Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
ionela-mat-g-Vl9Mom508-unsplash.jpg
Transisi Karier (Dok. Ionela Mat)

Intinya sih...

  • Setiap industri punya culture kerja yang unik, butuh waktu, energi, dan mental ekstra untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja baru.

  • Pindah jalur karier bisa berarti menerima gaji lebih rendah atau perubahan standar hidup, pentingnya menyiapkan dana darurat minimal 3–6 bulan biaya hidup.

  • Masuk ke bidang baru artinya bersaing dengan orang-orang yang sudah established lebih dulu, siap-siap untuk upgrade kemampuan lewat kursus atau sertifikasi tambahan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Transisi karier jadi salah satu keputusan besar dalam hidup yang sering bikin banyak orang galau. Di satu sisi, kamu bisa keluar dari rutinitas lama dan membuka peluang baru. Tapi di sisi lain, ada sejumlah risiko yang perlu dipertimbangkan dengan matang biar langkahmu nggak jadi bumerang. Yuk, simak lebih dalam apa saja tantangan yang bisa kamu hadapi.

1. Adaptasi yang nggak mudah

Transisi Karier (Dok. Brooke Cagle)

Setiap industri punya culture kerja yang unik. Misalnya, dari dunia korporat pindah ke startup, kamu mungkin kaget dengan ritme kerja yang super cepat dan multitasking yang jadi rutinitas. Sebaliknya, dari startup ke korporat, kamu harus terbiasa dengan struktur hierarki yang lebih kaku. Proses adaptasi ini butuh waktu, energi, bahkan mental ekstra, apalagi kalau kamu sudah lama terjebak di zona nyaman.

2. Ketidakpastian finansial

Transisi Karier (Dok. Dmitry Zmiy)

Saat memutuskan pindah jalur, biasanya kamu harus rela memulai dari posisi lebih rendah atau menerima gaji yang Nggak setinggi sebelumnya. Kalau sebelumnya terbiasa hidup dengan standar tertentu, perubahan ini bisa bikin shock. Di sinilah pentingnya menyiapkan dana darurat minimal 3–6 bulan biaya hidup, supaya transisi ini nggak mengganggu kestabilan finansialmu. Ingat, ada juga kemungkinan benefit seperti asuransi, tunjangan, atau bonus yang berbeda dari pekerjaan lama.

3. Persaingan yang ketat

Transisi Karier (Dok. Brooke Cagle)

Masuk ke bidang baru artinya kamu bersaing dengan orang-orang yang sudah established lebih dulu. Skill yang kamu punya mungkin relevan, tapi bisa jadi Nggak langsung sesuai dengan kebutuhan industri. Contoh, pindah dari dunia marketing ke teknologi, kamu perlu belajar tentang data analytics atau digital tools tertentu. Jadi, siap-siap untuk upgrade kemampuan lewat kursus, workshop, atau bahkan sertifikasi tambahan agar bisa bersaing dengan lebih percaya diri.

4. Rasa ragu dan tekanan psikologis

Transisi Karier (Dok. Linkedin Sales Solutions)

Wajar banget kalau di tengah perjalanan kamu merasa dihantui banyak pertanyaan: “Apakah ini keputusan terbaik?” atau “Apa aku bisa sukses di bidang ini?”. Rasa ragu ini bisa menimbulkan tekanan psikologis kalau dibiarkan berlarut. Apalagi kalau kamu membandingkan dirimu dengan teman-teman sebaya yang terlihat stabil di karier mereka.

Cara mengatasinya? Fokus pada proses, kenali pencapaian kecilmu, dan jangan sungkan mencari dukungan profesional kalau stres terasa semakin berat.

5. Kurangnya dukungan sosial

Transisi Karier (Dok. Fajar Herlambang Studio)

Saat pindah jalur, lingkaran sosial di tempat kerja lama bisa perlahan memudar. Di tempat baru, kamu juga harus membangun koneksi dari nol. Rasa kesepian atau nggak punya support system bisa bikin perjalananmu terasa berat. Karena itu, penting banget untuk tetap menjalin komunikasi dengan teman lama, sekaligus aktif membangun jaringan baru lewat komunitas, networking event, atau platform profesional seperti LinkedIn.

Transisi karier jelas penuh risiko, tapi di balik itu ada peluang besar untuk berkembang dan menemukan versi terbaik dari dirimu. Kuncinya adalah persiapan matang: dari finansial, mental, sampai strategi membangun koneksi. Kalau semua itu sudah kamu perhitungkan dengan baik, perjalanan ini bisa jadi salah satu langkah paling berharga dalam hidupmu. Karena pada akhirnya, karier yang bikin kamu merasa berkembang dan bahagia selalu worth it untuk diperjuangkan.

Editorial Team