alam tempat tinggal manusia, dan swah untuk alam semesta makhluk jahat.
Masyarakat Bali juga mempunyai pedoman untuk mengatur pembangunan sebuah bangunan yang dikenal dengan asta kosala kosali. Dalam implementasinya, terdapat delapan konsep tata ruang yang dipakai untuk menata lahan sebagai tempat tinggal dan bangunan suci di rumah adat Bali.
- Arga Segara atau Kaja Kelod
Konsep tentang sumbu imajiner yang membentuk arah utara dan selatan merupakan arga segara atau kaja kelod. Kaja berarti arah posisi gunung dan kelod berarti arah posisi laut.
Masyarakat Bali percaya bahwa kedua arah tersebut mempunyai nilai yang sakral dan profan. Arah gunung dipercaya sebagai tempat tinggal para Dewa, sedangkan arah laut sebagai wilayah makhluk jahat. Di tengah kedua wilayah tersebut, ada wilayah dataran yang ditempati manusia.
Sanga mandala adalah sistem pembagian wilayah menjadi sembilan area pada sebuah bangunan yang berorientasi pada arah mata angin dan banyak digunakan pada wilayah pemukiman di daerah dataran.
Kesembilan area itu meliputi, utama ning utama, utama ning madya, utama ning nista, madya ning utama, madya ning madya, madya ning nista, nista ning utama, nista ning madya, dan nista ning nista.