Instagram.com / @guoforit
Setelah keluar dari Carnegie Mellon University pada tahun 2014 sebagai penerima Thiel Fellowship, Lucy Guo memulai karier profesionalnya dengan magang di Facebook. Ia kemudian bekerja di Snapchat sebagai desainer perempuan pertama di perusahaan tersebut dan turut berkontribusi dalam pengembangan fitur Snap Maps.
Selanjutnya, Lucy bergabung dengan Quora, di mana ia bertemu dengan Alexandr Wang. Pertemuan inilah yang kemudian melahirkan ide untuk mendirikan Scale AI. Pada tahun 2016, Lucy dan Alexandr mendirikan Scale AI, sebuah perusahaan teknologi yang menyediakan layanan anotasi data untuk melatih model kecerdasan buatan (AI).
Perusahaan ini berkembang pesat, terutama karena meningkatnya kebutuhan industri terhadap data berkualitas tinggi untuk pelatihan AI. Pada tahun 2021, Scale AI mencapai valuasi sebesar USD7,3 miliar (Rp123,17 triliun). Meskipun Lucy meninggalkan perusahaan tersebut pada tahun 2018, ia tetap memegang kurang dari 6% saham, yang memperkuat posisinya sebagai salah satu perempuan muda terkaya di bidang teknologi.
Instagram.com / @guoforit
Setelah kepergiannya dari Scale AI, Lucy mendirikan Backend Capital pada tahun 2019, sebuah firma modal ventura yang fokus pada pendanaan tahap awal bagi startup teknologi. Melalui Backend Capital, Lucy berinvestasi pada sejumlah perusahaan rintisan yang kemudian tumbuh menjadi unicorn, termasuk Ramp dan Pave.
Pada April 2022, ia mendirikan Passes, sebuah platform Web3 yang menggabungkan AI untuk membantu kreator dalam memonetisasi konten mereka melalui langganan, pesan berbayar, dan fitur interaktif lainnya. Pada awal 2024, Passes sukses mengumpulkan pendanaan Seri A senilai USD40 juta (Rp674,92 miliar) dari investor ternama seperti Bond Capital.