Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Arti job hugging
Pexels.com/Yan Krukau

Intinya sih...

  • Job hugging adalah tren baru di dunia kerja akibat sulitnya mencari pekerjaan

  • Dampak job hugging: lesunya pasar kerja membuat banyak pekerja terpaksa bertahan, menurunnya keterlibatan karyawan, dan risiko burnout

  • Cara tetap berkembang di tengah tren job hugging: pelajari skill baru, perluas koneksi, cari side hustle untuk penghasilan tambahan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Akibat sulitnya mencari pekerjaan, job hugging menjadi tren baru di dunia kerja. Seperti terjemahan literalnya, hal ini merupakan situasi ketika seseorang "memeluk pekerjaan". Artinya, mereka lebih memilih bertahan di pekerjaan yang sama bukan selalu karena betah, tetapi takut tidak menemukan pekerjaan baru jika memutuskan resign.

Sebelumnya, job hopping menjadi sebuah tren di dunia kerja. Para tenaga profesional muda khususnya, mereka lebih suka berpindah-pindah tempat kerja agar cepat mendapatkan kenaikan gaji dan posisi. Hal ini membuat mereka disebut juga sebagai "kutu loncat".

Dampak job hugging

Pexels.com/Yan Krukau

Menurut laporan Glassdor yang dirilis pada akhir 2024 lalu, lesunya pasar kerja ini membuat banyak pekerja yang terpaksa bertahan meski sebenarnya sudah waktunya pindah. Akibatnya, fenomena seperti “quiet quitting” ramai belakangan ini. Ketika pekerja merasa tidak bisa bergerak, rasa frustrasi pun menumpuk dan keterlibatan karyawan di kantor ikut menurun.

Sebuah survei Glassdoor menunjukkan hampir 2 dari 3 profesional (65%) mengaku merasa “stuck” di peran mereka saat ini. Angka ini bahkan lebih tinggi di sektor teknologi, di mana 73% responden mengaku merasa terjebak. Dari sisi gender, 68% perempuan merasa stuck dibandingkan 62% laki-laki.

Ditambah lagi, pekerja yang bertahan di pekerjaan karena rasa takut bisa jadi kurang termotivasi dan produktif. Hal ini juga berisiko memicu burnout, penurunan performa, dan berkurangnya keterlibatan karyawan. Jika direnungkan kembali, tren ini sama-sama merugikan pihak karyawan dan perusahaan, bukan?

Cara tetap berkembang di tengah tren job hugging

Pexels.com/Vlada Karpovich

Job hugging memang memicu rasa frustrasi. Namun, selalu ada jalan keluar, setidaknya untuk bertahan hidup selama beberapa waktu ke depan hingga iklim pasar kerja kembali membaik.

Pertama, tetap pelajari skill baru. Tentukan terlebih dahulu rencana kariermu dalam beberapa tahun mendatang. Manfaatkan stabilitas pekerjaanmu saat ini untuk berinvestasi dalam keterampilan baru dan sertifikasi yang bisa membuatmu lebih menarik di mata pasar kerja untuk peluang di masa depan.

Kedua, giatlah memperluas koneksi. Suka atau tidak, kesempatan baru biasanya datang karena word of mouth atau rekomendasi dari mulut ke mulut. Sesekali gunakan waktu luangmu untuk hadir di acara komunitas atau menjalin hubungan baik dengan kolegamu saat ini. Manfaatkan juga platform networking online seperti LinkedIn.

Ketiga, carilah side hustle. Berkat perkembangan teknologi, kini semua orang bisa memiliki penghasilan tambahan. Jika kamu tidak memiliki cukup banyak waktu luang, uliklah serba-serbi passive income seperti menjual produk digital atau menjadi affiliator. Side hustle juga bisa didapatkan dengan mengubah hobi, seperti fotografi atau desain, menjadi sumber penghasilan tambahan.

Buat kamu yang sedang melakukan job hugging agar bisa bertahan hidup, tetap semangat, ya, Bela!

Editorial Team