7 Eksperimen Anak Paling Buruk dalam Sejarah, Jauh dari Kata Manusiawi

Miris banget, ya melihatnya

7 Eksperimen Anak Paling Buruk dalam Sejarah, Jauh dari Kata Manusiawi

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Sejarah dipenuhi dengan eksperimen yang tabu. Berbeda dengan eksperimen zaman sekarang, percobaan zaman dahulu lebih 'bebas', tentunya dalam konteks yang negatif.

Kebebasan tersebut mendorong para peneliti untuk menjalankan eksperimen yang tidak manusiawi. Bahkan, catatan sejarah menunjukkan banyaknya eksperimen yang tidak etis dan melibatkan anak-anak. Dari banyaknya eksperimen anak, berikut tujuh percobaan paling buruk dalam sejarah, dilansir berbagai sumber tepercaya.

1. Little Albert Experiment

7 Eksperimen Anak Paling Buruk dalam Sejarah, Jauh dari Kata Manusiawi

Ide untuk melakukan eksperimen Little Albert datang dari John B. Watson, psikolog Amerika yang berperan penting dalam pengembangan teori behaviorisme. Ia ingin mencari tahu apakah proses classical conditioning berlaku untuk manusia. Mengutip Study, classical conditioning adalah pengasosiasian satu stimulus dengan stimulus yang tidak berkaitan setelah paparan berulang.

Eksperimen ini dianggap tidak etis karena sejumlah alasan. Pertama, Little Albert Experiment melibatkan seorang anak berusia sembilan bulan yang masih lugu bernama Albert. Kedua, percobaan ini membuat Albert menjadi takut terhadap sesuatu yang tidak ditakuti sebelumnya.

Sebelum eksperimen dijalankan, Albert diberi stimulus seperti tikus putih dan kelinci. Ia tidak merasa takut saat melihat stimulus yang diberikan. Selanjutnya, stimulus tikus putih ini diiringi oleh suara keras yang muncul dari pukulan batang baja. Setelah dilakukan berulang kali, Albert takut bukan main ketika melihat seekor tikus putih. Tanpa diiringi suara keras pun, ia akan menangis saat melihat tikus putih. Lebih parahnya lagi, John tidak dapat melakukan penyingkiran rasa takut yang dialami Albert tersebut.

2. Monster Study

Monster Study merupakan eksperimen yang tidak pernah dipublikasikan secara resmi. Dilansir PsyBlog, Dr. Wendell Johnson selaku dalang eksperimen takut percobaannya disamakan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Nazi.

Wendell menjalankan eksperimen ini untuk membuktikan bahwa teori tentang penyebab kegagapan yang populer saat itu merupakan teori yang tidak benar. Psikolog ini berpikir bahwa pelabelan anak-anak sebagai orang yang gagap dapat membuat mereka menjadi gagap. Ia pun berusaha untuk membuktikan teorinya.

Sebanyak 22 anak yatim dibagi menjadi dua kelompok. Grup yang pertama selalu diberi pujian. Di sisi lain, grup kedua diajari tentang kegagapan, diberi tahu untuk tidak mengulangi kata-kata, dan dipermalukan. Akibatnya, beberapa anak yang sebelumnya tidak mengalami kegagapan malah menjadi gagap. Sayangnya, kerusakan ini tidak dapat diperbaiki oleh Wendell dan rekannya. Para jurnalis dan peneliti pun memanggil eksperimen ini dengan nama 'Monster Study'.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here