CEO Spotify Resmi Mundur, ini Sosok Penggantinya

Daniel Ek resmi mundur sebagai CEO Spotify setelah hampir dua dekade memimpin perusahaan.
Ek akan beralih peran menjadi Executive Chairman mulai 1 Januari 2026, menandai babak baru bagi Spotify.
Spotify telah menyiapkan masa transisi dengan menunjuk dua co-president sejak 2023 untuk menciptakan kepemimpinan ganda yang stabil.
Setelah hampir dua dekade memimpin Spotify, Daniel Ek resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO. Pria berusia 42 tahun yang menjadi otak di balik revolusi streaming musik global ini akan beralih peran menjadi Executive Chairman mulai 1 Januari 2026. Keputusan besar ini bukan sekadar langkah karier, tapi juga penanda babak baru bagi Daniel Ek.
Langkah Daniel mengguncang industri hiburan dan teknologi sekaligus. Dalam dua puluh tahun terakhir, Spotify bukan hanya mengubah cara dunia mendengarkan musik, tapi juga membentuk budaya digital baru yang menggabungkan kreativitas dan algoritma. Kini, di tengah kesuksesan besar Spotify, Daniel memilih untuk melangkah mundur dan membuka jalan bagi generasi pemimpin berikutnya.
Apa alasan Daniel Ek mundur dan apa saja kontroversi yang dilakukannya? Simak selengkapnya berikut ini.
Keputusan besar Daniel Ek

Dalam pernyataannya, melansir Forbes, Daniel Ek menggambarkan transisi ini seperti perjalanan seorang atlet. "Saya sudah menjadi pemain selama dua puluh tahun. Sekarang saatnya menjadi pelatih," ujarnya.
Kalimat sederhana ini menggambarkan kedewasaan seorang pendiri yang memilih membiarkan penerusnya memimpin panggung yang pernah ia ciptakan sendiri.
Spotify memang sudah lama menyiapkan masa transisi ini. Sejak 2023, Daniel Ek menunjuk dua tangan kanannya, Alex Norström dan Gustav Söderström, sebagai co-president. Langkah itu kini terbukti menjadi strategi jangka panjang untuk menciptakan kepemimpinan ganda yang stabil dan saling melengkapi: satu fokus pada bisnis dan konten, satu lagi pada teknologi dan produk.
Meski melepas jabatan CEO, Daniel Ek tidak benar-benar pergi. Sebagai Executive Chairman, ia akan tetap mengawal visi besar Spotify, memastikan bahwa semangat inovasi yang melahirkan perusahaan ini tetap menjadi napas utama di setiap langkah ke depan.
Valuasi Spotify saat ini

Saat Daniel Ek dan Martin Lorentzon mendirikan Spotify pada 2006, industri musik sedang berada di titik terendah. Pembajakan marak, penjualan CD anjlok, dan iTunes mengubah cara orang membeli lagu. Namun Ek punya ide berani: bagaimana jika orang bisa mendengarkan musik legal tanpa harus membelinya satu per satu?
Dari ide itulah Spotify lahir—sebuah layanan streaming dengan model freemium yang revolusioner. Dalam waktu singkat, Spotify bukan hanya menyelamatkan industri musik dari kehancuran, tapi juga menciptakan budaya baru di mana setiap momen hidup punya playlist-nya sendiri.
Kini, Spotify memiliki hampir 700 juta pengguna aktif dan lebih dari 100 juta lagu di platformnya. Nilainya melesat hingga US$150 miliar, menjadikannya salah satu perusahaan hiburan paling berpengaruh di dunia. Ironisnya, semua ini lahir dari tangan seorang anak muda dari pinggiran Stockholm yang dulu hanya ingin menjadi musisi.
Kontroversi Spotify

Meski sukses besar, kepemimpinan Daniel Ek tak luput dari kontroversi. Salah satu yang paling ramai diperbincangkan adalah investasinya di perusahaan pertahanan berbasis AI, Helsing, melalui perusahaannya Prima Materia. Investasi ini memicu protes dari sejumlah musisi yang menilai langkah tersebut bertentangan dengan nilai-nilai perdamaian yang sering diusung industri kreatif.
Daniel Ek membela diri dengan menyebut bahwa investasinya bertujuan melindungi Eropa dan mendukung pertahanan Ukraina. Namun bagi sebagian orang, keputusan itu terasa seperti paradoks dari sosok yang selama ini dianggap "menyatukan dunia lewat musik". Di sisi lain, langkah itu juga memperlihatkan sisi baru Daniel Ek.
Selain isu investasi, Spotify juga sempat disorot karena pembayaran royalti yang dianggap terlalu kecil untuk musisi independen. Meski perusahaan telah membayar lebih dari US$10 miliar kepada para pemegang hak cipta, perdebatan tentang keadilan dalam ekonomi kreatif masih menjadi PR besar bagi platform streaming ini.
Siap mengejar tantangan baru

Keputusan Daniel Ek untuk mundur dari kursi CEO bukan karena kelelahan, melainkan karena rasa lapar akan tantangan baru. Melalui Prima Materia, ia kini fokus membangun perusahaan-perusahaan teknologi yang berani menembus batas, dari startup kesehatan seperti Neko hingga inovasi pertahanan Eropa. "Saya ingin menyelesaikan masalah besar dunia," ujarnya.
Bagi Daniel Ek, kesuksesan bukan hanya tentang valuasi atau jumlah pengguna, tapi tentang keberlanjutan dampak yang ditinggalkan. Ia melihat masa depan di luar musik, yakni di bidang sains, AI, dan teknologi yang bisa membawa perubahan sosial. Dalam caranya sendiri, Daniel Ek sedang menulis bab baru dari kisah inovasi Eropa.
Meski sudah tak lagi menjadi CEO, satu hal yang pasti: warisan Daniel Ek di dunia musik digital akan terus hidup, setiap kali seseorang menekan tombol "play" di Spotify.



















